KUNJUNGI STAN : Kepala Disperindag Jawa Timur, Drajat Irawan, saat mengunjungi stan peserta Festival Kopi Jawa Timur. (duta.co/dok)

SURABAYA | duta.co –Potensi kopi dan produk kopi di Jawa Timur (Jatim) sangat besar. Namun hanya sebagian kecil saja dikenal dan mampu menembus pasar dalam dan luar negeri. Untuk itu, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jatim mendorong produk kopi olahan dan terstandarisasi sehingga bisa tembus pasar gobal.

Kepala Disperindag Jawa Timur, Drajat Irawan mengatakan caranya melalui UPT SNI (Standar Nasional Indonesia) dan UPT Kemasan, kopi-kopi di Jawa Timur yang dikenal dengan sebutan Java Coffee bisa mengemuka di industri kopi nasional.

Disperindag mempunyai UPT SNI untuk fasilitasi dalam menguji parameter kopi. Selama dua tahun terakhir Disperindag sudah melakukan uji parameter kopi pada 109 IKM, baik dari SNI, barcode maupun merek.

”Kami juga fasilitasi melalui UPT Kemasan, agar lebih menarik saat produk kopi dibawa. Setelah tahap kemasan, kemudian pemasaran dan itu juga difasilitasi melalui pameran baik dalam negeri maupun luar negeri. Pameran dalam negeri biasanya dalam bentuk pameran antar pulau, pameran di tingkat kabupaten/kota serta perwakilan kantor Disperindag,”paparnya di sela Festival Kopi, di Open Space Grand City Mall, Rabu (7/8/2019) malam.

Di sisi ekspor, kata Drajat, Disperindag terus mendorong agar ke depan ekspor kopi lebih banyak dalam bentuk olahan.

”Padahal jika kopi yang diekspor dalam bentuk olahan akan memberikan nilai tambah bagi IKM terutama dari sisi harga bisa meningkat di kisaran 30 persen hingga 60 persen,”tukasnya.

Drajat menjelaskan ekspor kopi dan olahan kopi Jawa Timur pada tahun 2018 mencapai USD187,09 juta, sebagian besar berupa biji kopi belum diolah (73,05 persen) dan kopi instan (22,17 persen), sisanya berupa kopi bubuk, biji kopi panggang (roasted), dan minuman kopi lainnya. Negara utama tujuan ekspor kopi antara lain adalah Mesir, Jepang, Italia, Amerika Serikat, dan Taiwan.

Sementara impor kopi dan olahan kopi Jawa Timur pada tahun  2018 mencapai USD90,35 juta, sebagian berupa biji kopi belum diolah (49,86 persen) yang berasal dari Vietnam, Brasil, dan Papua Nugini. Dengan demikian, neraca ekspor-impor kopi Jawa Timur surplus.

Produksi kopi Jawa Timur pada tahun 2017 mencapai 65,41 ribu ton atau berkontribusi lebih dari 10 persen rata-rata produksi kopi nasional. Bersama Sumatera Selatan, Lampung, Aceh, dan Sumatera Utara, Jawa Timur termasuk 5 provinsi penghasil kopi terbesar di Indonesia.

Terdapat 5 kabupaten penghasil utama kopi di Jawa Timur: Banyuwangi, Jember, Kabupaten Malang, Bondowoso, dan Kabupaten Blitar. Indikasi Geografis (IG) kopi yang berasal dari wilayah Ijen (Bondowoso dan sekitarnya) telah mendapat sertifikat Indikasi Geografis (IG) pada tahun 2013, yakni Kopi Arabica Java Ijen Raung. Kopi jenis ini sangat terkenal di luar negeri dengan sebutan Java Coffee.

Tahun 2019 Jawa Timur kembali mengusulkan IG untuk Kopi Hyang Argopuro. Ke depan, diharapkan ada kopi-kopi Jawa Timur lain yang mendapat IG.

Drajat menambahkan Festival Kopi Jawa Timur diharapkan mampu mempromosikan kopi dan industri kopi Jawa Timur dan mampu menghadirkan IKM kopi terbaik Jawa Timur serta menyajikan berbagai hasil kreatifitas dalam membuat olahan kopi. (imm)

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry