SURABAYA | duta.co – Ketegangan PBNU dengan PKB melahirkan banyak spekulasi. Setelah viral TikTok dpwpkbjatim yang beredar luas di media sosial, kini, kini harapan agar kiai-kiai sepuh ikut cawe-cawe. Setidaknya menata kembali PKB yang, mereka nilai sudah jauh dari khitthahnya.

“Masalah yang muncul sekarang adalah ketegangan personal. Masalah satu, dua orang yang merasa memiliki PKB dan PBNU. Akhirnya, organisasi menjadi korban. Menurut hemat saya, sudah waktunya hubungan NU-PKB ditata lebih baik, sehingga tidak saling hantam,” demikian Mukhlas Syarkun, Ketua PKB Cabang Istimewa Malaysia tahun 1999 kepada duta.co, Jumat (9/6/23).

Menurut Gus Mukhlas, panggilan akrabnya, yang dirasakan warga nahdliyin, pasca Muktamar NU ke-34 Lampung, kebijakan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf tak sesuai dengan harapan Cak Imin (Muhaimin Iskandar Ketua Umum PKB). Padahal, tidak demikian.

Bagi Cak Imin, kebijakan PBNU hasil muktamar Lampung membuat dirinya tidak nyaman, sehingga ia melakukan berbagai manuver yang menjadi sorotan publik. Misalnya, Cak Imim tidak hadir dalam acara penting PBNU. Bahkan dengan sangat percaya diri, ia melontarkan pernyataan bahwa dirinya sangat berjasa pada NU.

Padahal dalam prespektif santri, pernyataan seperti itu bisa masuk katagori suul adab. Dalam terminologi santri suul adab adalah prilaku buruk atau tidak sopan yang sangat tercela dalam budaya pesantren. “Ini tidak boleh terjadi,” jelas Gus Mukhlas dari Malaysia.

Menurutnya, kebijakan PBNU sekarang ini, sebenarnya merupakan bagian dari ikhtiar menjaga khitthah. Almaghfurlah KH Hasyim Muzadi pernah menyatakan bahwa menjaga jarak dengan PKB adalah bagian dari menjaga manhaj NU.

“Mestinya, PKB malah bersyukur. Sebab selama ini publik menilai PKB telah melakukan kooptasi terhadap PBNU, sungguh stigma yang tidak baik bagi PKB itu sendiri,” tambahnya.

Nah! Lanjutnya, Alhamdulillah kebijakan PBNU sekarang ini telah melepas belenggu (PBNU tak lagi terjerat arus politik kekuasaan). Meminjam warning dari almaghfurlah KH Sahal Mahfudz, PBNU jangan sampai melakukan  siyasatus sufla (politik rendah). “PBNU harus Istiqomah dalam siyasatus ‘ulya  (politik tingkat tinggi), yaitu politik kebangsaan, keumatan dan kenegaraan,” tambah Gus Mukhlas yang pernah disampaikan melalui kilat.com.

Oleh karena itu, saran Gus Mukhlas, perlu dimengerti bahwa situasi memanas sekarang ini, bukan antara PBNU dan PKB, tapi masalah personal. “Kalau sekarang PKB woro-woro bukan (lagi) menjadi partainya NU, ini masalah serius. Secara histori PKB tidak bisa lepas dari NU. Ia terikat dengan tiga ikatan, yaitu ideologis, historis dan aspiratif,” tegasnya.

Jadi? “Saya usul, kiai-kiai sepuh ikut cawe-cawe. Meminjam bahasa Pak Jokowi, sudah saatnya menata dan mengembalikan (lagi) PKB seperti dulu. Apalagi sampai hari ini, Cak Imin sudah memimpin PKB puluhan tahun. Dan, banyak regulasi partai yang berubah, maka, perlu kembali kepada khittahnya,” pungkas Gus Mukhlas. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry