Tim riset Fapet Unisma dengan produk unggulan Kambing BOERPE. (DUTA.CO/IST)

MALANG | duta.co – Tim riset Fapet Unisma berhasil menemukan deteksi resistensi crossbreeding Kambing Boerpe melalui profil darah. Lewat pemeriksaan profil darah ini memudahkan mendapatkan anak kambing yang berkualitas unggulan. Riset ini sebagai wujud Unisma sebagai mitra pemerintah dalam mendukung kemandirian bangsa terhadap pangan hewani.

Menurut Ketua tim riset Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Islam Malang (Unisma), Ir Dedi Suryanto MP, kampus kebanggaan NU ini merupakan mitra pemerintah dalam mendukung kemandirian bangsa terhadap pangan hewani. Pangan merupakan soal hidup matinya suatu bangsa, pemenuhan kecukupan pangan harus mampu berdikari di atas kekuatan sendiri.

Kondisi saat ini, kata dia, untuk pemenuhan daging dalam negeri pemerintah masih impor. Tahun 2019 impor daging sapi mencapai 30 ribu ton. Akar masalah dari tingginya importasi bahan pangan adalah rasio jumlah penduduk yang tidak sebanding dengan jumlah ketersediaan sumberdaya pangan hewani.

Periset dari Fakultas Peternakan Universitas Islam Malang ini sangat konsen terhadap kontinuitas ketersedian pangan hewani melalui peningkatan produktivitas ternak. Hal ini dapat dilakukan dengan inovasi teknologi reproduksi melalui crossbreeding sehingga diperoleh perbaikan mutu genetik pada keturunannya.

Tim riset Fakultas Peternakan telah melakukan crossbreeding pada Kambing Boer dan Kambing lokal Peranakan Etawa (PE). Anaknya dinamakan Kambing BEORPE. Kambing BOERPE memiliki beberapa keunggulan antara lain pertumbuhannya yang tinggi yaitu 0,17 kg/hari. Bobot lahir mencapai 3,7 kg, bobot sapih mencapai 20 kg dan Bobot tubuh saat umur 8 bulan mencapai 40 kg. Hal ini tentunya akan sangat disukai oleh peternak karena Pertambahan bobot badan yang lebih cepat dibandingkan dengan kambing lokal.

“Untuk mendeteksi secara dini kambing crossbreeding mempunyai pertumbuhan bagus dan layak untuk dikawinkan berikutnya dapat dilihat dari profil darah. Selain itu dari profil darah dapat diketahui dampak negatif crossbreeding pada kambing,” imbuhnya.

Tim riset dari Fakultas Peternakan dengan anggota Dr Ir Inggit Kentjonowaty MP dan drh Nurul Humaidah MKes melakukan riset resistensi Crossbreeding Kambing BOERPE melalui profil darah.

Sampai saat ini belum ada penelitian yang meneliti tentang dampak negatif crossbreeding pada kambing. Hasil crossbreeding ternyata berimbas pada kasus reproduksi klinis yang meningkat dan performa reproduksi menurun. Hal ini yang disebut dengan crossbreeding resistance yang diikuti dengan pertahanan kekebalan (Immunity Defense) yang rendah.

Dijelaskannya, resisten crossbreeding hanya dapat dilihat pada generasi ke 3 atau ke 4. Pemeriksaan profil darah dapat memotong generasi untuk mendapatkan anak yang berkualitas baik sehinga dapat menjadi calon tetua untuk disilangkan menjadi bangsa BOERPE. Anak kambing hasil crossbreeding yang mempunyai resiten crossbreeding rendah dan immune defense yang tinggi dapat digunakan sebagai acuan dalam persilangan berikutnya.

Penelitian ini didanai oleh HIMA Universitas Islam Malang dengan melibatkan 3 mahasiswa prodi peternakan. Hasil penelitian telah disubmit di Jurnal Nasional terakreditasi. Penelitian ini adalah lanjutan dari riset INSINAS/DIKTI yang diketuai oleh Ir Muhammad Farid Wadjdi MP dengan Anggota Dr Ir Inggit Kentjonowaty drh Nurul Humaidah M Kes dan Ir Sri Susilowati MM.

“Riset ini meneliti tentang produktivitas Kambing BOERPE. Kambing BOERPE adalah kambing unggulan Fakultas Peternakan UNISMA yang sekarang berada di Teaching Farm. Fakultas Peternakan ke depannya juga akan menyediakan bibit Kambing BOERPE bagi masyarakat sehingga membantu memberdayakan masyarakat peternak dengan kambing crossbreeding yang berkualitas unggul ini,” tutupnya. (dah)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry