SURABAYA | duta.co – Sudah tiga hari, jagat media sosial nahdliyin ‘ramai’ soal kepengurusan PBNU periode 2021 s/d 2026. Tidak jelas, dari mana sumbernya. Yang jelas, PBNU versis Medsos ini ada nilai positifnya, sebagian menyebut sebagai ‘water testing’.

“Ya minimal mengukur kedalaman, kualitas air. Format seperti itu sah-sah saja. Tetapi, yang jelas, belum final menjadi kepengurusan PBNU mendatang. Saya dengar, Rabu (19 Januari 2022), dilakukan finalisasi di PP Tebuireng, Jombang,” demikian salah seorang nahdliyin terbaca duta.co, Senin (10/1/22).

Ada banyak catatan menarik dari formasi itu. Pertama, nama Drs H Saifullah Yusuf (Gus Ipul) menduduki posisi Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBNU. Sebagian nahdliyin menilai pas, sebagian lagi menyebutnya terlalu teknis dan ‘kekecilan’ tempat.

“Itu ranah formatur. Tapi, kalau boleh menyampaikan pendapat, Gus Ipul memang lebih pas di Waketum PBNU. Mengapa? Memasuki abad kedua NU, tugas dan beban organisasi ini semakin berat karena berbagai faktor,” demikian Mabroer MS, aktivis NU yang juga Ketua Komisi Infokom MUI Pusat kepada duta.co.

Menurut Mabroer, selain jumlah nahdliyin yang mencapai 50% lebih dari umat Islam di Indonesia, juga problem dan tantangan bangsa dan Negara harus menjadi bagian dari tugas-tugas politik kebangsaan Ormas tersebut.

“Oleh karena itu, secara politik, Gus Ipul layak mendapatkan posisi yang strategis. Ini untuk membesarkan potensi dan NU. Kenapa? Karena GI itu merupakan endorser (pendukung) awal terhadap pencalonan GY sekaligus, pun punya history sangat panjang sejak bersama-sama di DPP PKB tahun 2000-an,” jelasnya.

Ketika GY menjadi Ketum, urainya, maka orientasi dan energinya harus fokus menjadikan NU sebagai referensi utama di arena global, karena keberhasilan Islam di Indonesia dalam membangun harmoni hubungan Islam dan Negara. “Sejarah kebersamaan tersebut merupakan modal dasar untuk berbagi peran dan tanggungjawab dalam mengemban tugas berat di NU,” tegasnya.

Pentingnya Konsolidasi

Di sisi lain, lanjutnya, gaya komunikasi GI memungkinkan terjadinya konsolidasi NU dari Pusat hingga daerah dengan mengoptimalkan partisipasi dan peran seluruh jejaring NU. Khususnya Banon-Banom NU yang mempunyai struktur organisasi kuat dari pusat hingga daerah, seperti GP Ansor, Fatayat, Muslimat, dll.

“Semua itu merupakan kapital besar dan bisa menjadikan NU sebagai entitas yang punya magnet cukup kuat untuk kepentingan-kepentingan besar yang tak mungkin bisa menafikan eksistensi kaum nahdliyin,” tambahnya.

Posisinya sebagai Walikota Pasuruan, tegasnya, tidak cukup untuk mewadahi gagasan dia. “GI punya potensi besar memperluas area pengabdiannya, ini penting agar secara simultan bisa menyongsong era generasi digital ke depan. Potensi tersebut tidak cukup hanya dikembangkan di sebuah kawasan kecil seperti Kota Pasuruan, karena potensi yang dimilikinya cukup memadai untuk diterjunkan ke area yang lebih besar,” terangnya.

Catatan menarik lain dari Kepengursan PBNU versi medsos, adalah munculnya nama Mardani H Maming. Nama ini sepertinya ‘istiqomah’ menduduki Bendahara Umum PBNU. “Saya kok yakin, beliau akan menjadi Bendahara Umum PBNU. Pengalamannya dua periode memimpin Kabupaten Tanah Bambu dan posisinya sebagai Ketua Umum Hipmi pada periode 2019-2022, membuat NU akan lebih lincah,” demikian sumber duta.co.

Masih menurut sumber itu, munculnya Mardani H Maming akan menghabisi dominasi PKB di PBNU. Karena Ketua BP Hipmi, mantan Bupati Tanah Bambu, itu juga kita kenal sebagai kader PDI Perjuangan. “Ia masih muda, kalau tidak salah kelahiran Batulicin pada 17 September 1981. Dia juga CEO PT Batulicin Enam Sembilan,” urainya.

Pelantikan di IKN Baru?

Selain nama Mardani, sumber duta.co juga menyebut nama Haji Isam, karib bisnisnya. Ia seorang pengusaha Batubara sukses di Kalimatan. Dia pemilik Pesawat Jet yang pernah ‘muncul’ sebelum Muktamar ke-34 NU di Lampung.

“Maka jangan kaget, kalau nanti kepengurusan PBNU yang baru akan mereka lantik di lokasi Ibu Kota Negara (IKN) yang baru di Kalimantan Timur,” katanya sambil tersenyum.

Kabar PBNU periode 2021-2026 akan dilantik di lokasi Ibu Kota Negara (IKN) yang baru di Kalimantan Timur sudah mencuat di nukaltim.id. Menurut Wakil Ketua PWNU Kaltim, Syaparudin, dipilihnya IKN di Kaltim sebagai tempat pelantikan tentu memiliki alasan tersendiri bagi PBNU.

Peradaban baru bangsa ini setidaknya menjadi salah satu alasan mengapa pilih lokasi di IKN untuk memulai langkah baru dalam menggerakkan ormas terbesar di Indonesia ini. Tentang lokasi pelantikan itu sendiri, nukaltim.id mendapatkan informasi dari Wakil Ketua PWNU Kaltim, Syaparudin.

Menurutnya, besar kemungkinan pelantikan berlangsung di daerah Kabupaten Penajam Paser Utara, titik Nol IKN. “Rencana pelantikan PBNU di IKN akhir Januari 2022 ini. Pastinya seperti apa dan kapan, kita masih menunggu hasil penyusunan pengurus PBNU yang baru,” sebut Syapar yang mendapatkan informasi tersebut langsung dari tim inti Ketum PBNU Gus Yahya tanpa ingin menyebut namanya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry