Deni Prasetya, anggota Fraksi NasDem DPRD Jatim.

SURABAYA | duta.co – Fraksi NasDem DPRD Jawa Timur mendukung para santri kembali ke pondok pesantren dan kembali aktif menjalani kegiatan belajar-mengajar. Pasalnya, sudah sekitar dua bulan pondok kosong karena santri diliburkan dan dipulangkan ke rumah, demi mengantisipasi penyebaran virus Corona Disease 2019 atau Covid-19.

Deni Prasetya, anggota Fraksi NasDem DPRD Jatim menilai justru sejatinya santri lebih aman berada di dalam pondok ketimbang di luar pondok pesantren. Sebab mereka hanya berinteraksi dengan orang luar sangat terbatas. Karena itu kemungkinan tertular Covid-19 juga sangat kecil.

“Saya mendukung para santri kembali ke pondok pesantren dan aktif belajar. Terpenting harus dipastikan mereka saat kembali ke pondok dalam kondisi sehat. Saya berharap Pemprov memfasilitasi rapid test bagi santri sebelum mereka masuk ke pondok, sehingga kondisi pondok bisa steril,” harap Deni saat dikonfirmasi, Selasa (26/5/2020).

Anggota DPRD Jatim asal daerah pemilihan Jember dan Lumajang ini mengungkapkan, selama protokol kesehatan pencegahan Covid-19 dijalankan di lingkungan pondok, Deni yakin tak akan ada masalah. Diantaranya cuci tangan menggunakan sabun serta pemakaian masker secara disiplin.

Selama pandemi Covid-19, Deni berharap kunjungan wali santri ditiadakan untuk sementara atau paling tidak dibatasi. Hal itu untuk memutus mata rantai penularan virus Corona dari luar ke dalam pondok pesantren.

“Saat ini yang terpenting, pihak pengasuh atau pun pengelola pondok menegakkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 di lingkungan pondok. Kalau itu dilakukan, Insya Allah aman,” ujar kader GP Ansor Cabang Kencong Probolinggo itu.

Ia juga mengingatkan, tahun ajaran baru 2020/2021 segera dimulai dan masa liburan santri pun sudah berakhir. Karena itu sebaiknya Pemprov Jatim mengijinkan santri kembali ke pondok pesantren. Lebih baik lagi kalau kedatangan santri ke pondok difasilitasi pemerintah.

Deni menjelaskan di Jawa Timur ada sekitar 7000 pondok pesantren. Mayoritas pondok pesantren salafiyah dan masih tradisional. Karena itu, pola belajar dari rumah tidak cocok diterapkan untuk santri pesantren salaf yang lebih menerapkan interaksi langsung.

“Kalau santri pondok pesantren modern tidak masalah dengan metode belajar dari rumah, mereka terbiasa dengan gadget dan teknologi. Tapi santri pondok salaf, masih sangat tradisional. Belum akrab dengan Hp, laptop ataupun wifi yang dibutuhkan untuk metode belajar dari rumah. Mereka ini lebih akrab dengan kitab kuning, jumlahnya mayoritas, dan harus diakomodir, ” pungkas politisi muda Partai NasDem ini. (ud)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry