SURABAYA | duta.co – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur Dadang Hardiwan menyebut, secara komulatif ekonomi Jatim 2020 terkontraksi sebesar 2,39 persen, atau lebih dalam dibandingkan nasional sebesar  2,02 persen.

“Pandemi Covid-19 memberi dampak pada pertumbuhan ekonomi Jatim secara C to C (tahun kalender)” ujar Dadang Hardiwan, Jumat (5/2/2021).

Pertumbuhan ekonomi Jatim pada triwulan IV tahun 2020 dibanding triwulan III 2019 (YoY) terkontraksi sebesar 2,64 persen. Dibanding periode sama tahun sebelumnya yang mampu tumbuh 5,42 persen tentu hal ini mengalami terjun bebas.

Sedangkan pertumbuhan ekonomi Jatim triwulan IV tahun 2020 dibanding triwulan III 2020 (Q to Q) terkontraksi 0,94 persen. “Jadi kalau lihat periode 2017-2020 ekonomi Jatim pada triwulan IV masih mengikuti pola periode sebelumnya. Di mana triwulan IV lebih rendah dibanding triwulan III,” jelas Dadang.

Namun, kata dia, pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2020 secara Q to Q masih tergolong terkontraksi paling dangkal. Bila dilihat pada triwulan IV 2019 (Q to Q) pertumbuhan ekonomi terkontraksi 1,93 persen. Pun dengan triwulan IV 2018 (Q to Q) terkontraksi 2,01 persen.

Terkontraksinya pertumbuhan quarter to quartet karena dipicu sektor pertanian, perikanan dan perikanan yang telah melewati masa panen raya sejumlah komoditas.

BPS Jatim mencatat sektor ini terkontraksi sebesar 26,77 persen. “Kemudian sektor kontruksi juga terkontraksi 4,13 persen,” ungkap Dadang.

Sedangkan sektor lainnya mengalami pertumbuhan cukup menggembirakan. Paling tinggi dicapai pertambangan dan penggalian yang mencapai 13,92 persen.

“Ini dipicu permintaan komoditas pertambangan migas dengan seiring pulihnya ekonomi beberapa negara. Meski beda dari tahun-tahun sebelumnya. Ini ditandai dengan meningkatnya ekspor migas ke luar negeri sebesar 99 persen,” bebernya.

Selain pertambangan dan penggalian, yang mengalami pertumbuhan yakni transportasi dan pergudangan sebesar 12,96 persen. “Relaksasi ekonomi dan cuti bersama pada Oktober dan Desember 2020 mendongkrak jumlah penumpang,” tegasnya.

Kemudian kategori jasa lainnya yang mampu tumbuh 9,71 persen. Dibukanya sejumlah tempat wisata ditengarai ikut mendongkrak kinerja sektor jasa lainnya.

Sementara secara C to C penopang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada ekonomi Jatim menurut lapangan usaha, 74,49 persen didominasi enam kategori. Yakni industri, pertanian, perdagangan, konstruksi, serta penyediaan akomodasi dan makanan minuman.

Hampir seluruhnya terkontraksi, seperti industri pengolahan minus 2,06 persen, perdagangan minus 5,74 persen, konstruksi minus 3,28 persen, penyediaan akomodasi dan makanan minuman minus 8,87 persen.

“Hanya sektor pertanian yang mampu tumbuh selama tahun kalender sebesar 0,94 persen. Sedangkan industri, perdagangan, konstruksi, serta penyediaan akomodasi dan makanan minuman terkontraksi,” pungkas Dadang. (ud)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry