Keterangan foto Muhammadiyah.or.id

SURABAYA | duta.co — Muktamar ke-48 Muhammadiyah telah selesai dalam tenggat waktu yang relatif singkat, secara resmi mulai tanggal 19 dan selesai tanggal 20 November 2022. Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti menyebutnya sebagai Muktamar “Jama Qashar”.

“Memang sangat cepat! Dan Muhammadiyah berhasil menyuguhkan proses Muktamar yang teduh, bermartabat. Terus terang, dalam hal ini, Muhammadiyah patut kita contoh, bagaimana mereka bisa memilih pemimpin tanpa gaduh, apalagi sampai terdengar politik uang. Tidak ada,” demikian aktivisi Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyyah (PPKN), H Tjetjep Mohammad Yasien kepada duta.co, Sabtu (26/11/22).

Menurut Gus Yasien, panggilan akrab alumni PP Tebuireng ini, cara berorganisasi Muhammadiyah, memang, patut kita tiru. Sebagai warga nahdliyin, ia yakin NU mampu melakukan itu.

Gus Yasien (kiri) dan KH Abdullah Muchit, Ulama Sepuh Jawa Timur. (ft/mky)

“Muhammadiyah itu kan saudara tua. Dia 14 tahun lebih tua dari NU. Dia memiliki pengalaman lebih. Kebaikannya harus kita tiru. Soal pendidikan dan kesehatan, misalnya, NU bisa melakukan hal yang sama. Kini banyak kampus dan rumah sakit NU,” terangnya.

Masih menurut pengacara senior ini, prosesi muktamar yang teduh dan bermartabat, memang, menjadi harapan  nahdliyin, termasuk bersih dari isu politik uang.

“Yang menjadi soal, banyak orang berebut menjadi pimpinan NU, dan itu tidak lepas dari banyaknya warga NU yang berujung pada kapitalisasi politik. Saya yakin, ketika warga NU tidak bisa mereka giring ke politik tertentu, maka, jamiyyah an-nahdliyah ini bakal berdiri tegak,” tegasnya.

Lebih Singkat

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti, memang, mengakui, bahwa Muktamar 48 ini lebih singkat kalau kita bandingkan dengan muktamar-muktamar Muhammadiyah maupun ‘Aisyiyah sebelumnya. Akan tetapi, rangkaian demi rangkaian termasuk pembahasan materinya sudah berjalan sejak tiga bulan sebelum pembukaan muktamar secara resmi.

Bahkan dalam proses penjaringan calon-calon yang akan mereka pilih pada Muktamar ke-48 Muhammadiyah telah berlangsung lebih dari satu tahun, seperti yang sudah terlaporkan oleh Sekretaris Panitia Pemilihan (Panlih) Muktamar 48, Budi Setiawan.

Model pembahasan materi secara hibrid oleh Pimpinan Wilayah dan Daerah Muhammadiyah (PWM dan PDM) dari lokasi masing-masing. Setelah materi terbagi, tanggapan atas materi tersebut kepada PP Muhammadiyah bisa melalui tulisan maupun lisan pada Sidang Pleno I.

Perlu tahu, bahwa Sidang Pleno I Muktamar 48 Muhammadiyah terlaksana pada 5 November 2022 secara hibrid, berpusat di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dan berjalan dari 208 titik lokasi.

Meski sebagai muktamar singkat, namun muktamirin yang memiliki hak menyampaikan pendapat, mereka tetap khidmat dan serius dalam mengikuti jalannya sidang dan menyampaikan tanggapan atas materi-materi yang PP Muhammadiyah berikan.

Arif Nur Cholis, Anggota Panitia Persidangan Muktamar 48 menuturkan, meski muktamar waktunya singkat, tapi muktamirin dengan seksama dan khidmat mengikuti persidangan-persidangan yang berjalan selama muktamar, termasuk Sidang Pleno I yang terselenggara dua minggu sebelum pembukaan resmi Muktamar 48.

“Menyaksikan persidangan yang khidmat, tanggapan dan argumen yang sampai ke PP dan terjawab oleh PP juga dengan cermat. Persidangan demokratis saya rasa,” ucapnya.

Menurutnya, ini menjadi ciri khas di Muhammadiyah, bahwa perhelatan muktamar bukan semata-mata hanya pergantian ketua dan sekretaris umum. Tetapi muktamar bagi Muhammadiyah merupakan wadah besar, tempat bertemunya argumen dan gagasan-gagasan yang terbalut dengan dengan saling toleran, teduh dan menjaga ukhuwah.

Mengikuti jalannya sidang yang begitu berisi dan sarat akan argumen-argumen berdasar, namun tetap teduh dan saling ukhuwah. Ini merupakan jati diri yang terpegang teguh oleh seluruh Warga Muhammadiyah, sebagaimana pesan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir. (net)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry