dr Utami Ambarsari, SpRad – Dosen Fakultas Kedokteran (FK)

KANKER payudara merupakan salah satu kanker terbanyak pada perempuan selain kanker leher rahim. Meskipun dianggap sebagai penyakit yang mengerikan, kanker dapat dideteksi sejak dini. Deteksi dini kanker tidak hanya dapat menurunkan angka kematian akibat kanker, namun juga meningkatkan kualitas hidup penderitanya.

Apabila kanker payudara terdeteksi sejak dini, maka ada harapan untuk bisa disembuhkan. Menurut Kementerian Kesehatan RI, terdapat beberapa gejala kanker payudara di antaranya terasa benjolan di payudara dan seringkali tidak nyeri. Juga terdapat perubahan tekstur kulit payudara, kulit payudara mengeras dengan permukaan seperti kulit jeruk, dapat keluar cairan dari puting, dan terdapat cekungan ataupun tarikan di kulit payudara. Merujuk pada kondisi tersebut, maka terdapat  cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi gejala penyakit kanker payudara sejak dini.

Deteksi dini kanker payudara dapat dilakukan dengan metode sebagai berikut: Periksa Payudara Sendiri (SADARI), Periksa Payudara Klinis (SADANIS), Pemeriksaan Ultrasonography (USG), dan Pemeriksaan Mammography. Di Indonesia, Periksa Payudara Sendiri kerap dikenal dengan istilah SADARI. American Cancer Society merekomendasikan SADARI sebaiknya dilakukan setiap kali selesai menstruasi (hari ke-10, terhitung mulai hari pertama haid).

Hal itu dikarenakan perubahan tingkat hormon pada saat menstruasi dapat membuat payudara akan lebih kencang dan padat. Pemeriksaan ini dapat dilakukan setiap bulan sejak umur 20 tahun. Tahap untuk melakukan pemeriksaan payudara secara mandiri cukup sederhana, yaitu dengan berdiri di depan cermin dan menaruh lengan di sisi tubuh, lalu perhatikan bentuk dan warna payudara dengan seksama.

Perhatikan apakah terdapat benjolan atau perubahan bentuk dan ukuran payudara atau perubahan bentuk dan warna pada puting. Tahap terakhir adalah memeriksa apakah terdapat cairan yang keluar dari puting, dengan cara menekan lembut puting menggunakan ibu jari dan jari telunjuk.

Gambar 1: Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)

Selain SADARI, deteksi dini kanker payudara juga dapat dilakukan dengan pemeriksaan klinis payudara oleh tenaga medis (Clinical Breast Examination (CBE). Di Indonesia, Periksa Payudara Klinis dikenal dengan istilah SADANIS. Kementerian Kesehatan RI merekomendasikan perempuan usia 20-39 tahun dianjurkan CBE setiap tiga tahun sekali. Untuk perempuan yang mendapatkan kelainan pada saat SADARI dianjurkan dilaksanakan CBE sehingga dapat lebih dipastikan apakah ada kemungkinan keganasan. Pada perempuan berusia diatas 40 tahun, dapat dilakukan CBE setiap tahun.

Riset dalam Journal Clinical Breast Cancer Tahun 2020 menyatakan bahwa sangat penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar melakukan SADARI dan CBE . Apabila kanker payudara dapat dideteksi pada stadium dini dan diterapi secara tepat maka tingkat kesembuhannya cukup tinggi (80-90%).

Pemeriksaan selanjutnya yaitu pemeriksaan ultrasonography (USG). Apabila pada pemeriksaan CBE terdapat benjolan, maka dibutuhkan pemeriksaan lanjutan dengan USG maupun mammografi. Pemeriksaan USG dilakukan untuk membuktikan adanya massa pada payudara yang mengarah pada keganasan.

Metode screening lainnya yaitu mammografi sebagai salah satu metode untuk mendiagnosa kanker payudara sejak dini. Pemeriksaan mammografi dianjurkan untuk dilakukan secara berkala, setiap satu tahun sekali pada perempuan di atas 40 tahun. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada perempuan yang bergejala maupun tidak bergejala.

Melalui pemeriksaan mammografi, dokter dapat melihat jaringan yang tampak berbeda dari struktur sel normal. Gumpalan tersebut bisa tumor atau tumor ganas. Pemeriksaan berikutnya harus dilakukan dengan ultrasonik untuk melihat bagian dalam gumpalan tersebut.

Gambar 2: Teknik Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) payudara

Gambar 3:  Kista pada USG Mamma

Gambar 4: Tehnik Pemeriksaan Mammography

Gambar 5 : Hasil Mammografi

Sebelum memutuskan untuk melakukan pemeriksaan mammografi, maka perempuan dapat mendeteksi gejala kanker payudara sendiri tanpa harus keluar rumah, yaitu dengan periksa payudara sendiri (SADARI). Selain itu, bagi tenaga kesehatan yang melakukan pemeriksaan klinis, maka penting  untuk memberikan motivasi dan edukasi terhadap klien agar dapat melakukan pemeriksaan payudara sendiri secara benar dan teratur sebulan sekali setelah menstruasi.

Hasil riset dalam European Journal of Radiology Tahun 2021, kanker payudara dengan keterlambatan diagnosis lebih dari 2 tahun lebih sering invasif dari kanker yang mengalami keterlambatan diagnosis antara 4-24 bulan. Oleh karena itu, upaya deteksi dini kanker payudara sangat penting dilakukan karena kanker payudara yang dapat dideteksi pada stadium dini dan diterapi secara tepat dapat menurunkan angka kematian akibat kanker. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry