Veronica Boni Pamudja memperlihatkan cairan ampas kopi dan produk baju dengan pewarna ampas kopi, Rabu (13/7/2022). DUTA/wiwik

SURABAYA | duta.co – Ampas kopi sangat berbahaya bagi lingkungan karena mengandung kafein, tanin dan polifenol.

Pemanfaatan ampas kopi mulai banyak dilakukan. Salah satunya oleh mahasiswa program studi Visual Communication Design, Fakultas Humaniora dan Industri Kreatif (FHIK), UK Petra, Veronica Boni Pamudja.

Dalam tugas akhirnya, Veronica memanfaatkan ampas kopi untuk jadi pewarna kain. “Saya banyak mendengar kalau ampas kopi berbahaya bagi lingkungan. Dari situlah saya berpikir untuk memanfaatkannya untuk dimanfaatkan,” ungkapnya.

Pemanfaatan itu diakui Vero berawal ketika baju putihnya ketumpahan kopi. Kopi yang menempel di bajunya itu sulit dihilangkan. “Saya berpikir, berarti kopi itu bisa dibuat pewarna kain dan tidak mudah memudar,” katanya.

Lalu dia mengumpulkan ampas kopi dari beberapa kedai kopi. Ampas kopi itu dia keringkan dengan cara dijemur agar kadar air berkurang.

Setelah itu, Vero merebus ampas kopi yang sudah kering itu hingga air susut hingga 50 persen. Dari air itulah, kata Vero bisa langsung dipakai sebagai pewarna sebanyak 20 kali celupan dengan jarak kurang lebih 15 menit tiap celupan.

Namun, Vero tidak ingin hanya warna dasar yang dia hasilkan. Dia pun menambah bahan campuran lainnya agar bisa menghasilkan warna lain yakni kayu secang dan kunyit.

“Jadi dengan campuran itu bisa menghasilkan 54 warna dengan ditambah kapur, tawas dan tunjung untuk pengikat warna,” ungkapnya.

Pewarna dari bahan ampas kopi ini lebih bagus digunakan untuk kain dari bahan serat alami. Sehingga warna tidak cepat memudar.

Vero sendiri sudah mengaplikasikan pada kain dan kain itu sudah dijadikan baju dan tas. “Saya akan kembangkan itu untuk nantinya bisa dijadikan bisnis lanjutan,” tukasnya. end