Suasana 'damai' di Kantor PBNU. Keterangan foto istimewa.

SURABAYA | duta.co – Akhirnya, Selasa (7/12/21) Pahing , dua kubu yang berseteru di PBNU, Rais Aam vs Ketua Umum, bisa duduk bersama. Keduanya damai, menyepakati kembali jadwal Muktamar ke-34 NU di Lampung yang sudah ditetapkan tanggal 23-25 Desember.

Bedanya penutupan maju sehari, menghormati saudara kita (Nasrani) yang sedang merayakan Natal 2021. Damai ini terwujud setelah pemerintah memastikan batal menerapkan kebijakan PPKM level 3 di saat yang sama, periode Natal dan Tahun Baru (Nataru).

Drs Choirul Anam, Dewan Kurator Museum NU Surabaya, mengingatkan warga nahdliyin agar tidak berharap banyak terhadap kepengurusan PBNU sekarang.

“Ini PBNU KW3. Kualitas nomor tiga. Tidak cukup untuk menata NU secara baik dan benar. Kalau pun mereka damai, itu semu. Karena kepentingan menguasai dan mengkapitalisasi NU jauh lebih besar,” demikian Cak Anam, panggilan Drs Choirul Anam saat menerima mahasiswi Kyoto University, Jepang, Sabtu (27/11/21).

‘Fragmen’ singkat gegeran PBNU, jelasnya, sudah cukup untuk menunjukkan betapa rendah kualitas mereka dan, betapa kuat pengaruh politik dalam diri mereka. “Kalau pun nanti mereka berdamai, syukuri saja. Tetapi, kalau ingin PBNU tertata baik dan benar, maka, jangan pillih semua itu. Jangan pilih dua kubu yang berseteru. Lebih dari cukup pertunjukan mereka,” jelasnya.

Tidak Cukup

Masih menurut Cak Anam, tantangan NU ke depan jauh lebih kompleks. Membutuhkan kepemimpinan yang kuat. Tugas NU adalah membangun masyarakat madani (civil society), masyarakat yang beradab dalam membangun, menjalani, dan memaknai kehidupan ini. “Berat, kalau mengatur dirinya sendiri saja, tidak bisa,” tambahnya.

Kepada mahasiswi Kyoto, sebuah universitas negeri tertua nomor dua di Jepang, Cak Anam menjelaskan dengan rinci bagaimana peran penting NU dalam membangun masyarakat madani, pun komitmennya terhadap NKRI dari masa pra kemerdekaan, zaman Bung Karno (Orde Lama), Pak Harto (Orde Baru) sampai Orde Reformasi.

“Cuma jangan melihat PBNU periode sekarang. Ini memang mengerikan. Hasil Muktamar ke-33 NU di Alun-alun Jombang yang sarat kepentingan politik. Banyak buku tentang itu. Bahkan ada sebuah penelitian (disertasi)  di UI (Universitas Indonesia) yang mengungkap Muktamar Hitam di Jombang,” pungkas Cak Anam sambil memberikan dua buku “NU Jadi Tumbal Politik Kekuasaan, siapa bertanggungjawab” dan “KESIMPULAN TEBUIRENG” kepada mahasiswi tersebut. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry