(Nomor Tiga dari Kanan) H Nur Hadi ST, Ketua Umum Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyyah (PPKN) (FT/IST)

SURABAYA | duta.co – Bursa calon Ketua Umum PBNU, semakin ramai. Maklum, jadwal Muktamar ke-34 NU, kian dekat, 23-25 Desember 2021. Hampir semua media sosial nahdliyin — dari WhatsApp, facebook, telergram — semua bicara soal siapa sosok paling cocok memimpin NU?

“Ya! Karena ini momentum NU berbenah secara total. Kita punya pengalaman pahit muktamar ke 33 NU di Alun-alun, Jombang. Pun juga Muktamar ke-32 Makassar, ini masih menyisakan rumor ‘banjirnya’ politik uang. Sekarang, saatnya, mengembalikan NU ke jalur aslinya, khitthah 1926 sebagaimana yang keputusan para masyayikh,” demikian H Nur Hadi ST, Ketua Umum Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyyah (PPKN) kepada duta.co, Kamis (7/10/21).

Menurut Cak Nur, panggilan akrabnya, banyak kader handal NU yang, bisa mengelola organisasi ini secara benar, sehingga menjadi mandiri, kuat dan berwibawa. “Tema kali ini bagus: ‘NU Mandiri, Indonesia Bermartabat’. Organisasi ini harus mandiri, tidak boleh tergantung kepada penguasa atau pemerintah. Karenanya, butuh sosok ketua umum yang kuat, baik secara ekonomi, keilmuan mau pun politik kebangsaan. Syukur masih nyambung secara nasab dengan muassis NU,” tegas pengusaha otomatif Sidoarjo.

Tokoh NU Sidoarjo ini, kemudian menyebut nama Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, pengasuh PP Amanatul Ummah . Menurutnya, ialah sosok komplit yang bisa menyelamatkan sekaligus menjaga wibawa NU ke depan. “Kiai Asep punya segudang pengalaman. Pernah jadi Ketua PCNU Surabaya. Beliau juga putra salah satu pendiri NU, almaghfurlah KH Abdul Chalim,” tambah Cak Nur.

Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA (FT/nu.or.id)
Kita ‘Tangisi’

Hebatnya lagi, lanjut Cak Nur, Kiai Asep bukanlah sosok kiai yang suka pamer. Ia sukses mendirikan pesantren Amanatul Ummah di Pacet Mojokerto dengan puluhan ribu santri. Ayahnya (KH Abdul Chalim), adalah sahabat karib KH Abdul Wahab Chasbullah.

“Bahkan saat mendirikan Nahdlatul Wathan, Kiai Abdul Chalim ini menjadi sekretaris Mbah Wahab (ketuanya saat itu). Pun ketika NU berdiri, beliau (KH Abdul Chalim) jelas ikut sibuk bersama Mbah Wahab,” tegasnya.

Bagaimana kalau Kiai Asep tidak berkenan? “Saya kira, ini bukan soal mau dan tidak mau. Ini panggilan moral, wajib. Tidak ada waktu lagi untuk berbenah. Kalau tidak sekarang, lalu kapan? Istilah saya, kita harus ‘tangisi’ beliau, agar Kiai Asep mau memberikan waktunya demi NU,” urainya.

Masih menurut Cak Nur, sosok Kiai Asep juga dekat dengan Presiden Jokowi. Lebih penting lagi, tidak akan ‘menjual’ NU untuk kepentingan sesaat. Kiai Asep juga tidak butuh jabatan. “Saya melihat Kiai Asep itu sosok lengkap. Sudah teruji memimpin NU Surabaya,” pungkasnya.

Belakangan bursa calon Ketum PBNU mulai mengeras. Yang ramai jadi bahasan nahdliyin adalah tampilnya (kembali) KH Said Aqil Siraj (Kiai SAS) dan KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya). Kiai SAS sendiri sudah pernah pidato untuk tidak menyalonkan lagi. Sementara, Gus Yahya juga menjadi catatan tersendiri, karena ‘kedekatannya’ dengan Israel. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry