Fauziyatun Nisa, SST, MKes – Dosen Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (FKK)

CAKUPAN ASI eksklusif di Indonesia masih rendah. Untuk itu perlu adanya upaya penguatan niat ibu menyusui untuk memberikan ASI eksklusif melalui motivasi dan edukasi. Hal ini akan efektif dilakukan sejak masa kehamilan hingga menyusui.

Masih ada ibu yang merasa kurang optimis terhadap jumlah ASI yang dihasilkan. Sehingga kenyataannya menjadi demikian, para ibu benar-benar mengalami gangguan dalam memproduksi ASI. Jumlah ASI yang keluar sedikit, menjadi alasan utama para ibu memilih untuk tidak memberikan ASI eksklusif.

Padahal secara biologis hanya 2-5 % yang memungkinkan ibu kesulitan memberi ASInya. Sisanya sebanyak 95-98 % ibu dapat memproduksi ASI yang cukup untuk bayinya. Oleh karena itu niat memberikan ASI eksklusif harus dipersiapkan sejak masa kehamilan sehingga saat bayi lahir ibu sudah siap untuk menyusui dan memberikan ASI eksklusif.

Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa

World health organization (WHO) menargetkan sedikitnya 50% pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pada tahun 2025. Didapatkan data hanya 40% dari semua bayi di bawah 6 bulan yang diberi ASI eksklusif dan 45% diberikan ASI hingga 2 tahun (World Alliance for Breastfeeding Action, 2019).

Menyusui adalah salah satu investasi terbaik dalam menyelamatkan hidup dan meningkatkan kesehatan, perkembangan sosial dan ekonomi individu dan bangsa. Meningkatkan pemberian ASI eksklusif secara optimal sesuai dengan rekomendasi dapat mencegah lebih dari 823.000 anak dan 20.000 kematian ibu setiap tahun.

Bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif mempunyai kecerdasan yang rendah dan mengakibatkan kerugian ekonomi sekitar $ 302 miliar per tahun (World Alliance for Breastfeeding Action, 2019). Ukuran lambung bayi masih kecil sehingga ASI saja sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi secara lengkap dan sempurna.

Makanan lain selain ASI mengandung protein yang bukan protein manusia (misalnya susu sapi atau daging ikan), yang tidak dapat dicerna dengan baik oleh usus bayi sehingga rawan mengakibatkan alergi.

Niat merupakan bagian penting dari regulasi diri individu yang dilatarbelakangi oleh motivasi dalam bertindak. Niat ini berdampak kuat pada perilaku nyata. Jika seseorang memiliki niat untuk melakukan suatu perilaku maka cenderung akan melakukan perilaku.

Niat menyusui eksklusif adalah persepsi individu terhadap kinerja perilaku menyusui eksklusif. Niat ditentukan oleh sejauh mana individu memiliki sikap positif terhadap perilaku dan didukung oleh orang lain yang mempengaruhi kehidupannya. Niat berfungsi sebagai penentu utama perilaku dan anteseden langsung perilaku. Niat menangkap dimensi motivasi yang berkaitan dengan perilaku.

Niat dimulai dengan pemusatan pikiran, penataan strategi apa yang akan dilakukan, dan perencanaan lama usaha dilakukan. Ketekunan atau niat dalam pikiran merupakan bagian dari motivasi.

Dalam hal menyusui, motivasi intrinsik timbul dalam diri sebagai suatu naluri alamiah atau insting biologis. Motivasi intrinsik beroperasi bila dalam diri timbul perhatian atau minat untuk berbuat sesuatu tanpa memperhitungkan suatu imbalan dari luar.

Keadaan ini memperlihatkan keinginan ibu untuk bersatu kembali dengan anak melalui proses menyusui. Niat menyusui ibu berpengaruh signifikan terhadap durasi pemberian ASI eksklusif. Niat menyusui ibu berhubungan signifikan dengan sikap positif menyusui, pengalaman menyusui sebelumnya dan dukungan suami.

Seseorang akan memiliki niat yang kuat jika informasi yang dimilikinya cukup kuat untuk meyakinkannya bahwa perilaku tersebut layak untuk dilakukan. Niat yang sudah dimiliki seseorang, hendaknya diperkuat dengan menambah pengetahuan mengenai ASI baik keunggulan, komposisi, manfaat, dan keutamaannya. Pengetahuan diperlukan untuk memantapkan niat ibu untuk memberikan ASI.

ASI dapat membantu mengakhiri kelaparan karena mengandung karbohidrat, protein dan lemak terutama pada tetesan terakhir (hindmilk), meningkatkan nutrisi, dan mempromosikan kesehatan yang berhubungan dengan poin kedua dan ketiga SDGs.

ASI juga berperan meningkatkan kesehatan anak dalam jangka panjang, menurunkan risiko penyakit tidak menular dan mengurangi kemungkinan diabetes dan penyakit jantung ketika anak sudah dewasa (poin ketiga SDGs).

Kesehatan jangka panjang ini dimulai dari masa kehamilan hingga anak berusia 2 tahun yang dikenal dengan 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) dalam rangka gerakan nasional sadar gizi dalam rangka percepatan perbaikan gizi. Tinggi rendahnya niat ibu hamil untuk memberikan ASI Eksklusif akan berdampak pada tinggi rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry