Yauwan Tobing menyerahkan obat untuk mencegah nyamuk bersarang di genangan air. DUTA/ist

SURABAYA | duta.co – Musim penghujan sangat rentan terjadi berbagai macam penyakit. Salah satunya adalah demam berdarah dengue (DBD).

Kasus ini setiap tahun di musim penghujan selalu saja tinggi. Bahkan di tahun ini, angkanya juga semakin bertambah. Dan serangannya lebih ganas dibandingkan sebelumnya.

Bahkan banyak korban berjatuhan terutama anak-anak yang sudah terlambat dibawa ke rumah sakit sehingga tidak bisa ditolong.

Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa

Karena itulah, tiga dosen dari program studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) melakukan pengabdian masyarakat di RT 08 RW 03 Kelurahan Manyar Sabrangan Surabaya November 2020 lalu.

Pengmas dilakukan Yauwan Tobing Lukiyono, Satriya Wijaya dan dr Retna Gumilang itu  sebelum musim hujan terjadi secara intens seperti saat ini. Karena ketiganya menyadari bahwa serangan DBD akan terus mengintai di musim hujan.

Yauwan Tobing menjelaskan, edukasi yang mereka lakukan adalah sebagai salah satu tindakan mengantisipasi agar warga di wilayah tersebut terhindar dari penyakit DBD. Ini dilakukan saat musim penghujan banyak genangan terjadi di sekitar lingkungan.

 “Nyamuk ini suka dengan genangan air sehingga membuat nyamuk bersarang dan berkembang biak sehingga berdampak pada banyak nyamuk aedes aegypti,” ujarnya.

Memang, kasus DBD yang ditemukan di wilayah Jawa Timur masih juga cukup tinggi salah satunya di Kota Surabaya. Meskipun begitu angka prevelensi kejadian mengalami penurunan setiap tahunnya. “Namun kejadian demam berdarah menjadi masalah tersendiri jika tidak diatasi sedini mungkin,” katanya.

Salah satu alasan ketiga dosen  mengedukasi tentang DBD karena pada  2020 di Jawa Timur kasus DBD masih cukup tinggi, secara kumulatif mencapai 7.535 kasus. Masih tingginya kasus DBD ini menjadi salah satu alasan kami untuk melakukan pencegahan agar wilayah tersebut tidak terjadi demam berdarah. Kami mengedukasi untuk melakukan 3 M (menguras, mengubur, dan menutup) yang berpotensi menjadi sarang nyamuk bertelur dan berkembang biak,” jelas Yauwan.

Selain menggunakan cara 3 M, Yauwan menambahkan untuk menaburkan larvasida dan menyebar ikan di tempat penampungan air. “Ini agar larva nyamuk dimakan atau mati sehingga terhindar dari penyakit demam berdarah,” katanya.

Yauwan berharap melalui kegiatan Pengmas masyarakat di wilayah Manyar Sabrangan terhindar dari penyakin demam berdarah. “Karena memang efeknya cukup mengkhawatirkan, jadi masyarakat biar faham untuk melakukan langkah kecil seperti 3M,” terangnya.

Salah seorang warga, Junaedi mengaku terbantu dengan edukasi yang dilakukan oleh dosen Unusa. Langkah 3M merupakan langkah kecil yang sering dianggap remeh. “Sehingga tidak jarang di lingkungan ini menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk aedes aegypti,” terangnya. ril/hms

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry