Ketua PB IDI, dr Adib Khumaidi (kanan) memberikan ucapan selamat kepada dr Sutrisno sebagai Ketua IDI Jatim usai pelantikan di Surabaya, Sabtu (18/2/2023). DUTA/ist

IDI Jatim : Kualitas Dokter Lokal Jauh Lebih Bagus

SURABAYA | duta.co – Liberalisasi bidang kedokteran salah satunya adalah masuknya dokter asing ke Indonesia. Hal itu jelas tidak bisa dihindari, namun pemerintah harus melakukan langkah strategis agar hal itu tidak merugikan banyak pihak. Salah satu yang mengantisipasi masuknya dokter asing adalah Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Ketua Pengurus Besar (PB) IDI, dr Adib Khumaidi mengatakan semua negara saat ini menerapkan selective local barrier untuk masuknya dokter asing ke negaranya. Indonesia kata dr Adib harus memiliki hal itu itu.

“Jadi harus memverifikasi dokter-dokter yang akan masuk, misalnya menyetarakan ijazahnya, kompetensinya dan sebagainya. Itu harus melibatkan organisasi profesi. Pemerintah harus bertanya ke IDI dan organisasi profesi terkait,” kata dr Adib usai melantik pengurus IDI Jawa Timur di Surabaya, Sabtu (28/2/2023) malam.

Selain itu kata dr Adib, negada harus punya referensi lulusan FK di luar negeri yang kualifikasinya bagus. “Sampai saat ini kita tidak punya. Singapura punya, Filipina punya. Jadi dokter asing yang mau masuk Singapura, negara itu sudah punya datanya,” tandasnya.

Seandainya bisa masuk, dokter asing itu tidak serta merta bisa langsung praktik sendiri. Mereka harus bekerja di public hospital (rumah sakit umum) terlebih dulu dengan didampingi dokter lokal, setelah enam bulan dievaluasi hingga mereka dibebaskan untuk bisa bekerja di private hospital.

“Sehingg ada kontrol yang melibatkan organisasi profesi. Indonesia ini pasar yang besar, senua ingin masuk ke sini. Kalau masyarakat tidak mendapatkan layanan yang terkualifikasi itu membahayakan,” ungkapnya.

PB IDI sendiri sudah memberikan masukan pada pemerintah. Liberalisasi memang tidak bisa dihindari tapi bukan berarti membuat sebuah kebebasan tanpa kontroling

Dikatakan dr Adib, regulasi yang sudah ada saat ini menyebutkan tidak boleh ada dokter asing di Indonesia selain untuk  transfer of knowlegde.

Ketua IDI Jawa Timur, dr Sutrisno, SpOG(K) mengaku IDI terus mengantisipasi masuknya dokter asing praktik di Indonesia. Salah satu antisipasinya adalah memberikan kualitas dokter di Jawa Timur yang tidak kalah dengan luar negeri.

Dikatakan Sutrisno, pada prinsipnya Jawa Timur tidak anti dengan dokter asing. “Kita tidak takut dan anti dengan dokter asing,. Karena dokter di Indonesia ini jauh lebih bagus dan berkualitas,” kata Sutrisno

Menurutnya, kahadiran dokter asing di Jawa Timur tidak menjadi masalah asalkan bisa memberi manfaat bagi ilmu pengetahuan dan kedokteran Indonesia. “Tentu IDI akan selektif,” tambahnya.

Sutrisno menegaskan, tidak semua dokter luar negeri bagus. Sebaliknya, dokter Indonesia jauh lebih bagus karena Indonesia mempunyai kurikulum pendidikan lama dan sangat bagus. “Tidak kalah dengan asing. Kita buktikan dokter Jawa Timur kualified,” tegasnya.

Dia akan mengkomunikasikan bahwa dokter Indonesia bukan kleas dua atau tiga, tetapi kelas satu. IDI juga akan menyampaikan ke pemerintah data yang bagus dan valid. Dari data yang diberikan, IDI berharap pemerintah mengambil keputusan yang tepat.

Sementara itu, pada periode kedua kepemimpinanya sebagai Ketua IDI Jatim, dia akan membangun kesolidan di internal pengurus. Pihaknya juga akan memperkuat profesionalitas para dokter, sehingga bisa memberikan karya terbaik dan banyak untuk masyarakat Jatim.

“Secara eksternal, kami juga akan membangun komunikasi dengan pemerintah maupun organisasi profesi yang lain untuk bersama-sama membangun kesehatan masyarakat Jatim,” pungkasnya. ril/end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry