Tetap konsisten, Ki DD Suratman tetap menggeluti hobi sebagai Dalang di tengah kesibukanya sebagai pengusaha otomotif. (ft/Budi Arya)

KEDIRI | duta.co – Bukan hal baru lagi jika agenda besar 5 (lima) tahunan, yakni pemilihan umum (Pemilu) menjadi lorong satu-satunya bagi setiap orang untuk bermimpi bisa melenggang sebagai wakil rakyat alias jadi legislator di gedung DPR, DPRD kabupaten/kota, DPRD provinsi, bahkan menjadi senator di Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

Kompetisi calon legislatif (caleg) ini pun bagian dari momentum untuk Pemilu tahun 2024 mendatang.Terlebih kehadiran banyak partai politik (parpol), telah membuka sebesar-besarnya peluang bagi setiap warga negara untuk dapat menjadi calon wakil rakyat.

Kesempatan tersebutlah yang membuat harapan besar bagi banyak orang untuk memiliki kesamaan hak bisa duduk di kursi kekuasaan pada tingkatan yang diinginkan.

Sementara, ramainya orang menjadi caleg ini tentu memicu banyak pikiran dan pandangan  yang menyebutkan sisi mana enaknya menjadi wakil rakyat, sehingga memacu orang berkompetisi memperebutkan kursi empuk yang disediakan.

Konon, salah satu pikiran mendasar orang yang bermimpi menjadi wakil rakyat, yakni tergiur dengan gaji yang besar, meski tidak semua tingkatan sama, dimana gaji wakil rakyat di DPR RI, DPD tentu lebih besar di atas DPRD Provinsi atau DPRD kabupaten/kota.

Belum lagi kerap dihembuskannya soal  kenaikan penghasilan bahwa gaji anggota dewan yang terhormat pada semua tingkatan bisa mencapai tiga kali lipat. Kondisi ini pula yang membuat ketertarikan orang merasakan bisa jadi wakil rakyat.

Terlepas dari itu, bisa duduk pada tingkat bawah saja sudah memuaskan, terlebih ada  pameo yang menyebutkan wakil rakyat itu hanya datang, duduk, diam bisa membuat seseorang yang merasakan jadi orang kaya baru alias OKB.

“Jadi wakil rakyat itu adalah sebuah hak setiap orang, namun jangan berorientasi hanya dikarenakan gaji yang besar tapi lebih kepada amanah untuk memenuhi harapan masyarakat atau konstituen,” ungkap Ki DD Suratman, sapaan akrabnya saat ditemui, Rabu pagi (17/5)

Lelaki yang melakoni profesi Dalang sejak 1996 di bawah naungan Pepadi ini juga mengungkapkan, orang bisa berpikiran menjadi wakil rakyat adalah sebuah kesempatan karena hanya terbesitnya sepengal saja, yakni gaji, tunjangan ataupun insentif yang diasumsikan besar.

Menurutnya, tujuan dirinya mencoba peruntungan sebagai Calon Legislatif (Caleg) melalui Partai Gerindra, hitungannya memberikan yang terbaik kepada masyarakat. Tentunya, harus melalui proses dengan niatan awal melayani masyarakat.

“Untuk melayani masyarakat, tentu saya harus punya satu bentuk kewenangan untuk ke sana (menjadi anggota DPRD, red), biar bisa menjembatani aspirasi masyarakat,” urainya.

Terakhir, lelaki mempunyai latar belakang sebagai pengusaha ini juga mengutarakan, dirinya sebenarnya tidak berambisi menjadi pejabat melainkan bisa bermanfaat untuk umat dan masyarakat.

“Ya, kalau saya diberi amanah tentu saya tidak bisa memberikan semua yang terbaik, minimal mengurangi beban dan menuntaskan keluhan masyarakat yang harus kita layani. Namanya wakil rakyat, tentu kita harus mewakili rakyat,” pungkasnya. (bud)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry