Para pembicara dalam webinar yang digelar di ajang FESyar hari ketiga, Rabu (7/10/2020). DUTA/ist

SURABAYA | duta.co – Pesantren memiliki peran besar untuk mengembangkan perekonomian terutama ekonomi syariah di Indonesia dan Jawa Timur khususnya.

Hal itu diungkapkan Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elistianto Dardak saat forum bertajuk Peran Strategis Pesantren Dalam Perekonomian Daerah yang digelar di ajang Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Regional Jawa, Rabu (7/10/2020).

Emil mengatakan kinerja perbankan syariah di Jawa Timur periode Januari-Agustus 2020 masih perlu dioptimalkan. Faktor kepercayaan menjadi kunci mengoptimalkan kinerja perbankan syariah.

Dan dikatakan Emil, pesantren memiliki peran khusus dalam pembangunan di Jawa Timur, antara lain sebagai pusat pendidikan ilmu keagamaan,pusat pengembangan ilmu pengetahuan, pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat pengembangan ekonomi.

“Potensi pesantren sangat besar, karenanya harus sama-sama kita gali potensi itu,” ujar Emil.

Ekonomi syariah memang sedang gencar dikembangkan di Jawa Timur. Untuk menggerakkan pesantren mendukung perkembangan ekonomi syariah, Pemprov Jatim memiliki program One Pesantren One Product (OPOP).

Dari sisi Lembaga Keuangan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, Wimboh Santoso  mengatakan dalam rangka mengakselerasi pemberdayaan ekonomi di lingkungan pesantren, kebijakan ekonomi syariah berbasis pesantren harus fokus pada 3 area.

Yakni membangun sinergi dan integritas ekonomi dan keuangan syariah dalam suatu ekosistem ekonomi yang lengkap.  Meningkatkan literasi dan membuka akses keuangan syariah pada masyarakat agar terbangun deman produk syariah.

“Ketiga adaptasi digital yang lebih luas dan massif dalam ekonomi dan keuangan syariah,” tuturnya.

Tidak hanya itu, potensi pengembangan ekonomi syariah juga bisa dengan mengoptimalkan penggunaan ZISWAF (Zakat, Infaq, Sodaqoh dan Wakaf).

Wakil Ketua The Indonesian Association of Islamic Ecomonist (IAEI) Halim Alamsyah  menegaskan potensi ekonomi Syariah khususnya ZISWAF dapat dipergunakan untuk secara efektif mengerakkan perekonomian. Juga bisa membantu pemulihan ekonomi nasional, mengurangi kesenjangan sekaligus mengentaskan kemiskinan. Potensi besar dari ZISWAF perlu didukung strategi peningkatan pengumpulan ZISWAF untuk pemberdayaan Ekonomi yang tepat.

“Di antaranya dengan peningkatan awareness stakeholders, penguatan ekosistem ZISWAF (termasuk SDM hingga regulasi), penguatan integrasi kelembagaan dan pengembangan digitalisasi,” ujarnya.

Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan BAZNAS, Irfan Syauqi Beik dalam kesempatan yang sama menyampaikan novasi penyaluran zakat didasarkan pada dua hal yaitu pemanfaatan teknologi digital dan pengembangan alat ukur program.

Pada Pemanfaatan teknologi diantaranya Smart Application, Balai Ternak Virtual, Augmented Reality, Sistem Basis data terpadu mustahik BAZNAS hingga pengembangan online.

“Untuk memastikan penyaluran yang high impact, karena itu diperlukan pengembangan alat ukur diantaranya indeks kesejahteraan BAZNAS, indeks pendayagunaan zakat dan indeks desa zakat,” tandasnya.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, Difi Ahmad Johansyah  menegaska pandemi Covid-19 berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa yang melambat cukup signifikan dibandingkan dengan tahun 2019, sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional.

“Mempertimbangkan besarnya penduduk muslim di Indonesia, perkembangan ekonomi syariah sebagai upaya mendorong percepatan pemulihan ekonomi Jawa dan nasional, diyakini sangat potensial untuk dilakukan yang bersinergi dengan pemerintah, instansi negara, maupun lembaga keuangan, hingga pesantren,” jelas Difi. end/ril

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry