Tampak Ahmad Azhar Moeslim mencermati lembar Ianah Syahriah sebagai bukti semangat perjuangan jamaah NU waktu itu. (ft/mky)

SURABAYA | duta.co – Politisi muda Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Ahmad Azhar Moeslim, Selasa (11/10/22) berkunjung ke Museum Nahdlatul Ulama (NU) di kawasan Menanggal, Gayungan, Surabaya.

Selain melihat barang-barang bersejarah perjuangan para kiai NU, pandangan lelaki asal Malang ini ternyata tertuju ke maket kompleks Museum NU yang menyatu dengan ASTRANAWA. “Apa arti ASTRANAWA?,” demikian pertanyaan yang muncul dari Azhar, panggilan akrabnya.

Setelah mendapat penjelasan, bahwa, kata ASTRANAWA berasal dari bahasa sansekerta yang bermakna : ASTRA (bintang) NAWA (sembilan), Ahmad Azhar langsung menyebut, NU. “Oh betul. Bintang Sembilan itu NU,” jelasnya singkat.

Pun setelah mendengar, bahwa, nama ASTRANAWA memang sengaja dipatri kuat oleh pendiri Museum NU, Drs Choirul Anam, karena nama tersebut merupakan pemberian (wasiat) Gus Dur, Azhar memberi acungi jempol. “ASTRANAWA dan Museum NU adalah bukti, bahwa gagasan besar Gus Dur dan Cak Anam ini bisa terwariskan kepada generasi penurus,” tegasnya.

Melihat Foto Ahmad Shiddiq tokoh NU yang pernah menjabat sebagai Rais Aam PBNU tahun 1984 hingga 1991. (FT/MKY)

Azhar lalu melihat sejumlah barang bersejarah. Dari lembar kwitansi ‘Ianah Syahriyah’ alias iuran bulanan, sampai surat balasan Raja Ibnu Sa’ud (Arab Saudi) kepada Komite Hijaz (NU) yang berisikan 5 masalah penting. Pertama, meminta kepada Raja Ibnu Sa’ud untuk tetap melakukan kebebasan bermadzhab empat: Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali.

Kedua, memohon tetap diramaikannya tempat-tempat bersejarah karena tempat tersebut diwakafkan untuk masjid seperti tempat kelahiran Siti Fatimah, bangunan Khaizuran, dan lain-lain. Ketiga, mohon disebarluaskan ke seluruh dunia Islam setiap tahun sebelum jatuhnya musim haji mengenai hal ihwal haji. Baik ongkos haji, perjalanan keliling Mekkah maupun tentang Syekh (guru).

Keempat, mohon hendaknya semua hukum yang berlaku di tanah Hijaz, ditulis sebagai undang-undang supaya tidak terjadi pelanggaran hanya karena belum ditulisnya undang-undang tersebut. Dan kelima, Jam’iyyah NU mohon jawaban tertulis yang menjelaskan bahwa utusan sudah menghadap Raja Ibnu Sa’ud dan sudah pula menyampaikan usul-usul NU tersebut.

Politisi muda PKS ini kemudian mencermati foto KH Hasyim Asy’ari, muassis NU yang sedang menghadapi utusan penjajah (Jepang). Jepang mau menangkap Mbah Hasyim dan beberapa kiai yang saat itu melakukan perlawanan terhadap perintah penjajah Jepang, salah satunya menentang Sekerei, ritual hormat kepada matahari. “Luar biasa! Saya sudah melihat (film) ‘Sang Kiai’,” tegasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry