Ketua Indonesian Bioethics Forum, dr Peter  J Manopo. DUTA/endang

SURABAYA | duta.co –  Bioetik kedokteran masih memprihatinkan. Karenanya, beberapa pihak mencoba untuk melakukan sosialisasi terkait masalah tersebut pada beberapa kampus yang memiliki fakultas kedokteran (FK).

Tujuannya supaya bioetik ini bisa diajarkan pada mahasiswa. Sehingga lulusan fakultas kedokteran bisa memiliki bioetik ketika berhadapan dan memperlakukan pasiennya.

Karena di zaman sekarang ini, pasien bukan lagi sebagai obyek. Pasien  sudah sebagai subyek yang posisinya di atas dokter.

“Masyarakat sudah banyak menuntut sesuatu. Mereka berhak meminta jenis pengobatan apa kepada dokter yang menanganinya. Kalau dulu, semua apa kata dokter, sekarang tidak berlaku lagi. Kalau pasien tidak berkenan untuk operasi misalnya dan meminta alternatif pengobatan, dokter harus memenuhinya,” jelas Ketua Indonesian Bioethics Forum, dr Peter  J Manopo.

Peter yang  hadir di acara seminar dalam rangka World Bioethics Day 2019 di Aula FK Unair, Selasa (5/11),  juga mengatakan, seorang dokter saat ini harus bisa beradaptasi dengan kemauan pasien.

Dokter juga harus bisa mencari alternatif pengobatan yang diinginkan pasien. Sudah bukan hanya dokter yang memutuskan atas pengobatan pasiennya.

“Kalau pasien ingin obat generik ya harus dikasih resep obat itu. Jangan sampai pasien harus menjual rumah atau aset-asetnya gara-gara menuruti kemauan dokter. Pasien punya hak untuk sembuh dan punya hak memilih cara pengobatannya,. Yang penting sembuh,” tutur Peter.

Dengan dokter mulai menerapkan  bioetik ini, diharapkan ke depannya akan meminimalisir adanya malapraktik.

Ketua Unit Indonesia Unesco Chair of Bioethics (HAIFA) FK Unair, dr Siti Pariani  bioetik ini sebenarnya berlaku untuk semua bidang ilmu. Tidak hanya di kedokteran dan kesehatan, tapi di bidang sosial, hukum dan sebagainya.

Apalagi sudah ada deklarasi human right bioethics yang diikuti banyak negara termasuk Indonesia.

“Dari deklarasi itu diimplementasikan ke kurikulum. Jadi kini sudah ada kurikulum bioetik ini yang dibuat Unesco untuk lintas ilmu,” tukasnya.

Sehingga ke depan bukan hanya lulusan FK yang memiliki etik, tapi semua yang berhubungan dengan manusia harus punya bioetik ini.

Kurikulum ini sudah diterapkan semua kampus. Namun ada kampus yang sangat konsern penerapannya, ada yang masih kurang. “Itu tantangan. Karenanya acara sosialisasi ini perlu terus dilakukan. Agar nantinya mereka yang ikut bisa menularkannya ke mahasiswanya,” tukas Siti.

Dekan FK Unair, Prof Dr dr Soetojo, SpU(K) mengatakan bioetik ini memang harus dimiliki semua profesi. Untuk dokter, ketika bioetik ini sudah diterapkan maka dia tidak akan  memandang pasien berdasarkan ras, suku, agama dan perbedaan-perbedaan lainnya.

“Jadi semua diperlakukan sama. Tidak boleh dikotak-kotakkan. Dan itu tidak hanua berlaku pada dokter tapi juga ke profesi yang lain. Dan FK Unair yang memiliki unit bioetik ini akan memfasilitasi segala hal untuk sosialisasi masalah bioetik ini,” tukasnya. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry