Keterangan foto youtube

SURABAYA | duta.co – Menyimak penjelasan Juru Bicara Penanganan COVID-19, dr Achmad Yurianto di Channel Clarin Hayes, rasanya adem. Tidak ada yang perlu ditakutkan dari virus corona atau Coronavirus Disease 2019 tersebut. Mengapa?

Karena kita pernah menghadapi virus sama, jenis corona, yang jauh lebih jahat. Adalah SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) dan MERS (Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus). SARS tingkat kematiannya 13%, sementara MERS lebih jahat, 30%-40%.

“Sebenarnya Covid-19 ini adalah varian-varian dari virus penyebab influenza. Hanya saja, ini virusnya baru. Kalau dibilang mematikan, ya! Tetapi kalau dihitung tingkat kekhawatirannya? Kita tahu corona ini ada tujuh varian mutasi yang, menyebabkan sakit kepada manusia. Yang empat, tidak ada masalah. Dua saudara lainnya, ini yang sangat gawat,” jelas dr Achmad Yurianto, dalam video youtube Clarin Hayes yang diunggah Minggu 8 Maret 2020.

Apa dua varian yang gawat? Menurut Yuri, panggilan akrabnya, di tahun 2002 ada virus yang disebut dengan SARS, itu corona juga. Angka kematiannya bahkan hampir 13%. Ada lagi di 2011 saudaranya yang bernama MERS, tetapi ini tidak dari Cina, melainkan dari middle east (Timur Tengah). “Ini agak jahat. Angka kematiannya  antara 30% s/d 40%,” jelasnya.

Maksudnya? “Artinya dari seratus orang yang terkena virus corona jenis MERS ini, yang meninggal kira-kira antara 30 sampai 40 orang. Nah, yang bungsu (Covid-19) angka kematiannya hanya 2%-3%. Kecil banget,” tegasnya.

“Hanya yang menjadi masalah, di tahun 2002 belum banyak yang punya smartphone, sehingga tidak ada yang tahu. Tidak seperti sekarang. Sehingga inilah yang menjadi lebih ramai, kemudian ditambah juga dengan kreatifitas teknologi yang arahnya nggak bener. Lalu bisa mengambil skeuel film zombie dimasukin. Itu ada. Akhirnya dikatakan di Wuhan banyak yang bergelimpangan di jalan,” jelas Yuri.

Kita Sudah Biasa dan Bisa

Clarin pun menimpali dengan beredarnya video-video pendek, orang lagi naik kendaraan umum, tiba-tiba jatuh. “Bahkan saya sempat melihat ada yang ditembaki. Malah capture-nya yang positif (corona) ditembak mati. Ada gambarnya, ada videonya. Ternyata ketika ditelusuri itu potongan film. Ini tidak benar. Sehingga sekarang lebih didominasi oleh TEROR INFORMASI,” jelasnya.

Jadi? “Sebenarnya tidak ada yang perlu ditakutkan. Ini influenza biasa. Bagaimana (cara) menularkannya, itu juga sama dengan influenza. Dan kemudian apa yang harus disikapi, maka, dari dulu kita sudah pintar. Saya ingat betul dulu, ketika SD, kalau ada siswa di kelas saya yang bersin-bersin batuk, maka, guru langsung  diminta ‘kamu pulang saja, istirahat. Kamu jangan mandi air dingin, kamu harus minum hangat’. Jadi?  Yang kita lakukan ini sudah benar dan sudah bisa,” urainya.

Lalu, bisa tidak kita bedakan ini flu biasa atau karena corona? “Nggak bisa dong! Baru kita bisa menemukan ini corona, setelah diketahui melalui pemeriksaaan laboratorium dan ditemukan virusnya,” tegas Yuri.

Apakah bisa menular lewat jabat tangan, salaman atau bahkan memegang uang? Sampai-sampai ada yang jabatan kaki, pakai saduk kanan-kiri?

“Ha ha ha…! Baiklah. Virus corona itu menginfeksi saluran nafas. Apa iya bisa menular pakai salaman? Hanya, memang, sering kita mengantarkan virus itu menuju saluran nafas. Misalnya dari tangan kita pegang mata, pegang hidung, pegang mulut. Maka, yang sakit pakai masker dong, biar tidak bagi-bagi penyakit,” katanya.

Ditanya soal perlunya suplemen untuk menjaga imunitas tubuh? Juru Bicara Penanganan COVID-19 dr Achmad Yurianto mengatakan, COVID-19 tergolong penyakit yang bisa sembuh sendiri atau self limiting disease. Sehingga suplemen tak terlalu dibutuhkan dalam hal ini. Menjaga menjaga imunitas tubah bukan berarti harus makan banyak. Misalnya makan 6 kali sehari, ini malah mendatangkan penyakit. (ytb)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry