Oleh : Dian Palupi SE,MSM, Sekretaris Prodi S1 Manajemen STIESIA Surabaya (duta.co/dok)

Oleh : Dian Palupi SE,MSM, Sekretaris Prodi S1 Manajemen STIESIA Surabaya

Seberapa pentingkah strategi bagi suatu organisasi? Jawabannya adalah sangat penting. Michael Kami menyatakan bahwa without a strategy the organization is like a ship without a rudder, going around in circles. Hal ini secara garis besar dapat menggambarkan peranan dari penerapan strategi yang dilakukan oleh suatu organisasi.

Manajemen strategik sendiri dapat diartikan sebagai seni dalam merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan – keputusan lintas fungsional yang memampukan sebuah perusahaan mencapai tujuannya (David, 2009: 5).

Strategi dibuat oleh top manajemen atau kepala bidang fungsional lainnya. Perencanaan strategis dibuat dengan mempertimbnagkan masukan dari staf atau karyawan yang berada di level lebih bawah sehingga secara tidak langsung sleuruh staf dan karyawan memberikan kontribusi dalam pembuatan  perencanaan strategis pada setiap organisasi.

Terdapat tiga tahapan dalam manajemen strategik, pertama perumusan strategi, kedua implementasi strategi dan ketiga evaluasi strategi

Perumusan strategi sendiri diawali dari pembuatan visi dan misi organisasi, menetapkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang, melakukan pengidentifikasian peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal dan identifikasi kekuatan dan kelemahan internal perusahaan. pemilihan alternatif strategi sampai dengan pemilihan strategi yang paling tepat.

Manfaat manajemen strategik bagi organisasi :

  1. Memberikan arah jangka panjang yang dituju
  2. Membantu organisasi beradapasi pada perubahan – perubahan yang terjadiif
  3. Membuat suatu organisasi lebih efektif
  4. Mengidentifikasi keunggulan komparatif suatu organisasi dalam lingkungan yang semakin berisiko
  5. Aktivitas pembuatan strategi akan mempertinggi kemampuan perusahaan untuk mencegah munculnya masalah di masa yang akan datang
  6. Keterlibatan karyawan dalam pembuatan strategi akan lebih memotivasi mereka pada tahap pelaksanaannya
  7. Mengurangi aktivitas yang tumpang tindih
  8. Keengganan untuk berubah dari karyawan lama berkurang

Manajemen strategik diawali dari pembuatan visi dan misi organisasi. Bagi perusahaan besar, pembuatan visi dan misi adalah suatu hal yang harus dan umum dilakukan. Sedangkan bagi usaha mikro dan kecil terkadang belum membuat visi dan misi dengan alasan visi misi dipandang hal yang tidak penting untuk dilakukan.  Padahal untuk dapat mempertahankan keberlangsungan usaha, organisasi perlu memiliki suatu cita-cita, keinginan untuk menjadi apakah di masa depan dan angan-angan ini harus diaktualisasikan dalam bentuk visi dan misi organisasi.

Sebagai contoh, PT. Tiga Pilar Sentosa, Tbk. memiliki Visi ‘Menjadi sebuah perusahaan berwawasan nasional yang membangun Indonesia, hebat, dan sukses di “food and related businesses” yang bereputasi dan berkontribusi meningkatkan kesejahteraan masyarakat’. Dari visi yang ada, dapat diketahui keinginan yang kuat dari seluruh elemen yang ada di organisasi dan melalui visi organisasi dapat menyusun strategi baik jangka panjang maupun jangka pendek untuk mencapai visi yang ditetapkan.

Dengan manajemen strategik, organisasi dapat mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan baik lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa kondisi lingkungan unpredictable, tidak ada bisnis yang statis melainkan semua bisnis bersifat dinamis. Perubahan kondisi ekonomi, politik, sosial budaya harus dapat diantisipasi oleh organisasi jika ingin organisasinya sustainable.

Kita bisa melihat beberapa contoh perusahaan raksasa yang sempat menjadi pionir dan penguasa pasar akhirnya jatuh dan tidak bisa mempertahankan eksistensinya dalam persaingan usaha. Seperti Blacberry, Nokia dan Kodak yang harus menelan pil pahit akibat tidak mampu mengantisipasi dan menyiapkan strategi dengan tepat dan cepat. Sehingga terlambat bagi organisasi ketika baru memikirkan manajemen strategik pada saat berada pada kondisi penurunan atau ketika ada permasalahan besar yang ada di organisasi.

Karena waktu tidak bisa diprediksi dan situasi tidak bisa kita perkirakan. Manajemen Strategi membantu organisasi mengumpulkan, menganalisis, dan mengatur informasi. Mereka melacak tren industri dan kompetitif, mengembangkan model peramalan dan skenario analisis, evaluasi kinerja perusahaan dan divisi, spot baru peluang pasar, ancaman mengidentifikasi bisnis, kreatif dan mengembangkan rencana aksi.

Berbagai jenis strategi bisa diimplementasikan organisasi, dengan mendasarkan pada kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Mulai dari integrasi vertikal dan horizontal, pengembangan produk, pengembangan pasar, penetrasi pasar, diversifikasi, divestasi sampai  likuidasi. Implementasi strategi tersebut oleh organisasi seperti yang dilakukan oleh PT Astra Internasional dengan membangun saluran distribusi untuk memasarkan penjualan mobilnya melalui  pendirian PT. Auto 2000.

AUTO 2000 adalah jaringan jasa penjualan, perawatan, perbaikan dan penyediaan suku cadang Toyota yang berdiri sejak tahun 1975 dengan nama astra Motor Sales dan berubah nama menjadi AUTO 2000 pada tahun 1989 dengan manajemen di bawah PT Astra Internasional Tbk secara penuh. Saat ini AUTO 2000 sebagai retailer Toyota terbesar di Indonesia yang menguasai sekitar 42% dari total penjualan Toyota. Saat ini Auto 2000 memiliki 124 outlet resmi dan direncanakan kedepannya jaringan AUTO 2000 pun akan terus bertumbuh.

Mc Kinsey mengemukakan bahwa keterkaitan antara strategi dengan elemen lainnya yaitu staff, system, style, structure, skills, strategy dan shared value. Perubahan pada implementasi strategi akan berpengaruh terhadap bagaimana organisasi merencanakan karyawan, sistemn yang ada di organisasi, gaya kepemimpinan, keterampilan dari tenaga kerja dan nilai- nilai yang dianut oleh pemimpin.

CEO merupakan katalis kunci dalam strategik. Pejabat ini paling bertanggung jawab atas keberhasilan suatu strategi. CEO menggunakan sampai 80 persen dari waktu mereka untuk mengembangkan dan mengarahkan strategi. Peran CEO dalam implementasi strategi bersifat simbolik dan substantif. Pertama, CEO adalah lambang (simbol) dari strategi baru. Tindakan pejabat ini serta keseriusan komitmennya terhadap strategi yang telah dipilih, khususnya jika strategi merupakan perubahan besar, sangat mempengaruhi intensitas komitmen manajer tingkat bawah terhadap implementasi.

Peran menonjol Bill Gates sebagai juru bicara bagi Microsoft, dan di depan para analis surat berharga dimaksudkan untuk memberikan simbol yang kuat tentang kemampuan kerja untuk melanjutkan strategi yang agresif menuju abad 21.

Kedua, tujuan dan nilai-nilai pribadi sangat mempengaruhi misi, strategi, dan sasaran jangka panjang perusahaan. Menyangkut strategi yang dipilih, ia merupakan sumber penting untuk klarifikasi, penuntun, dan penyesuaian selama implementasi. Perubahan besar dalam strategi seringkali didahului atau dengan cepat diikuti oleh perubahan CEO. Ini menunjukkan bahwa strategi  yang berbeda membutuhkan CEO yang berbeda.

Setelah implementasi strategi, tahapan akhir dari proses manajemen strategi adalah evaluasi strategi. Sebagian besar penyusun strategi sepakat bahwa evaluasi strategi vital bagi kebaikan suatu organisasi, evaluasi yang sesuai bisa menyadarkan manajemen akan masalah atau potensi masalah sebelum situasi menjadi krisis.

Strategi yang dirumuskan dan diterapkan dengan cara yang terbaik sekalipun akan menjadi usang pada saat lingkungan internal maupun eksternal perusahaan berubah. Semakin kompleks masalah yang terjadi pada lingkungan bisnis, semakin sulit pula memprediksi keberlangsungan organisasi di masa yang akan datang. Ada beberapa alasan mengapa organisasi harus melakukan evaluasi strategi :

  1. Adanya perubahan kondisi dan situasi pasar serta perekonomian dimana pasar semakin berkembang, teknologi berubah dan pesaing baru bermuculan
  2. Semakin rumit dan komples aktivitas organisasi sehingga membutuhkan pengawasan
  3. Pimpinan memerlukan alat yang dapat digunakan untuk mengetahui aktivitas dan kinerja bawahan.

Oleh karena itu merupakan sesuatu yang penting bagi penyusun strategi untuk secara sistematis melakukan kaji ulang dan melakukan evaluasi. Evaluasi strategi umunya dilakukan oleh dewan direksi, kepala divisi, pemegang saham dan pemegang jabatan terkait dengan implementasi strategi organisasi.  Banyak organisasi masih mengenyampingkan makna evaluasi strategi karena menganggap bahwa semua kan sudah terjadi, mau diapakan lagi’ ibaratnya nasi sudah menjadi bubur.

Hal inilah yang menyebabkan di masa yang akan datang, kesalahan-kesalahan yang sama tetap dilakukan dan tujuan perusahaan tidak tercapai. Oleh karena itu seyogyanya evaluasi strategi tidak dipandang sebelah mata dan harus dilakukan oleh organisasi. (*)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry