Salah satu perajin wig dengan model sanggul yang telah selesai digarap. (DUTA.CO/ABDUL AZIZ)

PASURUAN | duta.co – Desa Glagahsari, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Pasuruan, selama puluhan tahun ini dikenal sebagai tempatnya para perajin wig dan sanggul. Namun dengan banyaknya persaingan usaha, justru omset penjualan perajin menurun hingga 50 persen. Hal itu disebabkan banyaknya pabrik produksi sanggul dan wig, yang menjual ke kalangan masyarakat dengan harga cukup murah.

Pudjo Sakti (67), yang merupakan perajin wig dan sanggul setempat mengaku pernah merasakan kesuksesan omset penjualan dari sanggul dan wig pada tahun 2003 lalu. Pada saat itu persaingan usaha masih minim dan belum ada pabrik-pabrik besar yang menjadi saingannya.

“Saat itu, kita bisa menjual sanggul dalam sehari antara 100 sampai 300 wig dan sanggul. Itu pun bertahan setahun,” katanya, saat ditemui di tempat usahanya, Jumat (14/4/2017).

Menurut dia, sejak banyaknya pabrik-pabrik produksi sanggul sintetis usaha yang digeluti sejak 1976 itu mulai mengalami penurunan secara signifikan. Seperti yang terjadi saat ini, pesanan wig dan sanggul dalam sehari hanya mencapai 25 sampai 50 pesanan saja. Itu pun untuk moment tertentu.

“Sudah biasa, dalam usaha ada peningkatan dan penurunan. Tapi untuk tahun ini pembeli sangat sepi,” ujar bapak 5 anak ini.

Meski begitu, lanjut Pudjo, perajin wig dan sanggul ini tak putus asa. Dengan mengikuti zaman. Saat sedang dilakukan inovasi model sanggul agar lebih disukai anak muda di era serba digital sekarang ini. Namun tidak mengurangi mutu dan kwalitasnya.

“Sekarang yang ramai pembelinya dari kalangan anak muda. Karena sengaja kita upayakan didesain sanggul dan wig modern, agar lebih disukai anak muda,” beber dia.

Lebih jauh Pudjo menjelaskan, mahalnya bahan rambut asli membuat kalangan perajin wig dan sanggul di desanya ini, kelimpungan. Untuk itu perajin mulai usaha bangkit dan mencoba untuk memproduksi sanggul dan wig dari bahan sintetis.

“Upaya itu dilakukan dikarenakan harga rambut asli perkilonya panjang 60 cm harganya mencapai Rp 6 juta. Karena bahannya harus mencari sampai ke plosok desa,” imbuhnya.

Tak hanya itu, menurunnya omset penjualan membuat perajin wig dan sanggul ini, tentu saja agar tak merugi, ia harus mengurangi jumlah karyawannya yang sebelumnya berkisar 300 orang karyawan. Kini hanya 25 orang karyawan saja. “Karyawan saya saat ini sudah tinggal sedikit. Saat ini saja banyak yang libur karena mereka lebih memilih bertani,” pungkasnya. (dul)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry