Keterangan gambar/Foto kaskus.co.id

“Menurut Bu Sri (Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani)  ada 13 ribu pegawai pajak tidak melaporkan kekayaan. Tentu ini menimbulkan kecurigaan, jangan jangan sama. Rafael menjadi ‘pintu masuk yang sempit’.”

Oleh Mukhlas Syarkun

SIAPA sangka, peristiwa kekerasan oleh Mario yang menimpa David, putra Pengurus Pusat GP Ansor, Jonathan Latumahina begitu menyita perhatian publik.

Bahkan kini, KPK sedang memburu kekayaan ayah Mario (Rafael Alun Trisambodo) yang, jumlahnya berjibun (Rp56,1 miliar). Maklum, kalau KPK bergerak, karena Rafael dikenal sebagai pejabat di sektor pajak.

Akhirnya, persoalan Mario kian melebar kemana mana. Kehidupan glamor keluarga Rafael Alun Trisambodo, pun ikut menjadi sorotan banyak orang.

Mantan Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siradj (Kiai SAS), sempat mengutip hasil Munas NU di Cirebon, Jawa Barat. Intinya warga NU bisa boikot pajak kalau petugas pajak tidak amanah, hasil pajak buat bacaan (korup).

Tiba-tiba narasi ‘boikot pajak’ itu, menjadi trending topic. Mengapa trending topic?

Pertama, jika dulu ada kasus Gayus Tambunan era Presiden SBY yang ngembat begitu banyak duit pajak. Gayus Cuma golongan IIIA, tapi memiliki kekayaan sekitar Rp100 M. Padahal gajinya hanya Rp 12,1 juta per bulan.

Tentu, kini lebih keras lagi disuarakan. Sebab menurut Bu Sri (Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani)  ada 13 ribu pegawai pajak tidak melaporkan kekayaan. Tentu ini menimbulkan kecurigaan, jangan jangan sama. Rafael menjadi ‘pintu masuk yang sempit’.

Kedua, beban pajak sangat berat bagi rakyat. Ini kalau kita bandingkan dengan era SBY. Pajak sekarang gila-gilaan, tidak hanya nilai pungutan pajak yang tinggi, tetapi sasaran wajib pajak juga ke mana mana.

Sektor nelayan misalnya, kini ada empat item sasaran pajaknya. Akibatnya, mereka (para nelayan ini) harus menanggung beban yang semakin berat. Begitu juga sektor lainnya, sama.

Ketiga,  keadaan masyarakat lagi susah, ini dampak resesi global dan pandemi yang memerlukan perhatian khusus. Tetapi, faktanya, justru uang pajak malah habis untuk proyek IKN (Ibu Kota Nusantara) baru dan berbagai proyek yang bukan menjadi kebutuhan mendesak.

Kesannya, (kita) hanya ingin gagah gagahan, sementara rakyat masih banyak yang menjadi gelandangan,  tidak hanya di lokal bahkan di luar negeri (misalnya negeri Jiran) maraknya TKI haram, mereka pun rela tidur hutan (takut ditangkap polisi) demi menyambung hidup anak keluarganya.

Akibat lain, angka kemiskinan, pengangguran, beban hidup menjadi naik drastis. Sementara, fakta lain kita saksikan, pemerintah tidak sanggup menyelesaikan dengan modus Bantuan Langsung Tunai (BLT). Buktinya, jumlah penerima BLT pun kian anjlok. Pemerintah lebih konsentrasi di kategori ‘miskin ekstrem’. Tentu, kondisinya lebih parah (miskin) lagi. Ironisnya, korupsi masih terus naik.

Inilah, mengapa penjelasan Kiai SAS soal baikot pajak menjadi trending topic. Semua dapat kita pahami sebagai bentuk protes publik atas kondisi perpajakan yang memberatkan, tidak adil, tidak amanah. Bukankah demikian? Waalahu’alam.

Jakarta 2/3/2023

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry