KAJIAN DARING : Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P., dalam kajian daring Universitas Muhammadiyah Malang. (duta/dedik ahmad)

MALANG | duta.co – Dalam kajian dalam jaringan (daring) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P., Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia, Rabu (29/4), mengajak seluruh lapisan masyarakat Indonesia, khususnya civitas akademika Kampus Putih untuk membangun empati sosial di tengah mewabahnya Covid-19. Karena solidaritas saja tidak cukup.

“Harus ada empati sosial berskala nasional. Mereka yang tidak terkena Covid-19, diminta untuk membayangkan bagaimana kalau mereka berada di posisi yang terjangkit. Sehingga tidak muncul sikap antipati, menolak pemakaman, menganggap yang terjangkit sebagai ancaman,” kata Muhadjir di channel youtube UMM1964, agenda yang merupakan rangkaian gelaran Syiar Ramadhan Daring UMM 2020 ini.

Karena, sambung Rektor UMM periode 2000-2016 ini, kalau tidak ada empati mereka yang sembuh pun akan menanggung beban masalah sosial, terutama kesehatan mentalnya terganggu.

“Padahal mereka sangat butuh pengakuan, butuh untuk segera kembali bersama-sama ke tengah masyarakat,” ungkap Muhadjir yang berada di Jakarta. Kajian ini ditonton oleh civitas akademika UMM dan masyarakat umum.

Selain juga memaparkan upaya pemerintah untuk menanggulangi efek wabah Covid-19, Muhadjir lantas berpesan untuk betul-betul mematuhi protokol Covid-19. Salah satu di antaranya mencuci tangan.

“Sebetulnya kita yang rajin shalat sudah cukup mematuhi protokol ini. Makannya, saya rasa, di Indonesia tidak terjadi wabah besar-besaran karena sebagian besar dari penduduk Indonesia mendirikan shalat,” ujar Muhadjir.

Protokol berikutnya, memakai masker dan menjaga jarak. Muhadjir kemudian mengapresiasi langkah Muhammadiyah yang tidak menganjurkan mengadakan shalat berjamaah di masjid.

“Di tengah wabah seperti ini, sebaiknya shalat di rumah saja. Insya Allah lebih berpahala. Ketimbang mereka yang ngeyel tetap melaksanakannya, justru memungkinkan virus Covid-19 untuk menulari kepada lainnya,” sebut Muhadjir.

Yang tidak kalah penting adalah hindari kerumunan. Muhadjir menyebut, bahwa pusat penyebaran Covid-19 sebagian besar adalah tempat ibadah. Karena intensitas penularan salah satunya adalah bagaimana tata cara kita beragama. “Covid-19 ini tingkat mutasinya tinggi. Kalau dia gagal menyerang lapisan masyarakat tertentu atau etnis tertentu, dia akan segera beralih bentuk melakukan mutasi lainnya,” tuturnya.

Sementara itu, Wakil Rektor 1 UMM, Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si yang membuka Kajian daring UMM ini mengatakan, lembaga pendidikan seperti UMM yang memiliki infrastruktur penelitian, fokusnya tengah dicurahkan untuk berpartisipasi dalam mempercepat penanganan Covid-19. Di samping tetap melakukan kegiatan charity untuk kemanusiaan, sambung Syamsul, kita juga senantiasa untuk terus berdoa.dah

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry