Dr  R Khairiyatul Afiyah, MKep.Ns., SpKep.Mat –  Dosen Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (FKK)

LATIHAN fisik atau olahraga memiliki banyak manfaat bagi tubuh tergantung pada tipe, intensitas, durasi, dan lama latihan. Namun olahraga yang tidak tepat dapat memberikan efek yang tidak diinginkan.

Data menunjukkan 6%-79% wanita yang terlibat dalam aktivitas atletik mengalami gangguan menstruasi seperti amenore (tidak haid selama minimal 3 bulan berturut-turut).

Latihan fisik terbagi menjadi 3 kategori berdasarkan intensitasnya, yaitu intensitas ringan, sedang, dan berat. Intensitas latihan ini berkaitan dengan seberapa berat kita merasakan latihan tersebut.

Ada banyak cara untuk menentukan intensitas latihan, yang mudah dilakukan antara lain berdasarkan aktifitas nafas (tes bicara), frekuensi detak jantung, dan pembebanan berdasarkan berat badan.

Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa

Berdasarkan pembebanan berat badan (BB), intensitas latihan fisik kategorinya adalah: (1) intensitas rendah (pembebanan sebesar 3% BB); (2) intensitas sedang (pembebanan sebesar 6% BB), (3) intensitas tinggi (pembebanan sebesar 9% BB). Contoh yang berdasarkan pembebanan, jika BB 50 kg, maka beban untuk intesitas ringan adalah 1,5 kg, intensitas sedang sekitar 3 kg, dan intensitas berat sekitar 4,5 kg.

Menurut Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas Indonesia (HIFERI) (2013), latihan fisik intensitas ringan hingga sedang dapat meningkatkan fertilitas (kesuburan) dan latihan fisik intensitas berat dapat meningkatkan infertilitas (ketidak suburan).

Hal ini tidak dapat dianggap sepele karena selama beberapa tahun terakhir, semakin banyak wanita yang menjadi atlet dan mengikuti berbagai cabang olahraga. Berdasarkan data Women’s Sports Foundation pada tahun 2017, bahwa sekitar 40% dari atlet olahraga adalah wanita.

Data dari International Olympic Committee (2020) menunjukkan bahwa persentase peserta wanita yang mengikuti turnamen olah raga dari tahun 1968-2020 terus mengalami peningkatan, dengan jumlah terbanyak yaitu pada tahun 2020 sebanyak 48,8%.

Demi meingkatkan kualitas kesehatan reproduksi, wanita perlu tahu intensitas seperti apa yang baik dan buruk bagi kesehatannya beserta manfaat dan kerugiannya. Penelitian yang dilakukan pada hewan coba mencit ini menganalisis perbandingan jumlah folikel yang terbentuk antara latihan fisik intensitas ringan, sedang, dan berat.

Penelitian tidak langsung dilakukan pada manusia karena prosedur perlakuan yang diberikan dikhawatirkan dapat membahayakan manusia. Perlakuan yang diberikan adalah, pada kelompok kontrol (tidak diberi latihan), intensitas ringan (berenang dengan beban tambahan 3% dari berat badan), intensitas sedang (berenang dengan beban tambahan 6% dari berat badan), dan intensitas sedang (berenang dengan beban tambahan 9% dari berat badan).

Sesi renang masing-masing berlangsung selama 3 menit di minggu pertama dan meningkat 2 menit secara bertahap di tiap minggu hingga pada minggu terakhir berlangsung selama 9 menit sehari. Latihan diberikan lima kali per minggu (Senin sampai Jumat) selama 4 minggu. Untuk memastikan mencit sejajar dalam fase reproduksi, semua mencit memulai program renang pada fase estrus yang terlihat dari hasil swab vagina.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata jumlah folikel total dan masing- masing folikel (folikel primer, sekunder, tersier, dan de graaf) memiliki pola perkembangan yang sama, yaitu mengalami peningkatan jumlah seiring dengan peningkatan intensitas latihan, dengan jumlah folikel paling banyak pada latihan fisik intensitas sedang.

Folikel merupakan tahap perkembangan sebelum menjadi sel telur (sel yang siap dibuahi oleh sel sperma). Folikel de graaf merupakan folikel matang yang siap mengovulasikan atau menghasilkan sel telur, sehingga jumlah folikel de graaf dapat menjadi patokan kualitas kesehatan reproduksi, dalam hal ini kesuburan.

Dari penelitian ini, didapatkan bahwa jumlah folikel de graaf paling banyak ditemukan pada latihan fisik intensitas sedang dan paling sedikit pada latihan fisik intensitas berat. Interpretasinya, semakin banyak folikel de graaf atau folikel yang matang maka semakin tinggi kemungkinan untuk menghasilkan sel telur (karena dalam tiap siklus mencit dapat menghasilkan lebih dari satu sel telur, sedangkan manusia normalnya hanya 1 telur dalam satu siklus) dan begitu juga sebaliknya, semakin sedikit jumlah folikel de graaf maka semakin kecil kemungkinan menghasilkan sel telur.

Latihan fisik intensitas ringan dapat meningkatkan jumlah cadangan folikel ovarium sehingga lebih tinggi kemungkinan terjadi pematangan sel telur. Latihan fisik intensitas sedang dapat meningkatkan respon dan sensitivitas folikel terhadap FSH dan LH, yaitu hormon yang menstimulasi perkembangan folikel dan terjadinya ovulasi (pengeluaran sel telur), hal inilah yang menyebabkan jumlah folikel matang pada intensitas sedang lebih banyak daripada intensitas ringan dan berat. Sedangkan pada latihan fisik intensitas berat

terjadi peningkatan konsentrasi kortisol yang dampaknya terjadi penekanan hormon FSH dan LH, sehingga perkembangan folikel dapat terganggu, bahkan hingga kegagalan terjadinya ovulasi.

Kesimpulannya, latihan fisik intensitas sedang memiliki efek paling baik bagi kesehatan reproduksi dan intensitas berat memiliki efek paling paling buruk terhadap kesehatan reproduksi.

Nah, dengan begitu apabila wanita sedang dalam program kehamilan atau sedang mempersiapkan kehamilan maka dianjurkan untuk menghidari latihan fisik intensitas berat dan sebaiknya melakukan latihan fisik intensitas ringan hingga sedang untuk menjaga kebugaran dan memperbaiki kualitas sel telur.

Jenis olahraga yang baik bagi kesehatan sistem reproduksi :

  1. Renang

Dalam menjaga kesehatan idealnya kita bisa melakukan renang berdurasi 30 hingga 40 menit. Dengan berenang secara rutin tubuh akan mendapatkan manfaatnya. Antara lain menghindarkan penyakit pernapasan dan melatih jantung. Selain itu, selama berenang otot kaki kita akan selalu bergerak melawan arus air. Diyakini gerakan kaki juga akan baik untuk memperbaiki kesehatan sistem reproduksi.

  1. Berjalan

Berjalan bisa menjadi salah satu alternatif olahraga ringan yang bisa dilakukan saat ini. Dengan berjalan ringan berdurasi 30-45 secara rutin akan mendapatkan manfaat untuk tubuh kita. Meskipun termasuk olahraga ringan, berjalan ternyata memiliki manfaat untuk kesehatan sistem reproduksi. Dikarenakan berjalan melatih otot kaki kita sehingga akan memberikan efek yang baik juga untuk sistem reproduksi.

  1. Senam Kegel

Senam kegel ini merupakan senam yang dilakukan untuk melatih otot panggul bawah. Manfaat dari senam kegel adalah memperbaiki kondisi yang dapat menurunkan fungsi kerja dari otot panggul bawah itu sendiri. Selain itu gerakan senam kegel juga dapat mengencangkan otot bagian bawah termasuk rahim, kantong kemih, dan usus besar.

  1. Bersepeda

Bersepeda merupakan salah satu olahraga kardio yang dapat memberikan manfaat. Saat bersepeda kaki kita akan mengayuh sepeda secara berulang-ulang. Gerakan tersebut akan membentuk otot kaki terutama betis, paha belakang dan depan. Selain itu bersepeda juga memberikan manfaat untuk wanita, yakni bisa mengurangi nyeri saat haid dan sistem reproduksi pun akan kembali lancar.

  1. Senam Yoga

Jenis olahraga yang baik bagi kesehatan sistem reproduksi yang terakhir adalah senam yoga. Senam yoga dapat melatih otot di punggung bagian bawah, pinggul dan dapat mengarah ke sistem reproduksi.

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry