Koplak, Kopi Salak. Produk olahan hasil karya Kelompok 11 KKN Unisma. (DUTA.CO.IST)

MALANG | duta.co – Berkat program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Unisma yang jeli melihat buangan biji salak, limbah ini disulap menjadi kopi yang banyak diminati dan berkhasiat tinggi. Rasanya yang unik, campuran antara pahit, asam serta manis menjadikan produk yang banyak digemari hingga diekspor ke Malaysia.

Seperti yang disampaikan Refima Rachmasari, mahasiswi Agribisnis Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Islam Malang (Unisma). Saat menjalani KKN beberapa waktu lalu, Kelompok 11 Unisma Malang berinovasi membuat Kopi Salak atau yang disebut Koplak.

“Inovasi ini muncul saat kami melihat banyaknya limbah biji salak di Desa Tirtomarto, Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang, tempat kami menjalankan program KKN,” ungkap Refima Rachmasari, saat dihubungi lewat ponsel, Jum’at (20/03/2020).

Lebih lanjut, ia menceritakan, salak memang salah satu hasil bumi unggulan di desa tersebut. Selain menjual salak, warga setempat juga membuat selai dan sirup salak. Sedangkan biji salah terbuang begitu saja.

“Melihat itu, kami tampak sebagai peluang. Hingga kemudian setelah diskusi dengan dosen pembimbing dan tokoh setempat, kami membuat kopi berbahan biji salak ini,” imbuhnya.

Refima juga menjelaskan, biji salak memiliki kandungan yang sama dengan daging buah salak. Yaitu mengandung kapasitas antioksidannya mencapai 436,91 mg/L dan IC50% 9,37mg/mL, kafein yang rendah 0,207%, lemak yang rendah 2,95% serta karbohidratnya 80,98%.

“Ini juga didukung oleh kandungan air 6,24%; kadar abu 3,49%; dan protein 6,34%. Sehingga olahan biji salak sangat baik dan aman untuk dikonsumsi,” tandas Refima.

Untuk proses pembuatannya, Refima mengatakan mirip dengan proses membuat kopi dari biji kopi pada umumnya.

“Biji salak yang dijadikan bubuk kopi harus dicuci kemudain dilakukan penjemuran. Hal ini untuk mengurangi kadar air. Setelah kering biji salak dapat dipotong-potong menjadi ukuran kecil. Biji salak langsung disangrai agar matang dan tercium aroma yang khas. Setelah matang dan tercium aroma, biji salak dilakukan penggilingan,” paparnya.

Kopi Salak hasil inovasi dari mahasiswa KKN Unisma ini diminati warga desa. Refima bersama kelompoknya berharap Koplak dapat menjadi produk unggulan dari Desa Tirtomarto, Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang.

Untuk mempertahankan rasanya, dalam proses pembuatannya masih menggunakan metoda tradisionil, yakni disangrai, tanpa dioven. “Rasanya pahit seperti kopi pada umumnya, namun aroma dan rasa salak masih melekat. Hingga cocok sekali bagi kalangan muda yang masih mengandalkan cita rasa manis dan asam, namun sedikit pahit,” imbuhnya.

Kopi ini juga berkhasiat untuk kesehatan  seperti  buah salak pada umumnya. Seperti dapat mencegah hipertensi, asam urat dan gangguan pencernaan.

Dalam acara gelar BumDes yang diadakan Pemerintah Kabupaten Malang, produk kopi salak ini juga menjadi duta unggulan produk olahan Desa Tirtomarto. Bahkan berkat kegigihan warga desa dan kelompok KKN Unisma, produk ini diekspor ke Malaysia dan Thailand. (dah)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry