MALANG | duta.co – Universitas Brawijaya (UB) Malang memberikan solusi dua permasalahan sekaligus. Pertama mengenai Degradasi tanah dan yang kedua mengenai stagnasi pembangunan desa. Lewat pengukuhan Guru Besar yaitu Prof Ir Didik Suprayogo MSc PhD dan Prof Drs Anwar Sanusi PhD, kedua permasalah diatas dapat diatasi.

Menurut Prof Ir Didik Suprayogo MSc PhD dari Fakultas Pertanian (FP) UB, bahwa sekitar 60% dari luas daratan dunia mengalami degradasi, termasuk disebabkan karena erosi tanah, yang merupakan salah satu tantangan terbesar bagi pengelola lahan. Solusinya inovasi BioGT-BOT+, untuk mendukung pertanian konservasi.

“BioGT-BOT plus ini merupakan merupakan suatu teknologi rakitan dua lapis bahan rajutan dari bahan organik dengan kualitas rendah yang sering dikenal dengan Biogeotekstil yang berfungsi sebagai mulsa untuk pengendalian erosi tanah,” ungkap Prof Didik, Jum’at (18/03).

BioGT-BOT plus ini didalamnya diisi bahan organik/seresah/residu pertanian untuk memberikan tambahan (+) bahan organik tanah (BOT) agar terjadi penyehatan kesuburan tanah sehingga diperoleh produksi pertanian yang berkelanjutan.

“Teknis pengaplikasian di tanah pun cukup muda, BioGT cukup dibentangkan di tanah,” ujarnya.

Dengan begitu penguapan tanah dapat ditahan oleh BioGT ini, dan dapat meningkatkan hasil produksi panen hingga 30 %.

Dalam kesempat yang sama, Prof Drs Anwar Sanusi MPA PhD memberikan solusi permasalahan tentang stagnasi pembangunan desa. Ia melontarkan Multi-level Collaborative Governance (MLCG) yakni sebuah pendekatan baru dalam ewujudkan desa mandiri di era digital.

“Contohnya seperti kebijakan Desa Migran produktif. Dimana seorang pekerja migran pulang yang pasti membawa uang dan membawa pengetahuan, serta network,” urai Prof Sanusi.

Sayang ketiga hal tersebut dihabiskan untuk konsumtif, maka perlu treatment bersama guna mengatasi permasalahan Stagnannya pembangunan desa. Dimana Kemnaker yang dapat menggelontorkan program peningkatan ketrampilan, demikian juga dengan Kementrian Desa, yang menurunkan dana desa. Perlu MoU seluruh Kementrian untuk menggarap migran tersebut.

“Termasuk juga perlu juga andil pihak Perbankan dan perguruan tinggi untuk mendampingi,” kata Prof Anwar.

Dengan Multi-level Collaborative Governance,
setiap jenjang birokrasi harus erat berkomunikasi.

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry