SURABAYA | duta.co —  Pernyataan mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo (GN) tentang adanya massa (demo) bayaran berunjuk rasa pada acara KAMI (Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia) di berbagai daerah, ternyata terbukti.

Di Surabaya, dua mahasiswa asal Pelauw, Ambon yang sedang belajar  di Surabaya mengaku dibayar dan tidak tahu menahu, apa itu KAMI. Lebih lucu lagi, mereka tidak tahu dan tidak sadar bahwa yang didemo adalah kantor om sendiri. Di mana dia sering keluar masuk, bahkan makan bersama di tempat itu.

Mereka kemudian minta maaf kepada pengurus Ikatan Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Pelauw (IPPMAP). Sekjen IPPMAP M Syarif Tuasikal melalui channel Hersubeno Point, membenarkan penyesalan dua mahasiswa itu.

“Jadi ketika aksi demo (wajah) mereka ini kelihatan. Mereka ini ternyata malamnya sudah dihubungi untuk bertemu di warung kopi, dijelaskan kalau besok ikut demo, tempatnya di Gedung Juang 45 Surabaya. Ternyata, acara batal di Gedung Juang, pindah ke Graha Zabal Nur. Peserta demo pun menuju Zabal Nur,” tegas M Syarif Tuasikal kepada Hersubeno Arief, yang videonya viral sampai Kamis (1/10/2020).

Begitu sampai di Zabal Nur, dua mahasiswa yang datang bersama puluhan kawannya ini, terkaget. Lho, ini tempat kita berkumpul, kantornya om, kantor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur pimpinan Dr Basa Alim Tualeka. “Kemarin malam mereka masih makan ikan bakar di situ,” tambah M Syarif Tuasikal disambut tawa lepas Hersubeno Arief.

Karena wajahnya sudah tertangkap basah, maka, keduanya bertekad untuk  meminta maaf. Karena sesungguhnya dia tidak tahu agenda aksi, dan juga tidak mengerti tentang KAMI. Di depan M Syarif Tuasikal mahasiswa itu berterus terang mendapat upah sebesar Rp 100 ribu.

Akhirnya Syarif Tuasikal memberikan arahan bagi mahasiswa yang masih muda ini. “Sebagai mahasiswa kritis boleh, tetapi lihat dulu yang dikritisi. Apakah sudah paham tentang KAMI, termasuk siapa-siapa orangnya. Ternyata mereka tidak tahu. Kalau untuk pengalaman, public speaking harus paham dulu. Sebagai mahasiswa teliti dulu sebelum bertindak,” demikian arahan M Syarif Tuasikal.

Kisah dua mahasiswa ini, lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa demo anti KAMI di Gedung Juang dan Zabal Nur,  bukan murni mewakili Arek Suroboyo. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry