Keterangan gambar annursolo.com

“Tugas berat ini telah dan sedang dipanggul para “satrio piningit” yang selama ini terzalimi oleh penguasa yang mendewakan harta dan tahta. Penguasa yang telah lama abai terhadap keberadaan dan kekuasaan Tuhan.”

Oleh: Choirul Anam.

RAHASIA dibalik tahun (angka) kembar 2020 adalah, bahwa semua peristiwa atau kejadian di negeri (dan dunia) ini, tidak ada yang terjadi secara kebetulan. Sekecil apapun peristiwa itu terjadi, sudah sepengetahuan dan merupakan kehendak Sang Pencipta. “Bisa dibilang, sudah skenario langit. Sudah pasti terjadi di bumi Indonesia atau di alam raya ini,” tandas Ki Ismoyo meyakinkan para tamunya.

Misalnya, “munculnya KAMI (Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia) yang presidiumnya terdiri tokoh NU dan Muhammadiyah serta Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo, itu sudah skenario langit. Sudah kodrat dan iradah Tuhan. Bahwa TNI dan umat Islam akan tetap bersatu menyelamatkan Indonesia,” kata Ki Ismoyo yang juga akademis bergelar Master Hukum ini.

Kembalinya Habib Rizieq Shihab, setelah 3,5 tahun dizalimi dan diasingkan di kota suci Makkah, justru mendapat sambutan gemuruh umat Islam, itu juga bukan kebetulan. “Melainkan, sudah merupakan ketetapan Sang Pencipta untuk mengangkat derajat Sang Habib”. Lalu para buzzer istana berkumpul (termasuk oknum NU dan Ansor), kemudian  menghujat habis Habib Rizieq, itu juga skenario langit. Biarkan saja! Nanti akan “kelejingan” sendiri”.

Begitu pula kasus Anies Baswedan diperiksa berjam-jam oleh Direskrim Polda Metro Jaya tanpa dasar aturan yang jelas, juga “merupakan ketetapan Allah SWT untuk menaikkan derajat Gubernur Anies, yang selama ini dimusuhi pemerintah pusat secara  gelap mata,” tutur Ki Ismoyo sembari menggambarkan tatanan baru Indoneeia ke depan yang prosesnya sudah dimulai sejak hari ketiga (Jawa: neloni) Kemerdekaan Indonesia, tepatnya tanggal 20 Agustus 2020 bertepatan dan bersamaan dengan tanggal 1 Muharram dan 1 Syuro.

Seorang tamu lantas bertanya: “bagaimana dengan kejadian pencopotan baliho Habib Rizieq Shihab oleh  aparat TNI atas perintah Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurrahman, dengan membawa kendaraan taktis berupa panser bak mau berperang melawan musuh. Padahal sang Habib bukan teroris, bukan pula pemberontak, melainkan ulama yang teguh memegang prinsip amar ma’ruf nahi munkar. Bagaimana pandangan spiritual Ki Ismoyo?

“Sebagai muslim, mukmin, kita harus percaya bahwa semua itu sudah sepengetahuan dan kehendak Sang Pencipta. Allah SWT telah menunjukkan kepada manusia sebuah kejadian, tindakan oknum aparat yang melampaui batas. Sebuah tindakan di luar wewenangnya. Dan Allah pasti akan memberikan panishment. Lihat saja nanti oknum-oknumnya akan “malu” sendiri. Karena TNI tetap bersama rakyat—khususnya umat Islam,”kata Ki Ismoyo sembari menambahkan akan tiba saatnya perubahan.

Tadi Ki Ismoyo menyebut tahun baru Islam 1 Muharram bertepatan dengan tahun baru Jawa 1 Syuro, dan bertepatan pula dengan hari ketiga Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 20 Agustus 2020, merupakan titik permulaan tatanan Indonesia baru Indonesia, maksudnya seperti apa Ki?

“Begini, pada tanggal 20 Agustus 2020 yang bertepatan dengan 1 Muharram dan 1 Syura, itu juga bukan kebetulan. Melainkan, dibalik angka kembar 20 20 20 itu, para leluhur Nusantara (atas kehendak Allah SWT) diturunkan untuk membangkitkan jiwa dan semangat “Satrio Piningit”, menegakkan kebenaran dan keadilan guna menyelamatkan dan mengembalikan kejayaan nusantara,”tutur Ki Ismoyo sambil menambahkan “semua atas kehendak Allah SWT.”

Berarti, “Satrio Piningit” itu sebuah kesadaran jiwa atau semangat juang generasi terhadap tegaknya kebenaran dan keadilan terkait kehidupan berbangsa dan bernegara. Bukan berwujud manusia berjukuk Satrio Piningit Ki?

“Bisa dipahami seperti itu. Setiap anak bangsa yang memliki kesadaran akal budi untuk menegakkan kebenaran dan keadilan, berarti mereka telah menghadirkan jiwa dan semangat satrio piningit. Tetapi, wujud  sosok Satrio Piningit itu sendiri, kelak ada dan nyata. Sama dengan kita memahami “Nur Muhammad” dan Nabi Muhammad itu sendiri. Setiap orang Islam punya “Nur Muhammad”, tapi kapan dan sekualitas apa cahaya itu bisa menyinari jiwa dan semangatnya,” kata Ki Ismoyo menjelaskan perbandingan pemahaman tentang satrio piningit.

Terpenting, kata Ki Ismoyo, tanggal 20 Agustus tahun 2020, bertepatan dengan tahun baru Islam 1 Muharram dan tahun baru Jawa 1 Syuro itu, Allah SWT telah menurunkan para leluhur nusantara untuk memperbaiki kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara yang karut-marut, sekaligus menyelamatkan dan mengembalikan kejayaannya seperti jaman Sriwijaya dan Majapahit.

“Tugas berat ini telah dan sedang dipanggul para “satrio piningit” yang selama ini terzalimi oleh penguasa yang mendewakan harta dan tahta. Penguasa yang telah lama abai terhadap keberadaan dan kekuasaan Tuhan. Penguasa yang melupakan pesan Bung Karno sebagai peletak dasar negara pada Ketuhanan YME,” kata Ki Ismoyo sambil menyitir ayat suci al-Qur’an, surat ar-Ra’d ayat (2) dan al-An’am ayat (59).

Bahwa tidak satupun peristiwa di alam raya ini yang terjadi secara kebetulan. Semuanya terjadi atas kehendak dan sepengetahuan Tuhan. “Keyakinan inilah yang harus kita jaga dan pelihara. Karena Allah SWT telah menegaskan dalam kitab suci al-Qur’an,”tandas Ki Ismoyo sambil menambahkan: “soal tanda-tanda sosok atau profil Satrio Piningit, nanti akan saya ceritakan secara detail karena sudah dapat izin Eyang Sabdo Palon.”

Tentang ayat suci yang disinggung Ki Ismoyo, terjemahannya, surat ar-Ra’d ayat (2): “Allah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menundukkan matahari dan bulan: masing-masing beredar menurut waktu yang telah dtentukan. Dia mengatur urusan (makhluk-Nya) dan menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), agar kamu yakin akan pertemuan dengan Tuhanmu.”

Lalu terjemahan surat al-An’am ayat (59): “Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya, dan tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz)”.

Dari dua ayat suci tersebut, kata Ki Ismoyo, sudah sangat tegas dan jelas bahwa semua peristiwa yang terjadi di alam raya ini (termasuk rentetan peristiwa politik kebangsaan dan kenegaraan Indonesia yang menyimpang dari konstitusi), itu bukan terjadi secara kebetulan. Tapi sudah sepengetahuan dan kehendak Yang Maha Kuasa. “Tinggal kembali kepada diri kita masing-masing: apakah kita sanggup dan mampu menangkap tanda-tanda itu untuk kebaikan diri dan umat manusia, atau tidak,”ujarnya bernada tanya,

Memang, pada surat  al-An’am ayat (59) itu ada kosakata Mafaatihul Goib, artinya berkisar pada suatu hal yang bisa menghilangkan atau membuka sesuatu yang tertutup (izaalatul aglaq), baik yang hissy (indrawi, kasat mata) maupun yang maknawi (tidak kasat mata). Kata mafaatih adalah jamak dari miftah yang artinya kunci atau alat untuk membuka sesuatu.

Atau, bisa juga kata mafaatih bentuk jamak dari maftih, artinya gudang atau tempat perbendaharaan (makhzan, khazanah). Dengan demikian, maksud dari kosakata mafaatihul gaib adalah kunci-kunci semua yang gaib, atau menuju terbukanya gudang yang tertutup rapat.

Nah, kunci-kunci semua yang gaib itu hanya milik Allah SWT. Tidak seorang pun yang memiliki kunci itu, kecuali seizin Allah seperti para malaikat atau para nabi yang diutus-Nya. “Betul sekali, para tokoh spiritual yang berkumpul di Puncar Tidar kala itu, telah merasakan, menangkap dan melihat tanda-tanda perubahan menuju tatanan baru kejayaan nusantara, dan dimulai pada 1 Muharram bertepatan dengan 1 Syura, dan bertepatan pula dengan tanggal 20 Agustus tahun 2020”.

“Semua itu, bukan terjadi secara kebetulan. Melainkan sudah merupakan skenario langit. Sudah sepengetahuan dan kehendak Sang Pencipta. Karena kerusakan di bumi bukan hanya pada sektor lingkungan saja. Tapi kerusakan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, justru semakin parah”.

Penyebabnya? “Karena ulah pemimpin dan penguasa yang zalim. Penguasa dan pemimpin yang amat mendewakan tahta dan harta, tetapi abai dan lupa akan fungsi dan tugasnya sebagai manusia yang diciptakan oleh Sang Pencipta. Sehingga, tibalah saatnya untuk diperbaki kembali sesuai skenario Yang Maha Kuasa,” ujar Ki Ismoyo diamini tim lelaku spiritual yang menyertainya.

*Choirul Anam, adalah Pendiri dan Penasehat PPKN (Pergerakan Penganut Khitthah Nhadliyah). Pembina GERAK (Gerakan Rakyat Anti Komunis) Jawa Timur.

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry