Oleh: Subadianto*

Perjuangan adalah cinta, dan cinta akan meminta semuanya dari dirinya. Sampai pikiran dan perhatiannya. Berjalan, duduk, dan tidurnya. Bahkan di tengah tidur lelapnya, isi mimpinya pun tentang perjuangan. Tentang rakyat yang cintainya. Lagi-lagi memang seperti itu perjuangan. Menyedot saripati energinya, sampai tulang belulangnya. Sampai daging terakhir yang menempel di tubuh rentanya. Tubuh yang luluh lantak diseret-seret. Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari.

Perjuangan bukannya tidak melelahkan. Bukannya tidak membosankan. Perjuangan bukannya tidak menyakitkan. Bahkan juga para pejuang bukannya sepi dari godaan kebosanan. Tidak…! Justru kelelahan. Justru rasa sakit itu selalu bersama mereka sepanjang hidupnya. Setiap hari. Satu kisah heroik, akan segera mereka sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih tragis. Justru karena rasa sakit itu selalu mereka rasakan, selalu menemani, justru karena rasa sakit itu selalu mengintai ke mana pun mereka pergi, akhirnya menjadi adaptasi.

Kalau iman dan godaan rasa lelah selalu bertempur, pada akhirnya salah satunya harus mengalah. Dan rasa lelah itu sendiri yang akhirnya lelah untuk mencekik iman. Lalu terus berkobar dalam dada. Begitu pula rasa sakit. Hingga luka tak kau rasa lagi sebagai  luka. Hingga hasrat untuk mengeluh tidak lagi terlalu menggoda dibandingkan perjuangan yang begitu cantik. Tapi saking seringnya, hal itu sudah menjadi kewajaran. Dan menjadi semacam tonik bagi iman.

Karena itu kamu tahu. Pejuang yang heboh ria memamer-mamerkan amalnya adalah anak kemarin sore. Yang takjub pada rasa sakit dan pengorbanannya. Karena mereka jarang disakiti di jalan perjuangan. Karena tidak setiap saat mereka memproduksi karya-karya besar. Maka sekalinya hal itu mereka kerjakan, sekalinya hal itu mereka rasakan, mereka merasa menjadi orang besar. Dan mereka justru jadi lelucon dan target doa para pejuang sejati, Ya Allah, berilah dia petunjuk… sungguh Engkau Maha Pengasih lagi maha Penyayang.

Pahlawan adalah seorang pejuang yang tubuhnya luluh lantak. Jasadnya dikoyak beban perjuangan. Tapi iman di hatinya memancarkan cinta. Mengajaknya untuk terus berlari. Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutinya. Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarnya. Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamanya. Teruslah bertahan, hingga kebosanan itu bosan menyertainya. Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemaninya. Kalau iman dan syetan terus bertempur. Pada akhirnya salah satunya harus mengalah.

*Ketua Fraksi PKS DPRD Kab. Trenggalek

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry