Dewi Widiana Rahayu, S.Pd., M.Pd – Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP

MENGACU pada fungsi dan tujuan pendidikan nasional sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3 yakni mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Ini bertujuan agar berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Konsep pendidikan nasional hendaknya kembali kepada budaya bangsa untuk lebih membangun karakter bangsa. Tidak hanya secara teori namun dalam pelaksanaanya kita perlu kembali melihat budaya kearifan lokal bangsa yang mulai ditinggalkan.

Kembali kepada yang lokal bukan berarti mengkesampingkan metode barat yang sudah ada sebelumnya namun kali ini harus berorientasi pada budaya sendiri sebagai jaminan atas mulai terlihatnya tanda berantakannya kebudayaan dan kemasyarakatan dengan menggunakan sistem among atau among method yang menggunakan dasar momong, among, ngemong.

Guru sebagai pengasuh atau abdi sang anak dan bukan menguasai anak. Hubungan antara guru dan siswa  harus dilandasi sikap saling percaya, cinta kasih dan jauh dari otoriter. Kebebasan yang diberikan guru dalam konsep ini juga masih dalam batas norma yang berlaku, jika siswa dalam perbuatannya dirasa melanggar norma maka guru juga berhak memberikan hukuman yang sesuai. Sehingga dalam hal ini kebebasan yang diberikan ialah kebebasan yang didasari dengan tanggung jawab.

Perkembangan jaman saat ini dirasa berjalan dengan sangat pesat juga membawa dampak positif bagi dunia pendidikan, segala informasi pengetahuan dapat diakses dengan mudah. Namun tidak menutup kemungkinan ada dampak negative yang merupakan pengiring dari perkembangan teknologi.

Pendidikan yang belandaskan pada kebudayaan sebagai pembentuk watak dan karakter siswa agar berbudi pekerti yang luhur perlu diterapkan saat ini bukan hanya melalui mata pelajaran pengenalan dan pemahaman budaya yang sesuai dengan daerah masing-masing namun juga melalui pengalaman siswa.

Di samping itu guru dan orang tua juga saling memiliki keterkaitan dalam mengajarkan budi perkerti kepada siswa yang sejalan dengan metode yang dicetuskan oleh Ki Hadjar Dewantara yakni “ngreti, ngrasa, nglakoni” (menyadari, menginsyafi, dan melakukan). Pada pendidikan dasar memahamkan karakter pada anak memerlukan pembiasaan yang terus menerus untuk anak mulai “ngreti” atau menyadari kemudian “ngrasa” atau memaknai dan kemudian mampu “nglakoni” atau melaksanakan kebiasaan-kebiasaan baik sebagai bagian dari dirinya.

Sesuai kebijakan Kementrian Pendidikan 2020 terkait dengan penilaian survey karakter yang akan dijadikan sebagai salah satu dasar penilaian hasil belajar maka guru, siswa, warga sekolah, orang tua serta masyarakat akan ikut andil dalam membentuk karakter siswa mengingatkan kita kembali akan metode Ki Hadjar Dewantara.

Bahwasanya pada pendidikan era Ki Hadjar Dewantara susad terlebih dahulu menitikberatkan pada pembinaan karakter dan budaya pada ana dengan pembiasaan. Ketika saat ini Negara sedang bersama bahu membahu melawan virus pandemic dunia pendidikan kembali menemukan permasalahan hingga tugas-tugas kognitif yang dianggap membebani siswa digantikan oleh tugas-tugas bermuatan karakter yang bisa dilakukan bersama orang tua. Peran guru dalam hal ini sebagai pengontrol kegiatan tersebut terlaksana atau tidak meski banyak keluhan orang tua siswa terkait bermacam tugas yang diberikan.

Saat ini ketika guru tidak dapat mengajarkan praktik baik ada orang tua yang membantu mengajarkan, inilah yang banyak diharapkan oleh guru dari para orang tua. Adanya kerjasama yang baik dengan lingkungan sekolah dan rumah diharapkan mampu membentuk praktik-praktik baik atau karakter baik pada anak.

Betapa penting peran orang tua dalam membentuk kepribadian anak dengan belajar bersama, melakukan kegiatan bersama tentu akan dirasa lebih bermakna ketika sekolah bukan lagi tempat yang utama untuk menimba ilmu pada saat pandemic seperti ini. Hal ini membuktikan bahwa belajar bisa dilakukan dimana saja dan dengan siapa saja.

Sejatinya orang tua adalah guru pertama bagi anak, anak belajar banyak hal dari orang tua sebelum mereka mengenal pendidikan formal. Maka kektika dilingkungan keluarga dalam hal ini orang tua berkerja sama dengan baik dalam hal pendidikan anak tentunya akan didapat hasil yang baik. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry