Siswa-siswi Al Hasani sebelum memasuki Museum NU. (FT/MKY)

SURABAYA | duta.co – Museum NU (Nahdlatul Ulama) mulai ramai kembali. Senin (21/3/22), selain dua bus siswa-siswa dari Pondok Pesantren Al Hasani Klangonan, Giri, Gresik, Jawa Timur juga ada tamu dari tim peneliti Jakarta. Padahal, hari Senin, lazimnya tutup, karena Ahad (Minggu) buka.

Seperti biasa, semua siswa-siswa dibariskan sebelum masuk Museum NU. Bedanya, kali ini, rombongan dari Al Hasani melantunkan dua lagu wajib. Pertama, Indonesia Raya, kedua, Yaa Lal Wathon.

“Sudah menjadi tradisi anak-anak kami, sebelum masuk melantunkan lagu tersebut. Indonesia Raya dan Yaa Lal Wathon,” demikian KH Muhammad Muchsin Munhamir, S.Pd.I, notabene Katib Syuriah MWCNU Kebomas saat mengawal para santri kepada duta.co.

Seperti kita tahu, Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Al Hasani berada di lingkungan Pondok Pesantren Al Hasani, diasuh KH Muchlis Azhari. Siswa-siswinya digembleng ajaran Islam Ahlussunnah wal-Jamaah an-Nahdliyah.

“Ini sejarah Komite Hijaz, tokoh-tokoh NU usul kepada Raja Saud agar di Kerajaan Saudi yang mengayomi dua tanah haram (Makkah-Madinah) memberlakukan empat madzhab. Dan Alhamdulillah, ini jawaban Raja Saud. Beliau memberikan kebebasan bermadzhab,” demikian penjelasan petugas Museum NU.

Tumah Tamu

Sementara, tim peneliti dari Jakarta juga menyisir seluruh isi Museum NU. “Ini hebatnya Gus Dur. Beliau meminta kepada Cak Anam (Drs Choirul Anam red.) untuk membangun Museum NU. Dan, ini satu-satunya di Indonesia. Tolong jaga dengan baik, Cak,” demikian pesan salah seorang tamu dari Jakarta.

Selain Museum, tambahnya, gagasan besar lain Gus Dur adalah terbangunnya Menara Rukyat. “Kemarin kami sowan ke kiai-kiai di Jawa Tengah. Beliau juga menggagas tempat penginapan khusus, sehingga kiai tidak perlu lagi ke hotel,” jelasnya.

Untuk menjawab hal ini, petugas Museum NU, Mokhammad Kaiyis, menjelaskan, bahwa, upaya mewujudkan Guest House (rumah tamu) sudah kita persiapkan. “Tidak lama, di belakang Museum NU ini terdapat Guest House. Di sini juga sedang membahas Pesantren Buruh Al-Jihan (Lembaga Kajian Islam Hanif),” jelas Kaiyis.

Perlu photo booth. Tampak para ustadzah sedang berfoto di lantai bawah. (FT/MKY)

Menurut Pemred  Koran Duta Masyarakat ini, gagasan itu sedang berjalan. Pun fasilitas Museum NU, seperti Maket Walisongo, buku tata cara ziarah, bahkan sampai ada berpesan tentang photo booth dengan para muassis NU. “In sya-Allah, semua harus ada, ini sudah menjadi tuntutan nahdliyin,” tegasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry