SURABAYA | duta.co – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, mengungkap data menarik bagi insan pers Jawa Timur. Bahwa, media massa sekarang semakin terpojok dalam menghadapi digitalisasi, ini jika tidak secepatnya melakukan adaptasi.

Ia menyebutnya media tengah menghadapi era disrupsi informasi, maka, pengelola media harus berpikir terbuka. Masyarakat sekarang semakin banyak pilihan. Televisi, masih menjadi sumber informasi terpercaya bagi masyarakat, ia menempati angka 53,2%.

Setelah itu, masyarakat lebih memilih media sosial (20,9%), berita daring 13,1%, media cetak 4,2% dan radio hanya 1,3%. Selebihnya (7,3% tidak tahu.

Khofifah kemudian bercerita tentang tuntutan zaman, di mana setiap orang ingin berubah. “Di Jatim, sebelum covid tahun 2019, ada pertemuan muslimat enam bulanan, para muballighoh, juru dakwah. Mereka ini sudah minta untuk ditraining dengan menggunakan fitur-fitur  yang mungkin mereka bisa akses di HP,” katanya.

“Mereka  minta diajari memotret, merekam ceramah. Di situ terlihat betapa banyak yang ingin memanfaatkan teknologi modern,” tegasnya.

Masih menurut Khofifah, transformasi besar hari ini adalah transformasi digital di berbagai sektor. Modal utama media digital untuk merebut pasar bisnis adalah akses internet yang tinggi. Ini kenyataan, dan harus dihadapi bersama. “We have to open mind (kita harus berfikir terbuka),” tegasnya.

Karena itu, saran Khofifah, media harus adaptif di tengah disrupsi informasi. Semua harus beradaptasi. Selain itu, modernisasi media cetak dan media penyiaran, harus menjadi platform digital yang diminati masyarakat.

“Kita harus beradaptasi dengan transofmasi besar dunia. Ketika terjadi perubahan ekosistem, pengaruhnya akan masuk ke nasional, regional dan lokal. Termasuk didalamnya eksistensi media digital di Jawa Timur,” tegasnya.

Industri media Jawa Timur, tambah orang nomer satu di Jatim ini, memang menghadapi peluang (berkembang) dan sekaligus tantangan. “Potensi pasar bisnis media di Jawa Timur berada pada urutan kedua nasional, tentu, setelah regional Jabodetabek. Dan, 1 dari 15 media yang terverifikasi Dewan Pers, itu ada di Jawa Timur,” tambahnya.

Yang harus dikejar, lanjutnya, adalah traffic media. “Selama ini, 170 juta pengakses masih di berada di Jakarta, sedangkan Jawa Timur berada pada angka 5 juta pengakses. Ketimpangan ini disebabkan oleh minimnya pengetahuan, teknologi dan jaringan media digital,” demikian Khofifah Indar Parawansa. (nzm)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry