SURABAYA | duta.co – Selama 5 menit 17 detik, seorang ibu yang berprofesi sebagai PKL (Pedagang Kaki Lima) mondar-mandir dan bicara lantang di depan puluhan aparat. Video pendek itu terlihat sampai Senin (5/10/2020) pagi.

Hebatnya, puluhan aparat dari berbagai unsur tersebut, tetap diam.  Polisi diam, TNI diam, Satpol PP juga diam. Sementara, seorang ibu berkerudung dengan ceplas-ceplos, bicara apa adanya.

Meski seorang PKL, tapi, penguasaan bahasanya, luar biasa. Begitu juga gaya bicaranya. Lugas dan lancar.  Tak tanggung-tanggung, dia singsingkan lengan baju, tangannya sesekali lepas menunjuk tempat teman-temannya (PKL) berada.

“Kita ini mau cari makan, buat besok Pak. Tidak sampai menimbun, tidak bisa nyelengi (menabung). Buat bayar Bunga Bank saja, tidak sampai pokoknya. Kenapa? Karena tidak bisa setor. Ini bunganya saja, kalau kita tidak berdagang, lalu bayar bunganya keprimen? (begaimana? red.),” katanya.

Puluhan aparat itu terlihat sabar, diam dan bahkan memberikan kesempatan luas emak-emak ini bicara luas. “Lha kita ini dagang, untuk cari makan buat besok, kok kayak teroris, dijaga aparat sak mene akehe (sebegitu banyak red). Kalau aku teroris dijaga orang segini, benar. Lha kita mau dagang, halal kok. Cari itu yang kiriminal-kriminal, jangan kurang gawean,” jelasnya disambut ‘Hidup PKL’ oleh kawan-kawannya.

Ibu muda ini juga bicara soal sulitnya memenuhi kebutuhan hidup. Bahkan sampai urusan gagal infaq TPQ disampaikan. “Bayar TPQ yang cuma 10 ribu saja, sampai dobel (nunggak red.) tiga bulan,” jelasnya ketus.

Lalu, ia menjelaskan tentang bagaimana cara membangun, negara maju. Menurutnya, negara maju itu kalau rakyatnya maju. “Anane negoro (sebuah negara red.) bisa dikatakan maju, kalau takyatnya maju. Negarane maju rakyate kaliren (kelaparan ed.), bagaimana?,” tambahnya.

“Kalau bisa makan, saya akan diam saja Pak. Misalnya, masih punya uang 50 ribu, untuk makan besok, saya diam saja. Tidak jual hari ini, tidak masalah. Padahal, besok saya harus beli beras, apakah bapak mau gajinya dipotong untuk PKL?,” katanya lagi.

Seluruh aparat yang ada, memilih diam. Wanita ini juga bicara soal hati nurani. Ia paham, bahwa, aparat dalam rangka tugas. Tetapi, ia meminta agar aparat juga menggunakan hati nurani. “Ini di negara sendiri, kok masyaAllah nemen (kelewatan red.),” jelasnya.

Ia begitu mengeluh, melihat lokasi dagangnya selalu dijaga aparat. Sampai-sampai pada malam hari tidak bisa tidur. “Kita cuma cari makan pak, tolong hati nuraninya ditunjukkan, tolong rasa kemanusiaannya ditunjukkan. Saya tahu, saya hormati jenengan tugas. Cuma disamping tugas, adalah belas kasihan ‘oh ya.. ya.. kae PKL cari makan’. Bukan kita jagoan pak. Kita bicara seperti ini karena kita tidak bisa makan,” tegasnya.

Sampai akhir dari video ini, puluhan aparat tetap sabar memberikan keleluasaan ibu ini berbicara. Aparat lebih memilih mendengar, bahkan tidak sedikit yang menelangkupkan tangan, bersandar di mobil dinas, berdiri sambil dengan menyimak kalimat demi kalimat emak-emak. (mky)