PONOROGO | duta.co – Penggunaan bahasa asing di berbagai lembaga atau media massa, ternyata dapat ‘melunturkan’ arti bahasa Indonesia . Karena masyarakat dikhawatirkan akan semakin jauh dari bahasa utama yaitu bahasa Indonesia.
Sedangkan peran media dianggap cukup stategis untuk menjaga dan mengendalikan bahasa. Hal ini terungkap dari Rapat Koordinas Balai Bahasa Jatim dengan sejumlah wartawan dari berbagai media massa , perguruan tingi , organisasi kegiatan jurnalistik sekolah dan perwakilan dari SLTP di Ponorogo, Senin (17/6).
Rakor yang berlangsung di Aula STKIP PGRI Ponorogo, dilakukan dalam rangka kegiatan pengawasan dan pengendalian penggunaan bahasa di media massa .Balai bahasa Jatim menilai media massa menjadi sangat berperan dalam berkembang atau tidaknya penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa daerah oleh masyarakat.
“Sebab, media massa menjadi etalase penggunaan bahasa, rujukan dalam penggunaan bahasa , pengembang bahasa dan pembina bahasa. Balai bahasa Jatim menilai saat ini terjadi degradasi penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa daerah di Indonesia. Bahkan di Jawa Timur trmasuk di ponorogo, banyak istilah- istilah bahasa di kantor dan disekolahan mulai tergantikan dengan bahasa asing sepeperti bahasa Inggris,” ujar Mustaqim, Kepala Balai Bahasa Jatim pada Kementrian Pendidikand an Kebudayaan.
Menurut Mustaqim, degradasi bahasa juga mulai terjadi pada penuturan bahasa daerah serta varian-variannya. Data dari balai bahasa Jawa timur, di Indonesia saat ini menunjukkan dari 668 bahasa daerah dapat diidentifikasi .
Namun yang memprihatinkan , dari 668 bahasa daerah itu, ada beberapa varian bahasa yang dituturkan oleh 100 orang ( tua) saja dan terancam punah dan tidak bisa dikenali lagi. “Sehingga perlu diambil langkah untuk terus melestarikannya,” imbuhnya.
Balai Bahasa Jawa Timur yang berada berada di bawah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan menjelaskan, untuk mencegah degradasi penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa daerah ini, pihaknya turun di 8 daerah di Jawa Timur, salah satunya Ponorogo, untuk koordinasi dengan sejumlah pihak.
Sementara itu Sutejo, Ketua STKIP PGRI menyampaikan, bahasa kelihatannya tidak penting, Padahal bahasa adalah sebagai alat berpikir. Orang yang jernih pikirannya, maka pola pikirnya juga jernih. “ Jangan pandang remeh bahasa. Bahasa merupakan satu kebanggan, dan merupakan martabat suatu bangsa,” ujar penulis ratiusan judul buku itu. (sna)