Dekan FKK Unusa Yanis Kartini mengukuhkan mahasiswa program studi ners di Dyandra Surabaya didampingi Rektor Unusa, Achmad Jazidie, Kamis (19/9). DUTA/istimewa

SURABAYA | duta.co – Tenaga kesehatan sangat penting perannya. Apalagi, Indonesia akan memasuki era di mana jumlah penduduk di usia produktif sangatlah banyak pada 2030 mendatang. Sehingga jumlah penduduk produktif yang banyak itu benar-benar menjadi sebuah bonus demografi bukan sebagai bencana.

Di sinilah peran serta tenaga kesehatan. Karena bicara bonus demografi, peran kesehatan dan pendidikan sangatlah penting.

“Kalau angkatan kerja produktifnya tidak sehat dan tidak berpendidikan, mana bisa angkatan kerja yang banyak bisa jadi sesuatu yang positif bagi bangsa ini,” ujar Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Prof Dr Ir Achmad Jazizie, MEng usai melantik lulusan tenaga kesehatan Unusa, Kamis (19/9).

Karenanya, sektor pendidikan dan kesehatan, kata Jazidie, harus digarap dengan maksimal. “Semua pasti akan butuh tenaga kesehatan. Kalau tidak siap-siap semua itu akan jadi bencana,” tukasnya.

Tenaga kesehatan yang kini banyak dihasilkan Unusa, diharapkan bisa ikut berkontribusi menciptakan bonus demografi itu.   Jazidie pun menegaskan, tenaga kesehatan pun juga penting untuk menjaga etika dan moralnya.

Di samping itu tenaga kesehatan yang menjadi lulusan Unusa, jangan pernah berhenti belajar, membiasakan diri bekerja dengan tim. Serta harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik.

Hal itu disampaikan Jazidie, di depan 454 lulusan bidang kesehatan dari enam program studi Unuas yang dilantik dan diambil sumpah. Mereka diharapkan segera bisa terjun ke masyarakat dan memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang saat ini masih defisit.

Dekan Fakultas Kesehatan Unusa Prof S P Edijanto dr Sp PK (K) mengatakan kebutuhan tenaga kesehatan masih sangat tinggi. Tidak hanya di kota besar tetapi juga ke berbagai daerah.

“Sebagai universitas di bidang kesehatan, teknologi dan pendidikan, Unusa akan terus meningkatkan lulusannya baik dari segi kuantitas dan kualitas agar nantinya lulusan yang dihasilkan siap terjun ke masyarakat,” kata Edijanto.

Prof Edy menjelaskan setelah dilantik dan diambil sumpahnya Unusa menyerahkan para lulusan kepada organisasi profesi masing-masing. Antara lain Ikatan Bidan Indonesia (IBI),  Persatuan Perawatan Nasional Indonesia (PPNI), Persatuan Analis Laboratorium Kesehatan Indonesia (Patelki), Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) dan  Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI).

“Lulus dari kampus bukan akhir dari kehidupan, justru merupakan sebuah awal untuk belajar lebih giat lagi dan mengabdi di tengah masyarakat. Para tenaga kesehatan ini terus dituntut untuk mengembangkan berbagai keterampilan dan pengetahuan, dengan berbagai bekal yang telah diberikan selama kuliah,” kata Prof Edy.

Dirinya berharap lulusan tenaga kesehatan Unusa memiliki kualitas yang lebih dibanding kampus lain. Bekal pengetahuan dan akhlak rahmatan lil alamin yang diimbangi dengan penerapan teknologi e-sorogan diharapkan bisa mendidik para lulusan menjadi pribadi yang santun dan tangguh.

Lulusan tenaga kesehatan Unusa yang mengikuti pelantikan dan pengambilan sumpah tahun ini sebanyak 454 orang dari enam prodi. Yakni, terdiri dari 124 lulusan prodi Ners, 104 lulusan D3 perawat, 99 lulusan D3 bidan, 36 lulusan kesehatan masyarakat, 33 lulusan ahli gizi dan 58 lulusan analis kesehatan.

Saat ini dari 36 lulusan Kesehatan Masyarakat, sudah ada yang mengikuti uji kompetensi (ukom)  sebanyak 19 orang dengan hasil 16 orang lulus  (84,21%). Dari jumlah total yang dilantik dan sudah memiliki sertifikat lulus uji kompetensi sebanyak 16 orang atau 44,44 persen. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry