Ketua Umum Kadin Jatim La Nyalla Mahmud Mattalitti (duta.co/dok kadin)

SURABAYA | duta.co – Kamar Dagang dan Industri (kadin) Jawa Timur menggelar rapat konsolidasi di Surabaya, Minggu (7/5). Rapat tersebut diikuti oleh pengurus Kadin dari seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur.

Ketua Umum Kadin Jatim La Nyalla Mahmud Mattalitti mengatakan, konsolidasi digelar mempertemukan berbagai gagasan penguatan ekonomi rakyat, khususnya terkait pertanian sebagai salah satu tulang punggung perekonomian Jatim.  Saat ini, sektor pertanian menyumbang sekitar 13,3 persen terhadap total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jatim yang totalnya mencapai Rp 1.855 triliun.

Menurut La Nyalla, kontribusi itu terbilang minim, mengingat 35 persen tenaga kerja di Jatim bekerja di sektor pertanian. ”Ini pekerjaan rumah bersama, bagaimana sektor pertanian yang merupakan penyerap tenaga kerja terbesar, tetapi kontribusinya ke perekonomian minim. Artinya nilai bisnisnya kurang besar, yang secara otomatis mengindikasikan bahwa masyarakat petani kita belum sepenuhnya sejahtera,” papar La Nyalla.

Oleh karena itu, La Nyalla mengajak seluruh pengurus Kadin se-Jatim untuk bekerja bersama mendongkrak kembali kinerja sektor pertanian.

”Dalam satu dekade terakhir, hampir setiap tahun selalu ada berita krisis harga salah satu komoditi pangan. Awalnya krisis gula, maka diimpor gula. Lalu beras, maka beras diimpor. Krisis daging sapi, daging sapi diimpor, lalu bawang merah, bawang putih dan yang terakhir cabai. Hampir semua krisis harga komoditi tersebut berakhir dengan diimpor untuk memenuhi kebutuhan konsumen,” papar La Nyalla.

La Nyalla menyebut tiga hal yang perlu dilakukan untuk membangkitkan sektor pertanian. Pertama, mengatur ulang melalui regulasi rencana tata ruang wilayah yang harus memprioritas sektor pertanian. ”Jangan terjadi tumpang tindih antara lahan pertanian dengan lahan perumahan dan industri, hanya karena mengejar investasi tapi mengabaikan investasi pangan jangka panjang,” ujarnya.

Kedua, penguatan daya tawar petani di hadapan perbankan. Perbankan harus berubah dalam memperlakukan usaha pertanian melalui skema kredit yang lebih fleksibel. ”Janganlah petani hanya dipercaya oleh para tengkulak/pengijon,” tegas La Nyalla.

Ketiga, memanfaatkan hasil penelitian terkait bibit dan cara tanam/perawatannya.

La Nyalla juga mengajak seluruh anggota Kadin untuk tidak ragu memulai bisnis di sektor pertanian untuk memberdayakan ekonomi petani dan masyarakat desa secara luas. La Nyalla meyakini pertanian adalah sektor bisnis yang prospektif.

”Bisnis yang terkait dengan ketahanan pangan tidak akan pernah merugi, karena besarnya permintaan. Jumlah penduduk Indonesia saja sudah 250 juta jiwa, belum nanti potensi ekspor. Saya punya teman sekarang sedang kembangkan beras organik bermitra dengan petani lokal. Setahun dia untung Rp 3 miliar tanpa perlu tiap hari di sawah. Dia kontrol saja lewat teknologi.  Jadi teman-teman Kadin di daerah jangan ragu untuk bermitra dengan petani, mengembangkan potensi desa dan memberi manfaat ke masyarakat,” ujar La Nyalla.

La Nyalla menginstruksikan ke Kadin di daerah agar segera merapatkan diri dalam waktu dua pekan ke depan. “Saya harapkan dalam dua pekan ke depan sudah ada laporan hasil tindak lanjut dari rapat koordinasi hari ini,” pungkas La Nyalla.

Ketua Kadin Jatim juga meminta seluruh komponen Kadin di Jatim untuk ikut membantu petani di daerah masing~ masing memperpendek mata rantai perdagangan komoditas sehingga petani bisa memeroleh hasil yang maksimal. (ekp)

 

 

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry