Pengamat politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Mochtar W Oetomo (ft/Faizal)

SURABAYA | duta.co – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Yahya Cholil Staquf, beberapa kali melontarkan pernyataan menolak politik identitas, khususnya yang membawa nama NU. Hal ini menarik, karena selama ini sejumlah tokoh maupun partai mengidentikkan dirinya sebagai representasi dari oraganisasi keagamaan terbesar di Indonesia ini.

Pengamat politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Mochtar W Oetomo, mengatakan, ini adalah upaya Gus Yahya untuk menolak NU diidentikkan dengan satu partai atau tokoh. Apalagi ini mendekati tahun politik 2024.

“Penolakan politik identitas itu upaya Gus Yahya untuk memutus keidentikan yang dibangun cak Imin (Muhaimin Iskadar) bahwa PKB adalah NU dan NU adalah PKB yang kemudian dalam praksisnya relatif dalam tanda petik menguntungkan PKB,” ungkap Direktur Surabaya Survey Center (SSC), Selasa (17/1/23).

Lanjutnya, dalam banyak kesempatan hal ini menjadi sulit dipisahkan antara kepentingan keumatan atau kepentingan politik. Sehingga ada kerancuan antara kepentingan NU atau PKB. “Sejak awal dilantik, Gus Yahya concern terhadap upaya untuk memutus mata rantai ini,” kata Mochtar.

Menurutnya, organisasi sebesar NU harus kembali pada khittahnya yang dalam praksisnya tidak boleh hanya dipikul oleh salah satu partai saja, karena itu beresiko besar. “Katakanlah PKB suatu saat mengalami masalah, itu akan berisiko pada NU,” ujarnya.

Berikutnya, ada kemungkinan muncul persoalan di internal. Apakah itu oknum tertentu atau pihak tertentu di pusat yang berusaha berjualan capres cawapres.

“Itu yang kemudian coba dihentikan atau diadang oleh Gus Yahya. Selain itu, memang concern Gus Yahya yang banyak diinspirasi Gus Dur memang tidak menginginkan polarisasi akibat politik identitas terjadi pada pilpres 2014 dan 2019 akan terulang lagi. Ini beresiko besar. Faktanya sampai ke akar rumput bukan hanya di elit. Apalagi kalau politik identitas itu mengatakan NU,” beber Mochtar.

Sebelumnya, Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf kembali menggemborkan penolakan atas politik identitas atas nama NU. Ia menegaskan tak ada rekomendasi calon Capres dan Cawapres 2024.

“Ndak ada, pokoknya saya selalu tegaskan tidak ada calon presiden, atau wakil presiden atas nama NU, tidak ada,” ucap Gus Yahya sapaan akrab, Yahya Cholil Staquf di hotel Mercure, Jalan Darmo, Surabaya, Selasa (11/1/2023).

Bahkan nama-nama besar tokoh NU tak membuat Gus Yahya goyah. Sejumlah nama tokoh NU seperti Ketum PP Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa, Ketum PP Ansor sekaligus Menag RI, Gus Yaqut Cholil Qoumas, Ketum PKB, Muhaimin Iskandar disebut-sebut bakal meramaikan bursa Pilpres 2024.

“Ada yang tanya gimana kalau bu Khofifah, kalau Yaqut, pokoknya tidak ada atas nama NU. Kalau ada capres yang orang NU itu atas nama kredibilitasnya sendiri bukan atas nama NU. Atas nama track recordnya sendiri, atas anama kinerjanya, prestasinya sendiri tidak atas nama NU. Sudah saya tegaskan berulang kali., supaya jelas posisioning NU mencegah politik identitas,” beber Gus Yahya.

Menurutnya yang terpenting adalah kita pertahankan suasana yang aman, stabil, harmonis di antara masyarakat. (zal)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry