Proyek Prestisius Crown Group di AS. DUTA/istimewa

SURABAYA | duta.co –  Pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) ternyata tidak berpengaruh terhadap penjualan properti Crown Group. Pengembang  Australia milik pengusaha asal Indonesia Iwan Sunito itu justru mengalami lonjakan penjualan di awal 2020 ini.

Dari data Crown Group, penjualan tertinggi sepanjang 1,5 tahun terakhir dicatatkan pada Februari, Maret dan awal April 2020 ini. Dikatakan Iwam Sunito, penjualan pada Februari 2020 sebesar USD 19 juta, Maret sebesar USD 22 juta dan hingga pertengahan April juga sudah mengalami lonjakan  yang sangat tinggi.

“Jika kondisi seperti ini, target USD 100 juta bisa terlampaui. Bahkan kami yakin bisa meraih USD 150 juta hingga USD 200 juta,” ujar Iwan saat zoom video conference dengan media di Surabaya, Kamis (23/4/2020).

Iwan mengaku tingginya penjualan ini karena kepercayaan konsumen dari beberapa negara. Tiga besar negara penjualan terbesar Crown Group yakni China, Korea dan Indonesia.

“Kita kebanyakan konsumen untuk siswa yang menempuh pendidikan di Australia. Kalau itu pelajar maka konsumen tidak menunda untuk beli. Misalnya orang kaya Indonesia mau menyekolahkan anaknya di Australia tahun ini, maka mereka tidak akan menunda untuk beli properti kita walau kondisi pandemi seperti saat ini,” jelasnya.

Indonesia kata Iwan, potensi pasar pelajar masih sangat besar. Ada sekitar 10 ribu pelajar asal Indonesia yang menempuh pendidikan di Australia setiap tahunnya. Namun sampai kini hanya empat sampai enam persen yang menjadi konsumen Crown Group.

“Jadi peluangnya  sangat besar. Akan terus kita tingkatkan. Minimal bisa ambil 10 persen dari potensi yang ada, sudah sangat luar biasa,” tukasnya.

Karena itu tidak berlebihan kalau Crown Group juga berharap proyek barunya di Los Angeles California Amerika Sekitar bisa sesukses di Australia. Dan juga disukai konsumennya terutama dari China, Korea dan Indonesia.

Di Amerika, Crown akan mengembangkan proyek mixed-use condominium dan hotel senilai USD 500. Dikatakan Iwan menyatakan sangat optimistis, baik progress pembangunan maupun penjualannya.

“Sama dengan proyek kami di Australia, selain membidik investor lokal Amerika Serikat, juga akan membidik pembeli dari luar negeri, seperti dari Asia. Karena memang pemerintah setempat juga sangat mendukung dan memberikan kemudahan bagi pembeli properti asing, termasuk perbankan,” ujarnya.

Menurutnya, selama ini cukup banyak masyarakat Asia, seperti China, Korea, Taiwan, dan Indonesia yang tinggal dan menetap di Amerika Serikat.

“Dan rata-rata memang keluarga kaya dari orang Asia banyak memilih Amerika Serikat untuk tujuan pendidikan anaknya. Ini potensi yang besar untuk dibidik. Selain tentunya lokasi di Los Angeles yang merupakan kota terbesar ketiga Amerika Serikat, dan menjadi pusat bisnis. Banyak perusahaan-perusahaan global dengan saham blue chip yang berkantor di sini,” ulas Iwan.

Proyek menara setinggi 43 lantai tersebut rencananya akan diluncurkan pada akhir 2021, dan ditargetkan selesai pembangunan pada 2024 atau 2025.

Seperti diketahui, menara yang didesain oleh Koichi Takada Architects ini akan terdiri dari 319 unit kondominium dengan fasilitas ekslusif  bagi para penghuninya di dua lantai teratas dan desain fasad yang merujuk pohon-pohon redwood tua California yang berukuran raksasa.

Kanopi jalan yang dramatis akan memayungi bangunan dan menggabungkan “dinding hijau yang bernafas”, dirancang untuk meningkatkan kualitas udara kota dan memperkenalkan fitur lansekap unik di pusat kota. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry