Dr. Mohamad Yusak Anshori, M.M – Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

KONON, penyakit latah itu hanya ada di Indonesia. Walaupun belum bisa dibuktikan kebenarannya, tapi tak begitu sulit mencari orang latah di sekitar kita, dan sulit mencari contoh orang latah diluar Indonesia.

Latah sendiri menurut beberapa orang dokter dan psikolog adalah sebuah peniruan spontan yang diakibatkan karena terkejut. Penyakit ini seperti wabah yang menyerang mulai dari kalangan bawah sampai atas.

Akibat dari latah itu sendiri berbagai macam, ada latah yang membuat orang jadi terkenal (contoh pelawak dan artis) ada juga latah dalam hal ikut-ikutan membuat, melakukan sesuatu dan menjadi sesuatu (contoh budaya korupsi, latah membuat boy/girl band).

 Secara pribadi saya menilai tak ada efek positif dari latah, walau kadang bisa membuat orang tertawa, namun tak ada nilai kreatifitas disana, sehingga mungkin para pelawak itu memanfaatkan latah untuk menutupi kekurangan kreativitasnya, begitu juga dengan tokoh – tokoh lain yang bertindak latah.

Dalam dunia pemasaran, seorang manager pemasaran dituntut untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan produk yang dimiliki serta produk pesaingnya. Mengetahui hal itu sama dengan harus pula mengetahui apa yang telah dilakukan dan apa yang tidak dilakukan oleh para pesaing. Biasanya wabah latah itu menyebar ketika emosional merebak melihat perusahaan pesaing  melakukan atau menciptakan satu produk yang berhasil dipasaran.

Tentunya kita ingat penyanyi Iwan Fals yang muncul pada tahun ’80-an dengan lagu – lagu satir yang sarat dengan kritikan. Pada tempo itu, lagu Iwan fals dinilai cukup mengejutkan karena sama sekali berbeda dengan lagu – lagu cinta yang mendayu – dayu yang saat itu sedang hits  seperti Ratih Purwasih, Iis Soegiyanto,

Obie Mesakh dan masih banyak yang lain yang ikut – ikutan menyanyikan lagu cinta yang mendayu – dayu. Iwan punya sikap untuk tampil menjadi dirinya sendiri dan ternyata mampu merangkum sejumlah pengikut setia sampai saat ini.

Padahal saat masuk dapur rekaman sempat dicecar teman- teman dekatnya yang sebelumnya hanya tahu suara Iwan yang cempreng dan fals. Iwan tak akan berhasil jika dia sendiri tidak tahu kelebihan yang ada dalam dirinya dan memahami pasar yang bakal menyukainya.

Manajer pemasaran seringkali tidak sadar terjangkit penyakit latah yang tidak sehat tadi. Khususnya ketika pesaing melakukan sesuatu yang sangat berhasil diterima pasar. Umumnya perusahaan menjiplak apa yang telah dilakukan oleh pesaing tanpa mempertimbangkan pasar yang selama ini telah dibentuk.

Sebuah produk yang berhasil diciptakan oleh sebuah perusahaan belum tentu menghasilkan keberhasilan serupa ketika dilakukan oleh perusahaan lain yang menjiplaknya. Alih – alih mendapat keberhasilan yang sama bahkan lebih, tapi yang didapat hanya kebingungan pelanggan yang kebingungan melihat ulah perusahaan yang mencoba jadi orang lain.

Banyak contoh yang berkaitan dengan budaya latah promosi seperti ini. Perusahaan jasa dan makanan lebih banyak melakukan latah promosi di banding perusahaan manufaktur karena sifat perusahaan jasa dan makanan yang mudah ditiru.

Sebagai salah satu contoh di Surabaya Plaza Hotel, ketika produk Nasi Goreng Jancuknya berubah dari ikon hotel menjadi ikon kota Surabaya, banyak sekali hotel maupun restoran membuat produk sejenis dengan nama yang berbeda. Ada yang bernama nasi goring jangkrik, nasi goring edan, nasi goreng ruwet, dll.

Nasi Goreng Jancuk jadi produk yang luar biasa booming selain karena kualitas produknya, keanehan karya (berukuran jumbo dan luar biasa pedas) juga perusahaan/hotel penggagas telah membuat segmen penggila nasi goreng ini secara spesifik.

Bagaimanapun creator/ pencipta pertama selalu lebih unggul, ketika perusahaan lain melakukan budaya latah. Demikian juga dengan Bakpia di Jogja yang pada awalnya cukup terkenal dengan Bakpia 75, kemudian muncul Bakpia 25, 55, 45, 85, dll.

Mengapa Latah Promosi Produk itu keliru?

Kelatahn promosi produk terjadi karena kurangnya inovasi yang dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan tidak dapat melakukan inovasi jika tidak dapat mengeksplorasi talenta yang dimiliki oleh karyawannya.

Di samping itu umumnya perusahaan tidak mau susah payah mencoba produk-produk baru yang belum tentu laku karena mereka tidak mau sulit. Daripada susah mending meniru produk yang sudah ada yang sudah jelas banyak diminati pasar.

Itulah kurang lebih konsep perusahaan yang melih menyukai strategi follower atau me too. Di Negara yang penegakan hak cipta nya yang belum terlalu kuat dan budaya masyarakat yang masih cuek dengan masalah hak cipta (belum kuatnya budaya malu) tentu masih menguntungkan untuk melakukan bisnis dengan cara “Copy Paste” ini apalagi jika ceruk pasarnya cukup besar.

Mereka tidak menyadari bahwa dari waktu ke waktu konsumen semakin pintar karena cepatnya perkembangan teknologi komunikasi. Dengan jejaring social informasi begitu mudah berlompatan dari satu orang ke orang lain. Oleh karena itu hanya perusahaan yang inovatif yang akan selalu memiliki keunggulan bersaing dan dapat bertahan dengan berkesinambungan.

Bagaimana Menghindari Latah Promosi Produk?

 Agar tidak terjebak dengan kelatahan promosi produk usahakan untuk selalu melihat keinginan dan kebutuhan pasar dengan menggunakan kacamata konsumen (customer point of view).

Hal semacam ini biasanya disebut sebagai berorientasi pasar. Ketika kita sudah mengetahui keinginan dan kebutuhan pasar lakukan eksplorasi terhadap talenta karyawan yang kita miliki agar dapat menghasilkan produk yang inovatif yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar tersebut.

Produk yang inovatif tidak selalu dapat diterima pasar, jika pasar menolak maka kita harus membuat produk lain lagi, demikian seterusnya hingga kita menemukan satu produk yang cocok dengan keinginan pasar.

Oleh karena itu sangat menarik apa yang disampaikan oleh Pak Ciputra yang mengatakan bahwa Entrepreneur sejati adalah orang yang jatuh sepuluh kali bangunnya sebelas kali. Sekarang terserah anda mau jatuh dan bangun berapa kali untuk menghasilkan produk yang inovatif. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry