Keseharian Mbah Kholil yang menempati rumah di gubuk yang tak layak untuk dihuni. (foto/duta.co/abdul aziz)

PASURUAN I duta.co – Pasangan suami istri (pasutri) diketahui bernama Kholil (80) dan Halimah (80), warga Dusun Dompo RT 02 RW 05, Desa Dompo, Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan, kehidupan pasangan kakek nenek yang sudah uzur ini sangat memprihatinkan.

Mereka selama puluhan tahun hidup di tempat bekas kandang ayam yang hanya berukuran 2×4 meter, itupun lahan milik orang lain yang merasa iba pada mereka.

Keseharian Mbah Kholil yang menempati rumah di gubuk yang tak layak untuk dihuni. (foto/duta.co/abdul aziz)

Tak hanya itu saja, keduanya mengalami kebutaan yang disinyalir akibat penyakit katarak yang tak pernah tersentuh bantuan Kartu Indonesia Sehat (KIS) merupakan program dari pemerintah sehingga terasa lengkap penderitaan yang dialami pasutri tersebut. Ironisnya dalam kondisi yang serba kekurangan bagi warga miskin ini tak sepadan dengan gembar-gembornya program pengentasan kemiskinan yang diterapkan oleh pemerintah.

Rumah yang ditempati oleh Mbah Kholil, panggilan akrabnya itu pun merupakan hasil swadaya masyarakat yang merasa kasihan dengannya. Tanah yang ditempati oleh pasutri itu milik Hasanah, warga Desa Jeruk, Kecamatan Kraton, yang tak tega dengan kehidupan warga yang tergolong ‘super’ miskin yang dialami pasutri ini. Keduanya hanya bisa pasrah dengan keadaan. Semestinya mereka merasakan hidup layak

Saat duta.co mengunjungi rumah tak layak huni ini, pasutri itu terlihat begitu lusuh. Tubuhnya yang kurus hanya tertutup selembar baju yang telah terkoyak dan selembar kain jarit pada bagian bawahnya. Di usianya yang telah senja angka 80 tahun membuatnya begitu rapuh. Kakek dan nenek ini, inginkan adanya bantuan yang layak agar diusianya saat ini juga ikut menikmati kesehatan yang layak.

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, mereka hanya mengharapkan uluran tangan dan belas kasihan dari para tetangga terdekat atau keponakannya. Tetangganya juga yang memberikan bantuan secara bergantian. Bahkan sesekali bantuan makanan yang mereka berikan hanya seadanya sesuai kemampuan warga. “Setiap hari kami mendapatkan makan dari tetangga dan keponakan, ”ucap Mbah Kholil

Mbah Kholil menjelaskan, sebenarnya ia memiliki anak dari hasil pernikahan dengan istri pertamanya. Sayang anaknya saat ini tidak diketahui keberadaannya. Kini, mereka hanya bisa pasrah dan mengharapkan bantuan dari pemerintah setempat. “Saya pernah mendapat Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM), tapi sekarang tidak dapat. Semoga kami mendapatkan bantuan kembali, ”harapnya.

Pasutri ini hanya bisa mendo’akan para tetangganya yang dermawan untuk selalu diberikan rezeki lebih dan mendapatkan kesehatan agar bantuan itu tetap berlangsung. Meski demikian, sifatnya bantuan tentunya ada batasnya. Sebagian besar tetangga mengaku kasihan pada mereka. “Terkadang saya beri makan, karena tidak tega melihatnya, ”tandas Dewi Romlah, tetangga dekat pasutri ini. (dul)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry