KAPAL SHUMOO: Kapal Small Hydrography Marine Boundary Boat (Shumoo) buatan mahasiswa ITN Malang yang mampu mendeteksi posisi, suhu, dan kedalaman perairan maksimal 100 meter. (duta.co/aris)

MALANG | duta.co – Mahasiswa Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang berhasil menciptakan kapal mini tanpa awak yang dapat mengukur posisi, suhu, dan kedalaman suatu perairan. Berkat ciptaanya ini, sejumlah tawaran mengalir dari dalam negeri maupun luar negri. Malaysia salah satunya.

Ketut Tommy Suhari, salah satu penemu kapal yang diberi nama Shumoo atau Small Hydrography Marine Boundary Boat, mengatakan, kapal berbahan baku fiberglass tersebut dilengkapi dengan global positioning system (GPS), termometer, dan echo sounder.

KREATIF: Ketut Tommy Suhari, salah satu pencipta kapal Shumoo. (duta.co/aris)

“Saya sejak semester satu punya keinginan untuk membuat kapal tersebut. Apalagi untuk mengukur kedalaman sungai, danau. masih menggunakan cara-cara lama. Orang harus menyelam dan memakai bambu atau kayu,” ungkap mahasiswa jurusan Geodesi yang akan diwisuda ini, Kamis ( 2/3).

Kepada duta.co, mahasiswa asal Singaraja, Bali, ini menyatakan, percobaan membuat kapal yang punya kemampuan mengukur kedalaman, suhu, dan posisi tersebut 20 kali gagal. “Padahal untuk dana pembuatannya mencapai Rp 20 juta,” ujar anak bungsu pasangan Gede Sujana-Niluh Wandri ini. Dana pembuatan kapal ini dia peroleh dari hibah bantuan dari Dikti (Ditjen Pendidikan Tinggi).

Dipaparkan Ketut, kapal mini tanpa awak buatan timnya tersebut mampu mendeteksi dasar sungai, danau, dengan kedalaman 100 meter. “Namun kemampuan deteksi kedalaman bisa ditambah dengan cara meng-upload-nya melalui wifi,” jelasnya.

Disinggung hasil proyeknya dilirik oleh negara asing, Ketut membenarkan bahwa produknya akan dibuat secara massal oleh sebuah perusahaan di Malaisya. “Rencananya begitu, namun kapal ini belum sempurna. Dan, itu (produksi missal) butuh dana besar. Karena itu, kapal ini akan dipasarkan di Malaysia,” ujarnya.

Mengenai harga kapal jenis ini, Ketut mengatakan, di kisaran Rp1,5 miliar. “Kalau buatan Bandung hanya Rp 600 juta-Rp 700 juta. Sementara kapal buatannya akan dijual Rp 60 juta sampati Rp70 juta,” tandasnya.

Humas ITN Malang Yuli kepada duta.co menyatakan, karya mahasiswa ITN tersebut menjadi salah satu kebanggaan ITN. “Ini sangat berguna, karena dapat membantu transpotasi pelayaran sungai,” ujarnya.

Namun, pihak ITN tidak bisa membantu mematenkan temuan mahasiwanya ini. “Kita sudah tawarkan, namun yang bersangkutan mengaku sudah mengurusnya sendiri,” ungkapnya. ais

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry