KERJASAMA: Ketua Dewan Komisioner Komisioner OJK melakukan MoU dengan UMM dan Perserikatan Muhamdiyah dan Universitas Muhamdiyah Malang ( UMM) (duta.co/HARIS)

MALANG | duta.co– Harus diakui, tingkat literasi keuangan syariah masih kecil dan terus dikembangkan dan diperluas jangkauannya. Masih banyak masyarakat yang tidak paham dengan keuangan syariah meski potensi pasarnya sangat besar karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam.

Untuk itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus mengembangkan program keuangan syariah, literasi keuangan dan perlindungan konsumen sektor jasa keuangan. Oleh sebab itu, OJK menggandeng Persyarikatan Muhammadiyah dan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Bentuk kedua Nota Kesepahaman antara lain mengenai penelitian bersama ataupun pemberian bantuan pada penelitian dalam pengembangan keuangan syariah pada kegiatan di sektor jasa keuangan.

“Tujuannya untuk menyamakan persepsi dan arah pengembangan keuangan syariah di sektor jasa keuangan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan sektor jasa keuangan berbasis syariah,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad, Selasa (18/4/2017).

Selain itu juga digagas pendidikan bersama bagi pegawai atau warga untuk meningkatkan pemahaman terhadap kegiatan produk jasa keuangan berbasis syariah. Peningkatan kemampuan literasi keuangan dilaksanakan melalui kegiatan, sosialisasi secara lisan dan tertulis, penyusunan desain kurikulum pendidikan yang memuat materi tentang kegiatan di sektor jasa keuangan serta pemberian bantuan teknis dalam memfasilitasi lembaga pendidikan.

Direncanakan juga kerja sama pengabdian kepada masyarakat melalui pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata Tematik mengenai literasi keuangan dan perlindungan konsumen, serta penyediaan gerai Otoritas Jasa Keuangan di kampus UMM.

Muliaman mengatakan optimistis industri keuangan syariah akan terus tumbuh membaik mengingat prospek pasar keuangan syariah di Indoensia sangat besar.

“Saya sangat mengharapkan tahun 2017 menjadi momentum pertumbuhan keuangan syariah, sejalan dengan perkembangan ekonomi domestik yang cukup solid di tengah dinamika global,” tutur Muliaman.

Menurutnya, fenomena kebangkitan ekonomi syariah sangat terasakan belakangan ini di Indonesia, seperti peningkatan kebutuhan untuk makanan halal, busana muslim, kosmetik, obat-obatan, permukiman Islami, dan pariwisata syariah telah tumbuh dengan cepat.

Hal ini terjadi sejalan dengan tumbuhnya kelompok “middle class moeslem” di Indonesia, yang memiliki kemampuan ekonomi yang semakin baik, yang diikuti dengan kesadaran religius yang semakin tinggi, sehingga menciptakan permintaan akan barang dan jasa yang sesuai dengan prinsip syariah.

Muliaman D. Hadad mengungkapkan peran lembaga pendidikan seperti UMM dan perserikatan Muhammadiyah dianggap sangat penting peranannya dalam membangun ekonomi berbasis syariah.

“Geliat ekonomi syariah di dunia saat ini menunjukkan peningkatan yang baik, karena itu perlu adanya dukungan secara penuh seperti UMM untuk ikut membantu secara aktif mensosialisasikan gerakan ekonomi syariah,” ungkap Muliaman.

Komitmen pemerintah sudah sangat jelas, bahkan pemerintah sudah membentuk komite keuangan syariah. “Dimana Indonesia nantinya akan menjadi pusat keuangan regional, sehingga perlu dikembangkan perluasan basis nasabah keuangan syariah dengan sosialisasi dan menggandeng kalangan kampus, ” jelasnya.

Saat ini diakuinya pembentukan basis nasabah syariah, saat ini di Indonesia masih kecil. Baru 5 persen sementara di Malaysia sudah 20 persen karena itu upaya penambahan basis syariah sangat penting.

Rektor UMM, Fauzan MPD mengungkapkan MoU antara OJK dengan UMM merupakan kali kedua.

“Yang berbeda lingkupnya kali ini dilakukan gerakan pemahaman pada masyarakat yang tengah digagasa gerakan literasi dengan membangun OJK Corner,” ungkapnya.

Disamping itu, upaya ini juga akan ditindak lanjuti dengan pengabdian ke masyarakat, karena dua aspek tersebut merupakan tugas perguruan tinggi. (ais/imm)

 

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry