“Berhentilah mengingkari identitas, sebab itu hanya akan memperlihatkan kedunguan kita. Mengapa? Karena  identitas itu sunatulloh, tidak mungkin kita berangus di dunia ini.”

Oleh Prihandoyo Kuswanto*

KETIKA bangsa ini melahirkan bangsa, maka, bangsa itu elemennya terdiri dari berbagai macam Suku Bangsa. Ada Young Java, Young Celebes, ada Young Sumatera, Young Borneo, Young Ambon, Young Bali ,Young Papua dan banyak lagi  lainnya.

Secara historis bangsa ini berbagai macam suku bangsa dan bermacam agama, bermacam adat istiadat dan berbagai macam golongan. Maka dengan kesadaran yang tinggi, pendiri negeri ini melahirkan perekat kebangsaan yang dinamakan Pancasila dengan semboyan BHINNEKA TUNGGAL IKA.

Jadi, secara historis dan realitas yang namanya negara Indonesia, itu komponennya politik Identitas. Kemerdekaan Indonesia pun dimulai dari gagasan HOS Tjokroaminoto dengan pidatonya Selfbesture di Kongres Syarekat Islam. Indonesia merdeka dasarnya Syarekat Islam. Ini identitas. Dan, sejak itulah tumbuh pergerakan kebangsaan Indonesia melawan penjajahan.

Para Founding Father sadar bahwa bangsa ini terdiri dari berbagai suku bangsa, golongan, agama, adat istiadat ,dan berbagai politik aliran. Maka, untuk mewadahi agar Indonesia tidak pecah perlu wadah dengan dasar Pancasila, semboyannya Bhinneka Tunggal Ika, kemudian teraplikasi pada sistem MPR.

Oleh sebab itu MPR terdiri dari golongan politik anggota DPR, utusan golongan dan utusan daerah. Macam-macam identitasnya.

Nah, ketika sistem kolektivisme dalam MPR bubar, maka, politik identitas ini tersumbat, tidak tersalurkan, lalu muncul parlemen jalanan seperti gerakan 212 dll.

Menjadi aneh, kalau sekarang partai politik yang sekubu dengan penguasa, ketakutan dengan kesadaran umat Islam yang sudah tidak bisa lagi diadu-domba. Isu Islamophobia sudah tidak direspon lagi, maka, isu politik identitas menjadi stigma baru. Jualan baru.

Padahal, politik identitas bukan hanya hadir dan melahirkan Negara Bangsa yang bernama Indonesia, tetapi politik identitas justru ikut menjaga NKRI. Ingat, dengan Resolusi Jihad, KH Hasyim Asyari sebagai tokoh NU, mengeluarkan seruan jihad melawan penjajah. Resolusi Jihad itu politik identitas. Jadi peran politik identitas itu berkontribusi besar mempertahankan NKRI.

Ingat pula, Bung Karno butuh politik identitas untuk menciptakan pemimpin dunia dengan membuat NASAKOM. Ini juga politik identitas. Bedanya, Bung Karno salah perhitungan karena komunisnya berkhianat, maka, gagallah gagasan Bung Karno itu.

Lalu, apakah partai partai (politik) itu bukan identitas? Sampai warna saja, kita saksikan menjadi identitas. Merah (PDIP), hijau (PKB), biru (Demokrat), kuning (Golkar), Orange (PKS). Bukannya semua itu identitas? Hanya orang dungu yang anti identitas. Apalagi, kita pun butuh identitas, maka, harus punya KTP, dan SIM segala. Semua itu, identitas.

Jadi? Berhentilah mengingkari identitas, sebab itu hanya akan memperlihatkan kedunguan kita. Mengapa? Karena  identitas itu sunatulloh, yang tidak mungkin kita berangus di dunia ini.

*Prihandoyo Kuswanto adalah Ketua Pusat Studi Rumah Pancasila.

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry