PENYULUHAN: Nampak suasana penyuluhan Bahasa Indonesia pelaku media massa yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Jawa timur di STKIP PGRI Ponorogo, Rabu (23/10). Duta/Siti

PONOROGO  | duta.co – Gelak tawa terdengar dari aula STKIP PGRI Ponorogo, Rabu (23/10/2019). Kata-kata baru dalam bahasa Indonesia yang masih asing di telinga, tak pelak membuat puluhan wartawan, peserta ‘Penyuluhan Bahasa Indonesia Pelaku Media Massa’, tertawa.

Sebanyak 20 awak media di Ponorogo mengikuti penyuluhan selama 2 hari sejak Rabu-Kamis, (23-24/10/2019) yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Jawa timur di STKIP PGRI Ponorogo, Jl Ukel Ponorogo. Banyak istilah yang terdengar asing di telinga setelah diterjemahkan dari bahasa aslinya.

“Istilah asing diterjemahkan ke dalam Bahasa Indoensia. Misalnya kata download menjadi unduh, gadget menjadi gawai, server jadi peladen,” ujar Hero Patrio, dari Balai Bahasa  Indoensia Jawa Timur.

Kata peladen yang selama ini akrab dipahami sebagai ‘pelayan’ kini diartikan untuk kata server. Hero menduga, kata peladen ini berasal dari bahasa Jawa. Namun ,pihaknya tidak mengerti kenapa kata peladen ini masuk kamus besar bahasa Indoensia (KBBI), untuk menterjemahkan istilah server.

Dengan mengikuti penyuluhan selama 2 hari maka diharapkan awak media dapat  meningkatkan kemampuan bahasa. Sehingga informasi yang disampaikan bisa dipahami dengan mudah oleh masyarakat dan tidak akan menimbulkan permasalagan dalam masyarakat.

Sebab fungsi media sebagaimana diatur dalam UU No. 40/1999 tentang Pers adalah sebagai informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial. Penyuluhan ini sekaligus sebagai upaya Balai Bahasa Jawa Timur untuk melakukan pengawasan media massa.

“Kegiatan penyuluhan ini merupakan rangkaian ke tiga untuk pengawasan media mass, pemantauan bahasa yang digunakan teman-teman media di Ponorogo. Peserta media terdiri dari massa daring, elktronik, cetak, kampus dan sekolah. Dengan penyuluhan ini teman-teman media bisa meningkatkan kemampun bahasa. Sehingga informasi yang disampaikan bisa dipahami masyarakay, dan tidak menimbulkan permasalahan di masyarakat,” kata Mustaki, Kepala Balai Bahas Jatim, saat mengawali pertemuan.

Balai Bahasa Jawa Timur, kata Mustakim, berada di bawah Kemendikbud untuk melaksanakan pengembangan,pembinaan dan perlindungan bahasa dan sastra di Jatim. Di ruang publik media harus menjadi  wajah Indonesia yaitu Bahasa Indonesia  yang mulai terpinggirkan.

“Di komplek perumahan elit selalu menggunakan nama-nama asing, demikian juga di mall bahasa Indonesia seakan tidak digunakan. Padahal Bahasa Indoensia ini hasil pembahasan perjuangan sejak 91 tahun lalu. Mestinya Bahasa Indonesia kita kita perjuangkan untuk berita-berita dan fasilitas publik ,juga untuk menjaga ekselamatan. Media massa jadi priorotas kafrena menjadi rujukan bagi masyarakat,” pungkas Mustakim.

Sementara Endang Retno Wulandari, Kepala Dinas Pendidikan Ponorogo mengatakan,dengan memahami dan belajar Bahasa Indonesia secara baik dan benar maka akan menciptakan pers yang elegan. Sebab bagaimana pun juga peran media sangat penting. Media merupakan kebutuhan wajib bagi masyarakat mulai anak-anak hingga orang tua.

“Media menjadi konsumsi wajib bagi masyarakat mulai anak-anak hingga dewasa.Saya berharap ini mumpung ada balai bahasa, untuk menyempurnakan diri lebih baik lagi. Selanjutnya media massa akan tampil lebih elegan, sangat terkesan dan menyenangkan. Walau pun isi berita adalah mengkritik namun tidak membuat sakit hati, karena menggunakan bahasa yang benar,” kata Endang Retno Wulandari, saat membuka acara mewakili Bupati Ponorogo. sna

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry