SURABAYA | duta.co – Setahun sudah, Gus Solah (KH Salahuddin Wahid) kembali ke Pangkuan Ilahi Robbi. Jejaknya semakin tajam dalam ingatan kita. Adalah kesederhanaan, kejujuran, keikhlasan, kedisiplinan, tanggung jawab serta cara berpikir yang strategis, selalu mewarnai kehidupannya.

Selasa (2/2/2021), para santri, ustadz, ustadzah, gus, kiai dan warga nahdliyin dari berbagai daerah, ikut mengenang 1 tahun wafatnya almaghfurlah KH Salahuddin Wahid. Sementara, pusat acara berada di area maqbarah masyayikh Tebuireng, dengan memperhatikan protokol kesehatan.

H Irfan Asy’ari Sudirman Wahid atau akrab disapa Gus Ipang Wahid saat memberikan sambutan, mengatakan: “Satu tahun sudah berlalu Gus Solah pergi meninggalkan kita, masih segar dalam ingatan kami, wajah papa yang selalu mendengarkan keluh kesah kita semua, sabar, dengerin,” demikian Gus Ipang.

“Pagi-pagi bersama ibu nderes di kamar, 1 juz 1 hari. Kalau ditanya masih sedih tidak? Jawabannya pasti masih. Kehilangan nggak kita? Pasti sangat kehilangan. Bukan hanya kami keluarga dari KH. Salahuddin Wahid tapi pasti juga keluarga besar Tebuireng, bukan hanya keluarga NU, tapi saya yakin banyak sekali kawan-kawan beliau,” katanya.

Masih menurut Gus Ipang, “Kita banyak sekali belajar tentang kejujuran, keikhlasan, disiplin, tanggung jawab, kesederhanaan, begitu banyak. Termasuk yang harus kita banyak belajar adalah masalah berpikir strategis. Strategic thinking ini yang ciri khas dari beliau. Ciri khas orang ITB (Institut Teknologi Bandung), arsitek yang kiai, atau kiai yang arsitek,” ungkap pria kelahiran Jakarta ini.

Gus Ipang saat memberi sambutan. (FT/AJIB/tebuirengonline)

Tak kalah menarik, Gus Ipang berkisah tentang mimpinya. Beberapa kali mimpi bertemu Almaghfurlah. Pesannya: move on. “Di sinilah, kenapa saya dan kawan-kawan dari Tebuireng akhirnya membuat ‘Tebuireng Initiative’ tujuannya adalah untuk itu. Untuk melanjutkan perjuangan bapak. Untuk meneruskan, termasuk kami bersama kawan-kawan dan Kiai Kikin menghadirkan buku ‘Mahakarya Hadratussyaikh’. Itu adalah bagian dari keinginan bapak,” jelasnya.

Mimpi Terakhir

Sementara Parni Hadi (PH), Ketua Pembina Yayasan Dompet Dhuafa Republika (YDDR), dalam ZTV ID yang, diunggah Selasa (2/2/21)  bertajuk: ‘GS & PH, Dua Sahabat Kental dalam Kepedulian Sosial’ mengingatkan pentingnya mewujudkan mimpi terakhir Gus Solah.

“Alhamdulillah, masih ada satu mimpi Gus Sholah yang sekarang dalam proses akhir perwujudan optimalnya, yakni pengoperasian Rumah Sehat atau Rumah Sakit Hasyim Asy’ari, yang dibangun Pesantren Tebu Ireng bersama Dompet Dhuafa untuk kepentingan masyarakat,” jelas PH.

Menurutnya, bangunan fisik rumah sakit itu sudah selesai, tinggal mengisinya agar benar-benar bisa beroperasi, seperti dirancang sebelumnya, yakni pada Agustus 2021 ini. “Mari, kita wujudkan mimpi terakhir Gus Solah ini!,” ajak PH.

Menurut PH, Gus Solah adalah cendekiawan muslim, nasionalis yang santun dan moderat. “Saya berteman akrab dengan (almarhum) Gus Solah sejak akhir 1990-an. Saya biasa memanggil beliau Mas Solah,” kata PH suatu ketika.

Parni melanjutkan kisahnya bersama tokoh Nahdlatul Ulama (NU) kelahiran Kabupaten Jombang, 11 September 1942, itu ketika berjumpa pada pertemuan di Bina Swadaya di Cimanggis, Depok, Jawa Barat, pimpinan Bambang Ismawan, awal tahun 2017.

“Pada saat itu, saya mohon Gus Solah berkenan menjadi pembina Dompet Dhuafa,” kata Parni yang pernah menjadi Direktur Utama Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI).

Setelah itu, Parni mengundang Gus Solah dan istri, Bu Nyai Farida untuk berkunjung ke Rumah Sehat Terpadu (RST) Dompet Dhuafa di Zona Madina. Kunjungan dilakukan pada bulan April 2017 yang dihadiri pula wartawan senior Bambang Wiwoho.

“Setelah melihat RST, beliau tampak puas, kemudian saya berkata kepada beliau: ‘Apa berkenan membuat RS serupa di Ponpes Tebuireng, kerja sama ponpes dan Dompet Dhuafa?’,” kenangnya.

Menurut Parni Gus Solah sangat setuju. Dan giliran dia beserta sang istri mengunjungi Ponpes Tebuireng pada bulan Mei 2017. Ketika itu, Parni ditemani beberapa pimpinan Dompet Dhuafa.

Dalam pertemuan di Ponpes Tebuireng, kata Parni, hadir pula anggota Keluarga Besar Hasyim Asy’ari, kemudian disepakati pendirian RS di kompleks ponpes tersebut. Mengakhiri kisahnya bersama Gus Solah, Parni lantas pun menyampaikan: Selamat jalan Mas Solah, salah seorang putra terbaik Indonesia. Alfatihah! (mk,ant)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry