SURABAYA | duta.co – Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, Senin (1/2/2021) bakal memeriksa Permadi Arya alias Abu Janda. Menurut Kepala Divisi Humas Polri Irjen Argo Yuwono, Abu Janda dimintai keterangan terkait unggahannya yang menyebut ‘Islam Arogan’.

Hersubeno Arief, wartawan senior yang tergabung dalam Forum News Network (FNN) membedah ‘nasib buruk’ yang mengancam pegiat media sosial (Medsos) Permadi Arya alias Abu Janda sekaligus angin perubahan yang lebih baik.

Melalui channel youtube @Hersubeno Point, Hersu, panggilan akrabnya, membuat tajuk menarik: INI DIA TOKOH YANG “MEMELIHARA” DAN MENYUSUPKAN ABU JANDA. Baru dua jam video ini diunggah, Minggu (31/1/21), sudah dilihat 35 ribu orang lebih.

“Angin perubahan politik ini sedang berhembus sangat kencang. Kalau kita lihat arahnya, angin besar itu sedang berhembus ke seorang aktivis media sosial yang, selama ini kita kenal dengan nama julukan Abu Janda,” demikian Hersu mengawalinya.

Bisa Dilibas

Menurut Hersu, angin perubahan ini begitu deras. Kalau Permadi Arya alias Abu Janda ini tidak waspada, maka, dia bisa dilibas oleh angin perubahan politik itu.

“Karena itu dia harus betul-betul waspada dan harus segera mencari tempat perlindungan,” jelas Hersu dalam video berdurasi 17 menit 02 detik tersebut.

Hersu kemudian membeber fakta, merinci tanda-tanda perubahan angin politik tersebut. Pertama, diawali dari laporan yang dilakukan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Komite Nasional Pemuda Indonesia (DPP KNPI), Haris Pertama ke Bareskrim Polri dengan dugaan Rasis kepada Natalius Pigai.

“Ini tidak main-main. Bukan hanya kepada Bareskrim Polri, KNPI juga memerintahkan kepada seluruh pengurus KNPI wilayah (Indonesia) untuk melaporkan Abu Janda ke Polda masing-masing. Laporan KNPI ini seakan menjadi tongkat ‘dirigen orkestra’. Dan, musik pun mulai bermain,” tegasnya.

Lalu, kedua, menurut Hersu, munculnya pernyataan PBNU, sebuah organisasi yang selama ini dianggap menaungi Abu Janda. Bahkan kita tahu, Abu Janda sendiri selama ini mengklaim sebagai anggota Banser, organisasi underbow (sayap) NU.

“Sekjen PBNU, Helmy Faishal menanggapi cuitan Abu Janda soal ‘Islam Arogan’. Helmy Faishal juga menegaskan bahwa pernyataan Abu Janda (yang) hina Pigai (itu) tak mewakili NU. Ini sangat menarik. Bagaimana seorang Sekjen PBNU sampai harus turun ke gelanggang dan menyatakan Abu Janda tidak mewakili atau bukan representasi dari NU,” tegasnya.

Ketiga, seperti sebuah orkestra, jelas Hersu, angin puting beliung itu berhembus dari delapan mata penjuru angin. Semua partai politik, termasuk partai pendukung pemerintah, mendukung agar Abu Janda segera diproses oleh Bareskrim Polri.

“Tidak semua, memang. Ada satu, dan anda pasti tahu, yang belum mendukung laporan Abu Janda. Partai itu adalah PDIP,” tegasnya.

Keempat, Hersu masuk ‘jantung’ masalah serius. Bahwa, ada dugaan, Abu Janda ini sebagai penyusup, bahkan ada yang memelihara dia. Tetapi, Hersu tidak mau asal duga, apalagi sampai masuk ke ranah delik (pelanggaran) hukum.

Ia memilih mengutip pernyataan mantan Wakil Ketua Umum PBNU KH As’ad Said Ali, yang sudah beredar luas di media, dan dinilai lebih otoritatif.

Hersu, maklum, banyak orang tidak kenal dengan beliau ini (KH As’ad Said Ali red.). Karena selama ini beliau dikenal di belakang layar. Beliau adalah tokoh intelijen nasional. Jabatannya sangat tinggi. Dan beliau ini Wakil Ketua Umum PBNU periode 2010-2015.

“Rupanya sepak terjang dari Abu Janda ini sudah lama diamati oleh Kiai As’ad Said Ali. Kesimpulan beliau, Abu Janda ini adalah seseorang yang disusupkan ke NU dengan tugas memecah belah,” tegasnya.

Selain sebagai mantan Wakil Ketua Umum PBNU, Kiai As’ad Said Ali ini juga sebagai penasehat PP GP Ansor. Kiai As’ad Said Ali sudah pernah mempertanyakan, bagaimana mungkin seorang Abu Janda bisa mengikuti pelatihan kader (Ansor), sebab setiap peserta Latihan Kader, itu lazimnya mendapat rekomedasi dari pengurus cabang.

“Ternyata Abu Janda ini mendapat rekomendasi dari seorang tokoh NU. Tidak disebutkan siapa tokoh NU itu. Cuma semua berprasangka baik saja, barangkali dia memberi rekomendasi itu dengan berprasangka baik saja,” demikian Hersu mengutip Kiai As’ad Said Ali.

Tetapi, meski begitu, jelas Hersu, kita perlu tahu, siapa tokoh NU yang memberikan rekomendasi itu? Dengan begitu akan jelas, apakah dia memberi rekomendasi lantaran sudah tahu siapa Abu Janda? Atau juga karena rekomendasi dari orang lain, dari tokoh tertentu?

“Dari situ kita bisa telurusi siapa yang merekomendasikan, dan bagaimana latarbelakang tokoh ini? Apa betul dia punya kepentingan-kepentingan menyusupkan Abu Janda seperti yang disinyalir Kiai As’ad Said Ali tadi,” tegasnya.

Abu Janda-Abu Janda Lain

Hersu melihat informasi Kiai As’ad Said Ali ini sangat penting dan, otoritatif soal susup menyusup. Mengapa? “Karena beliau ini pernah menjadi Wakil Kepala BIN pada tahun 2000 sampai 2010, beliau adalah tokoh intelijen karier yang meniti dari bawah sampai puncak, sebagai Wakil Kepala BIN,” jelasnya.

Dan, selama menjadi wakil kepala BIN itu, tambah Hersu, Kiai As’ad Said Ali pernah ‘bersentuhan’ dengan Jenderal TNI AM Hendropriyono. “Pak Hendro ini pernah menjadi Kepala BIN pada periode 2001 s/d 2004, saat itu presidennya Ibu Megawati. Penting ini kita sebut. Karena Abu Janda dalam postingannya sering menyebut sangat dekat dengan Jenderal TNI AM Hendropriyono, Tidak sekedar dekat, bahkan ia sempat menyebut sebagai ayah sekaligus mentornya,” urai Hersu.

Tetapi, jelasnya, klaim Abu Janda ini perlu dicek lagi, apakah betul dia (Hendro) sebagai ayah sekaligus mentornya. “Sebagai seorang intelijen yang lama berkecimpung dari bawah sampai puncak, sebagai Wakil Kepala BIN, tentu saja Kiai As’ad Said Ali sangat fasih soal susup menyusup. Dan menurut beliau, masih ada Abu Janda–Abu Janda lain yang juga disusupkan ke PBNU,” jelas Hersu.

Apa tugasnya? Tugasnya adalah mengadu domba. Dari pernyataan Abu Janda yang provokatif itu, sudah berhasil memecah belah NU. Banyak menimbulkan kerugian di internal NU. Abu Janda sering berpura-pura membela NU, tetapi sebenarnya dia mengadu domba. “Ini bahasa yang sangat keras, saya kira, sampai Kiai As’ad menyebutnya ‘Musang Berbulu Domba’,” demikian Hersu.

Tak kalah menarik, menurut Hersu, adalah meneliti lebih jauh, dampak buruknya. Ini bukan saja memecah belah internal NU, tetapi juga hubungan eksternal NU dengan Ormas Islam lain, menjadi sering terganggu karena ulah Abu Janda.

Merepotkan Pemerintah

Selama ini, kata Hersu, kalau kita cermati dari postingan dia terkesan dia buzzer pemerintah. Dia pendukung Presiden Jokowi. Jadi pejah gesang nderek (hidup mati ikut red.) presiden. “Tetapi, kalau kita merujuk statemen Kiai As’ad Said Ali, kita juga bisa curiga jangan-jangan dia juga bukan pendukung Pak Jokowi,” tegasnya.

“Jangan-jangan dia juga seorang yang disusupkan untuk memecah belah. Ini perlu diselidiki oleh Polri. Sebab kalau figur seperti Abu Janda ini dibiarkan, maka sangat buruk presepsi masyarakat kepada pemerintah dan juga kepada penegak hukum. Karena selama ini ada kesan dia dilindungi, dia tidak pernah tersentuh oleh hukum,” ujarnya.

Jadi, orang seperti Abu Janda ini, selain menimbulkan pembelahan yang sangat dalam, yang jauh lebih serius adalah menimbulkan public distrust pada pemerintah dan lembaga penegak hukum.

“Kita sekarang merasakan arus perubahan di tubuh Polri, saat Polri dipimpin Kapolri baru (Listyo Sigit). Kita juga menyaksikan Ambroncius Nababan ditangkap Bareskrim karena tuduhan rasis, yang selama ini tidak kita temukan,” katanya.

“Ini sangat menarik. Kapolri yang baru tinggal meneruskan. Dalam kasus Abu Janda, kalau perlu bongkar tokoh-tokoh di balik itu, siapa? Ini akan berdampak baik kepada Polri mau pun citra Pemerintahan Jokowi,” pungkas Hersu. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry