SURABAYA I duta.co – Kabar turunnya rekomendasi DPP PDI Perjuangan sebagai wali kota Surabaya terhadap Whisnu Sakti Buana (WS) memantik banyak reaksi. Putra mantan Sekretaris DPP PDI Perjuangan Sutjipto ini menunjukkan ‘perang dingin’ kubu WS dengan kubu Tri Rismaharini melalui Eri Cahyadi tidak akan terselesaikan dalam waktu singkat.

Pengamat politik Lembaga Transformasi (Eltram) Moch Mubarok Muharam, menjelaskan perang dingin kedua kubu ini sudah terjadi bertahun-tahun. Dimana Risma sebagai Wali Kota terkesan tidak memberi peluang Wisnu Sakti berperan sebagai wakil wali kota. Meskipun konflik keduanya belum sampai muncul dipermukaan.

“Walaupun konflik tidak muncul di permukaan, tapi kan semua pihak tahu kalau ada konflik ‘perang dingin’. Kondisi perang dingin tidak bisa dipersatukan dalam waktu sekejap,” kata Mubarok, Minggu (5/7).

Banyak yang memperkirakan prestasi Tri Rismaharini harusnya mampu mengawal rekomendasi ke Eri Cahyadi. Apalagi Eri merupakan anak emas wali kota Risma.
Namun ternyata jerih payah dan prestasi Risma sama sekali tidak diperhitungkan DPP. Ini dibuktikan dengan tidak turunnya rekom anak emas Tri Rismaharini sebagai Cawali Surabaya.

Sedangkan Armuji yang sebelumnya gembar-gembor maju sebagai bakal calon wali kota berpasangan dengan cawali Eri Cahyadi mendadak sudah mengundurkan diri. Sehingga muncul kabar Eri bakal berpasangan dengan Whisnu di Pemilihan Wali Kota (Pilwali) Surabaya 9 Desember 2020 mendatang.

“Pasangan ini akan lemah, karena pada dasarnya kubu Risma dan Whisnu tidak ketemu,” ujar Moch Mubarok Muharam.

Mubarok menilai, seandainya pasangan Whisnu dan Eri Cahyadi ini benar-benar terjadi, maka hal itu hanya untuk membawa kepentingan sesaat. “Itu seandainya dipaksakan, hanya untuk kepentingan sesaat agar kedua kubu terakomodir dalam pilwali,” ujarnya.

Seperti diketahui, kekuatan kubu di kandang banteng terpecah dalam beberapa kekuatan. Faksi-faksi ini, memiliki dukungan yang kuat diinternal. Seperti dukungan faksi Bambang DH (mantan wali kota Surabaya), faksi Tri Rismaharini (Wali Kota Surabaya), dan faksi Whisnu Sakti Buana (mantan Ketua DPC PDI Perjuangan yang juga Wakil Wali Kota Surabaya).

“Faksi Risma dan faksi Whisnu sulit dapat dipersatukan dalam waktu sekejap,” tambahnya.

Mubarok memperkirakan, kawin paksa antara Whisnu dengan Eri ini akan sangat berat. “Kawin paksa ini berat. Karena untuk membangun image sebelumnya tidak ada luka itu sangat berat. Mereka ini dalam keadaan ‘konflik’ walaupun konflik tidak muncul di permukaan, tapi kan semua pihak tahu kalau ada konflik ‘perang dingin’. Kondisi perang dingin tidak bisa dipersatukan dalam waktu sekejap,” tandasnya. (azi)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry