“…Khilafah itu bukan hasil cipta karya, rasa dan karsa manusia bro! Juga bukan ideologi seperti khilafah-isme Hasto. Bukan pula bikinan pendiri Hizbut Tahrir, Taqiyuddin an-Nahbani.”

Oleh: Choirul Anam*

ADA banyak diskusi dan obrolan menarik: Khilafah bukan ajaran Islam. Ini mungkin karena aliran darah kotornya terhadap HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) sudah naik sampai ubun-ubun. Kelompok pembenci ini lalu menempeli Khilafah dengan isme hingga menjadi ideologi sekelas Marxisme, Komunisme dan  Leninisme. Jika ideologi kiri itu ditandai palu arit, maka khilafah digolongkan Islam kanan, radikal, pemanggul bendera hitam bertuliskan dua kalimah syahadat warna putih dengan pedang terhunus.

Sosok khilafah pun menjadi garang, ganas dan menakutkan. Lalu diberi padanan mengerikan:  ISIS (Islamic State of Iraq and Suriah) atau NIIS (Negara Islam Irak dan Syam) yang, lebih dikenal di sana–di wilayah konflik bersejata Irak dan Suriah—sebagai ad-Dawlah al-Islamiyah fii al-‘Iraq wa al-Syam—al-Syam berarti kawasan Syam atau Suriah Raya. Ialah organisasi teroris yang semula merupakan bagian dari al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden, tapi kemudian berpisah.

Setelah wilayah jarahan ISIS meluas (Juni 2014), para tokohnya sepakat  mengubah nama menjadi al- Dawlah al-Islamyah (Negara Islam) kekhalifahan dunia. Abu Bakar al-Baghdadi diangkat sebagai khalifah bergelar Amirul Mu’minin, yang kemudian mengklaim kendali agama, politik dan militer atas umat Islam di seluruh dunia berada di bawah  kekuasaannya.

Apa lantas pimpinan negara-negera Islam bergabung bro? Jangankan bergabung, dengerin kabar kekhalifahan ISIS saja muak. Para pejabat pemerintahan dan tokoh-tokoh Islam dunia justru mengecam. Apalagi setelah penduduk bumi menyaksikan kekejaman ISIS melalui video yang sengaja disebar lewat jaringan internet. Hampir seluruh negara di dunia mengutuk.

Adegan pemenggalan tentara tawanan, warga sipil, wartawan, dan pekeja sosial yang dipertontonkan, seolah ISIS ingin agar dunia mengecam khilafah Islam yang kejam, bengis dan biadab. Penghancuran situs-situs warisan budaya yang lenyap tanpa sisa pun, rupanya juga dimaksudkan untuk meruntuhkan citra Islam di mata dunia.

Namun sayang, setelah semua kejadian dipertontonkan, justru melahirkan kecaman dan kutukan secara luas kepada ISIS. PBB, NATO dan hampir semua negara di dunia mengutuk aksi teror ISIS sebagai “penjahat perang” tak bermoral.  Sebuah “gerakan politik perebutan kekuasaan” yang melampaui batas kemanusiaan.

 Para tokoh Muslim dunia pun menuduh ISIS bermaksud menjatuhkan Islam dengan menggunakan nama al-Dawlah al-Islamiyah (Negara Islam), dan penerapan konsep kekhilafahan. Mereka bahkan menegaskan: ISIS bukan Islam.  Menyimpang dan sudah keluar jauh dari ajaran Islam yang sesungguhnya.

Benar kata Erward Snowden. Mantan teknisi komputer Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat NSA (National Security Agency) itu, jauh-jauh hari sudah mengingatkan: bahwa dalang atau sutradara di balik aksi-aksi teroris yang mengatas-namakan Islam itu, adalah konspirasi organsasi kapitalis global yang tidak tersentuh hukum. Mereka sengaja menciptakan organisasi teroris (termasuk ISIS) dengan tujuan utama: menjatuhkan citra Islam di mata dunia.

 Mereka (kapitalis global yang biasa bersinergi dengn taipan komunis) juga menguasai media dan jaringan internet, untuk menggiring opini agar dunia menyaksikan permusuhan tiada henti antar pengikut paham atau mazhab dalam Islam. Semua itu mereka lakukan demi kelancaran bisnis kotor mereka, termasuk sektor penjualan senjata. “Saya menghimbau seluruh penduduk bumi, jangan percaya rekayasa konspirasi mereka,”tulis Edward yang kemudian memlih lari minta suaka ke Moscow.

Tetapi, anehnya, di sini, di negeri berpenduduk muslim terbesar, justru dipercaya dan ditelan bulat-bulat. Sehingga, kelompok pembenci khilafah menyasar ke berbagai komunitas, termasuk kalangan intelektual. Khilafah dijadikan isu sentral yang harus digebuk beramai-ramai. Sebuah gerakan yang berbahaya dan perlu diwaspadai. Khilafah mengancam Pancasila dan NKRI.

Banyak intelektual yang kemudian berperan layaknya influencer (pemengaruh) atau buzzer (pendengung) dengan menyebar meme dan tulisan pendek (katanya orisinl–ori), di grup-grup whatsApp. Isinya mendengung-dengungkan kejelekan khilafah agar masyarakat muslim membenci, mewaspadai, melawan dan (jika perlu) memperkusi khilafah. Loh…memangnya khilafah kenapa bro?

Menurut lntelektual tukang buat meme dan tulisan pendek ori itu, khilafah sangat amat berbahaya. Kalau paham komunis (tidak perlu dikhawatirkan), karena sudah usang dan tidak laku dijual. Sepandai apapun mereka mengemas (jualan paham komuns), pasti akan ketahuan juga dan dengan mudah bisa ditumpas. Yang lebih berbahaya dan perlu terus diwaspadai itu justru khilafah. Paham khilafah ini akan mengoyak NKRI seperti terkoyak-koyaknya beberapa negara di jazirah Arab.

Pendapat ori yang disebar di grup WhatsApp itu, lalu diperkuat intelektual tukang buat  meme warning: “Begitulah dahsyatnya pertarungan kekuasaan di masa khilafah dulu. Mereka tidak segan membunuh cucu Nabi demi kursi khalfah”. Lalu, disusul lagi kreasi intelektual merangkap pemandu sorak dengan kopas “Anak Kolong”: Bukan panah/tombak/pedang Yahudi-Romawi yang membunuh Husein—cucu Rasulullah. Tapi (golok) umat Islam sendri…(mereka itu) begundal-begundal khilafah di jamannya”. Wow...keren amat  bro! Begitulah jika intelektual merangkap kerja influencer dan buzzer. Dunia jadi semakin kacau!

Sama dengan Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto. Selain menempeli isme pada khilafah, Hasto juga sangat bernafsu memasukkan khilafah-isme ke dalam RUU HIP. Tujuannya? Bisa jadi, agar umat Islam membenci khilafah. Dan terbukti manjur! Ormas keagamaan sebesar NU (ashabul qoror) dan anak cucunya, terutama Ansor Banser, merasa enjoy dijadikan alat gebuk khilafah-isme Hasto, Terlebih lagi, negara dan kalangan intelijen (rupanya) merestui pertunjukan “drama” persekusi khilafah itu. Maka, hampir tiada hari tanpa gaduh soal khilafah HTI.

Padahal, Khilafah itu bukan hasil cipta karya, rasa dan karsa manusia bro! Juga bukan ideologi seperti khilafah-isme Hasto. Bukan pula bikinan pendiri Hizbut Tahrir, Taqiyuddin an-Nahbani. Khilafah itu janji Allah SWT kepada manusia yang beriman dan beramal salih akan dijadikan pemimpin, khalifah atau penguasa. Dan janji Allah itu pasti. Tidak seperti janjinya pentolan dan jubir HTI.

Cobalah baca Al-Qur’an Surat An-Nuur, Ayat (55). Di situ jelas, Allah SWT telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan senantiasa mengerjakan kebaikan, akan dijadikan khalifah (penguasa) di bumi. Sebagaimana Allah SWT telah menjadikan orang-orang yang sama, sebelumnya.

Kosakata layastakhlifanna… dalam ayat itu, berarti menjadikan khalifah atau penguasa. Dan itu difirmankan sebagai janji Allah kepada orang-orang yang beriman dan senantiasa mengerjakan kebaikan. Bukan hanya kepada Amir HTI saja bro! Juga bukan hanya kepada influencer dan buzzer rezim berkuasa.. Tapi kepada manusa yang aamanuu wa ‘amilusshalihat.

Selain akan dijadikan khalifah,  Allah SWT juga berjanji akan meneguhkan agama-Nya kepada khalifah (pemimpin atau penguasa) yang beriman dan beramal salih itu. Kalimat wa layumakkinanna… dalam ayat itu, berarti meneguhkan. Meneguhkan agama kepada penguasa atau khalifah yang senantiasa taat dan patuh kepada perintah Allah dan Rasul-Nya. Jadi, jika Anda membenci khilafah, Anda bukan berurusan dengan manusa. Tapi berhadapan dengan Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Silahkan!

Karena itu, Ibnu Khaldum (Bapak historiografi dan sosiologi Islam: 732-808 H/1332-1406 M) kemudian memberikan padanan istilah Khilafah dengan Imamah atau kepemmpinan, agar gampng diserap. Yakni, kepemimpinan menyeluruh yang berkaitan dengan urusan agama dan urusan dunia sebagai pengganti fungsi Rasulullah SAW. Orang yang melaksanakan fungsi Khilafah disebut Khalifah. Bentuk jamaknya khulafa’ atau khala’if. Berasal dari kata khalf, yang berarti pegangganti atau wakil.

Dengan demikian, Khalifah berarti orang yang menggantikan (kedudukan) orang sebelumnya. Orang yang menggantikan kedudukan orang lain, dan/atau seseorang yang mengambil-alih tempat orang lain sesudahnya dalam berbagai persoalan, Karenanya, Khalifah bisa pula berarti as-Sulthan al-A’zham atau al-Imam al-A’zham (kekuasan palng besar atau paling tinggi).

Atau, jika mau dipersamakan, mungkin Khilafah bisa dipadankan dengan pengangkatan Paus. Kepala Gereja Katolik Roma, sebagai pengganti fungsi uskup-uskup sebelumnya sejak zaman Petrus– uskup Roma yang pertama. Petrus adalah salah seorang utusan Kristus yang ditugaskan untuk menyebarkan Gereja Kristus. Ia dipandang sebagai rasul utama di antara dua belas rasul. Paus adalah wakil Kristus yang utama di dunia.(bersambung)

*Choirul Anam, adalah Pendiri dan Penasehat PPKN (Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyah). Pembina GERAK (Gerakan Rakyat Anti Komunis) Jawa Timur.

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry