H Nur Hadi ST (kiri) dan poster nonton bareng film PKI.

SURABAYA | duta.co – Indonesia sedang dikepung masalah. Demo mahasiswa di mana-mana, bahkan, tidak jarang memantik emosi anak-anak pelajar, STM dan SMA. Hari ini, Senin (30/9/2019) sejumlah guru sibuk mengerem semangat anak didiknya yang ingin turun jalan, mengepung kantor wakil rakyat. Sementara Papua terus membara. Bukan tidak mungkin, kondisi ini dimanfaatkan gerakan kiri, PKI.

Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyyah (PPKN), Senin (30/9/2019) malam, ba’da salat Isya, menggelar nonton bareng (Nobar) film G/30/S PKI bersama Drs Arukat Djaswadi Ketua Center for Indonesia Comunity Studies (CICS) Jatim atau Yayasan Pusat Kajian Komunitas Indonesia di Museum Nahdlatul Ulama (NU), Jl Gayungsari Timur 35 Surabaya.

“Saatnya waspada.  Dalam kondisi seperti ini, bukan tidak mungkin kita kecolongan. Cara-cara PKI sudah terlihat di rusuh Papua, pembantaian dilakukan secara keji. Maka, penting sekali kita baca kembali ‘rute keji’ PKI,” demikian disampaikan H Nur Hadi, ST, Ketua Umum PPKN kepada duta.co, Senin (30/9/2019).

Drs Arukat Djaswadi, Ketua CICS, menyambut baik Nobar film PKI tersebut. Setidaknya, ini harus disampaikan kepada generasi milenial, bahwa, bangsa ini pernah menghadapi betapa kejamnya komunis. “Anak-anak muda harus diberi wawasan yang cukup. Sehingga mereka memiliki daya tangkal yang kuat terhadap ideologi komunis yang selalu menghalalkan segala cara,” jelasnya kepada duta.co.

PKI Tidak Goblok

Arukat akan mengurai kelicikan PKI dalam memanfaatkan kekacauan situasi. Hari ini, jelasnya, kondisi perpolitikan dalam negeri sedang karut marut. Bukan tidak mungkin mereka masuk dari berbagai lini. “Kader PKI itu tidak goblok. Mereka tidak lagi menggunakan cara-cara revolusioner, bunuh membunuh, tetapi masuk lewat sistem politik, mengubah perundang-undangan, menggunakan isu HAM dan hukum,” demikian suatu ketika disampaikan dalam sarasehan kebangsaan bertajuk ‘Mengendus Komunis Gaya Baru’ di tahun politik yang digelar menyambut 18 Tahun Koran Duta Masyarakat, Jumat (15/2/2019).

Sementara, diakui, pemerintah tidak memiliki ketegasan, bahkan ‘larut’ dalam politik kiri. Jika kondisi ini dibiarkan, maka, lima tahun ke depan jagat politik Indonesia akan dikuasai kelompok kiri. Bukan tidak mungkin, pada saatnya kekuatan Islam yang mayoritas, sirna.

Menurut Arukat, kader-kader PKI sekarang ini telah mengubah sistem gerakan politik. Mereka masuk jalur konstitusi. “Sekarang mereka sudah menang. Sekarang ini kader PKI boleh memilih dan dipilih. Jadi gerakan mereka tidak lagi pakai senjata,” jelasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry