Gus Yasien (kanan) dan Cak Anam (Drs Choirul Anam) dalam sebuah pertemuan. (FT/MKY)

SURABAYA | duta.co – Ketua Harian Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyah (PPKN), H Mohammad Yasien, menolak keras pernyataan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar yang, menyebut 198 pondok pesantren terafiliasi dengan jaringan teroris. Apalagi disebut sebagai data intelijen yang dikumpulkan untuk dilakukan pemantauan.

“Saya cuma heran, kok mudah menyudutkan pesantren. Pernyataan BNPT itu tidak logis, tidak masuk akal. Mana ada pesantren jejaring dengan teroris. Kalau ada, itu pasti bukan pesantren. Cuma dipaksakan dengan label pesantren,” jelas Gus Yasien panggilan akrabnya kepada duta.co, Minggu (30/1/22).

Seperti berita media, Komjen Pol Boy Rafli Amar, Kepala BNPT membeberkan 198 pondok pesantren yang terafiliasi dengan sejumlah jaringan teroris merupakan data intelijen yang dikumpulkan pihaknya untuk dilakukan pemantauan.

Bahkan, Direktur Pencegahan BNPT RI, Brigjen Ahmad Nurwakhid juga mengatakan ponpes-ponpes itu tersebar di seluruh Indonesia. Penilaian itu dilakukan berdasarkan sejumlah indikator berkaitan radikalisme suatu kelompok.

“Terafiliasi 198 itu antara lain bisa jadi terafiliasi secara ideologi tadi. Kedua, bisa jadi mereka terafiliasi memang ada kolaborasi, ada koneksi atau pun kerja sama antara mereka,” kata Nurwakhid kepada CNNIndonesia.com, Kamis (27/1) malam.

Kata Nurwakhid, terdapat juga sejumlah jaringan teroris yang eksis di Indonesia mendirikan pondok pesantren untuk mengembangkan ajarannya secara terselubung. Kegiatan ponpes itu kemudian mereka samarkan sehingga tak terlihat terkait dengan suatu kelompok teroris tertentu. Mereka, sebut Nurwakhid, berkamuflase untuk memuluskan agendanya.

Apa pun bentuk afiliasinya, menurut Gus Yasien, sangat tidak yakin ada pesantren kerjasama dengan teroris. Mengapa? “Karena gen pesantren itu NKRI. Bahkan dari pesantren pejuang-pejungan kemerdekaan RI itu lahir. Kalau sekarang ada stigma pesantren yang tidak-tidak, tentu, menyakitkan. Kami khawatir ini bagian dari skenario menyudutkan pesantren,” tegasnya.

Bagian dari Islamophobia

Masih menurut Gus Yasien, dari pengamatannya, isu  teroris di Indonesia tidak lain hanya bagian dari Islamophobia. Ini karya Amerika Serikat, saat rezim George Bush. Ini politik AS untuk menguasai minyak di negara-negara Arab. Caranya dengan adu domba negara Arab, membuat propaganda Islam radikal sampai teroris, lalu dunia menjadi Islamophobia. “Ironisnya kita ikut langgam mereka,” jelasnya.

Dan, lanjutnya, tidak bisa kita bantah, negara seperti  Irak hancur dengan korban jutaan nyawa tidak berdosa. Ini  mereka mulai dari tuduhan Islam radikal dan teroris. Buntunya Presiden Saddam Husain yang tuduh otoriter dengan bumbu propaganda nuklir, dan ternyata omong kosong. “Lha masak kita mau ikut cara berpikir seperti ini,” tegasnya.

Indonesia, ujarnya,  selama menjadi aktivis tidak pernah melihat teroris. “Di negeri ini teroris asli itu koruptor. Mereka kita biarkan lenggang kangkung. Menurut hemat saya, kejahatan teroris di Indonesia adalah korupsi . Ini yang menghancurkan Indonesia. Cara mengatasinya gampang, tegakkan hukum, libas koruptor. Rakyat pasti nyaman. Jadi, jangan melempar tuduhan kepada pesantren,” pungkasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry